Kapolri Tanam Jagung Bercaping Gunung

Nasional109 Dilihat


DR Ki Rohmad Hadiwijoyo


DR Ki Rohmad Hadiwijoyo

Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka – Kapolri nanggap wayang dalam rangka memeriahkan HUT ke-79 Bhayangkara, pekan silam. Kepedulian polisi terhadap budaya Jawa khususnya Wayang Kulit patut dicontoh institusi lain. Selain memberikan tontonan dan tuntunan, pagelaran wayang mendekatkan diri kepada masyarakat. Lakon yang dipilih cukup klasik yaitu Amarta Binangun. Namun sanggit cerita tidak diubah. Sehingga terkesan merestui naiknya seorang pemimpin dengan cara-cara inkonstitusional.

 “Pak Kapolri sedang getol tanam jagung, Mo,” celetuk Petruk cengengesan. Romo Semar hanya mesem mengamini apa yang dikatakan Petruk. Ketahanan pangan dan swasembada energi diperlukan untuk menghadapi gejolak geopolitik yang tidak menentu seperti sekarang ini. Kalau sampai kebutuhan pangan dan energi rakyat terganggu, maka akan berimbas kepada Kamtibmas.

Seperti biasa Romo Semar mengawali paginya dengan secangkir kopi pahit. Pisang rebus dan jajan pasar menambah nikmat sarapan pagi Padepokan Klampis Ireng. Kepulan asap rokok klobot membawanya ke zaman Mahabarata. Di mana, Drestarastra mengangkat anaknya sendiri Kurupati menjadi pemimpin Hastina dengan cara tidak elegan.

Baca juga : UU BPIP Untuk Indeks Pancasila: Menentukan Arah Pembangunan Indonesia Raya

Kocap kacarito, Adipati Drestarastra mendapat laporan dari Sengkuni bahwa satria Pandawa telah tewas dalam peristiwa kebakaran Bale Gala-Gala. Sejatinya tujuan utama diadakan pesta pora itu untuk melenyapkan Pandawa.

Agar kelak para Pandawa tidak menuntut tahta kerajaan Hastina. Prabu Pandu Dewanata meninggalkan tahta Hastina untuk anak-anaknya satria Pandawa. Sebelum mangkat, Prabu Pandu berpesan kepada kakaknya yakni Drestarastra untuk menyerahkan tahta Hastina kepada satria Pandawa.

Di sisi lain, Drestarastra sendiri memiliki anak Kurawa yang berjumlah seratus dan belum memiliki wilayah kerajaan. Sehingga muncul ide tahta Hastina diberikan kepada Kurawa. Sengkuni ditunjuk sebagai aktor untuk memuluskan rencana jahat tersebut.

READ  Aturan Baru DHE Sumber Daya Alam Airlangga Devisa Masuk Diperkirakan Rp 1 308 T

Baca juga : Jangan Sampai Pancasila Sekadar Hafalan, Bukan Jadi Kompas

Begitu mendengar kabar Pandawa sudah tewas, Kurupati buru-buru dilantik sebagai raja Hastina. Namun betapa kagetnya Drestarastra belum selang sehari acara penobatan Prabu Kurupati, mendengar kabar bahwa para Pandawa masih hidup dan tinggal di kerajaan Ekacakra.

Adipati Drestarastra minta saran kepada Pandita Durna dan Resi Bisma untuk mengantisipasi kemarahan para Pandawa. Bisma sebagai sesepuh Hastina menyarankan agar memberikan wilayah pengganti Hastina kepada Pandawa. Sedangkan Kurupati tetap lestari menjadi raja Hastina walaupun naiknya tidak melalui proses yang wajar.

Drestarastra memberikan konsesi hutan Wanamarta kepada Pandawa sebagai pengganti Hastina, walaupun menurut sejarah wilayah Wanamarta termasuk wilayah kerajaan Wirata. Pandawa yang diwakili Bima menerima konsesi hutan Wanamarta untuk dibangun sebuah kerajaan baru. Kelak nama kerajaan tersebut dinamakan Amarta dan Puntadewa sebagai rajanya.

Baca juga : Retret Kepala Daerah: Energi Baru Menuju Pemerintahan Yang Efektif

“Cerita Amarta Binangun cukup menarik dan rumit, Mo,” sela Petruk membuyarkan lamunan Romo Semar. “Betul, Tole. Ccerita itu menggambarkan keadaan perpolitikan kita saat ini. Di mana para elite politik saling sikut dan jegal dalam rangka memperebutkan kekuasaan,” papar Romo Semar sambil ngeloyor pergi meninggalkan Petruk seorang diri. Oye


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *