AI Mitra Baru Arsitek Dalam Merancang Hunian Masa Depan

Infrastruktur18 Dilihat

Gempuran teknologi dan transformasi digital menyasar berbagai sektor profesi, tak terkecuali di dunia arsitektur, yang kini dihadapkan pada pertanyaan penting: Apakah kecerdasan buatan atau atau artificial intelligence (AI) akan menggantikan peran arsitek? Atau justru, menjadi mitra yang memperkaya proses kreatif?

Bagi seorang arsitek kenamaan Pierre A. Pongai, S.T., M.T., Ketua Ikatan Arsitek Indonesia Provinsi Banten (IAI Banten) saat diwawancarai oleh Majalah Synergy Indonesia di sela-sela acara exhibition & conference ARCH:ID 2025 awal bulan lalu di ICE BSD, Tangerang, menegaskan bahwa AI bukanlah lawan, melainkan alat bantu atau mitra yang mempunyai potensi besar. Ia menyebut teknologi ini sebagai disrupsi yang produktif, yang jika dikelola dengan etika dan arah yang jelas, dapat mendorong kualitas desain ke level yang lebih tinggi.

“AI bisa mempercepat, mempermudah, dan memperkaya variasi desain. Tapi yang tidak bisa digantikan adalah intuisi manusia, sensitivitas terhadap konteks, dan nilai-nilai emosional dalam rancangan,” ujar Pierre.

Menurutnya, arsitektur bukan pertama kali menghadapi perubahan besar akibat teknologi. Dari meja gambar manual ke desain berbasis komputer atau Computer Aided Design (CAD), hingga kini ke komputasi generatif dan AI, setiap fase selalu menghadirkan kecemasan sekaligus peluang.

“Kita sudah pernah melewati transisi besar saat CAD masuk. Sama halnya dengan AI sekarang, ini hanyalah tahapan berikutnya. Yang penting, bagaimana arsitek mengatur dan mengarahkan penggunaannya secara etis,” katanya.

Dalam perspektifnya, AI bukan untuk menggantikan kreativitas manusia, tapi memperluas kemungkinan kemungkinan baru yang sebelumnya sulit dijangkau. Namun ia juga menegaskan pentingnya regulasi dan kode etik profesional agar AI tetap menjadi alat, bukan pengganti.

Menjawab Tantangan Urban dan Emosi Penghuni

READ  Ponsel Canggih Sharp Masuk Indonesia, Tawarkan Fitur Kamera Leica dan Bonus TV

Dalam konteks hunian 2025, terutama dalam tema The Secret of Housing Design 2025, teknologi hanyalah salah satu aspek dari tantangan besar yang dihadapi arsitek. Isu utama tetap pada keterbatasan dan nilai lahan di kota-kota besar, serta perubahan gaya hidup masyarakat urban yang semakin dinamis.

“Desain hunian yang relevan harus memperhitungkan lokasi, aktivitas penghuni, dan potensi kawasan. Lahan makin sempit, tapi kebutuhan akan ruang yang nyaman dan bermakna justru makin besar,” ujarnya.

Baca Juga, Jangan Pakai Ilmu Langit

Itu sebabnya, ia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara fungsi, estetika, dan kenyamanan dalam setiap desain. Ketiganya tidak bisa dipisahkan. Arsitek, menurutnya, harus meramu semua elemen itu dalam satu kesatuan utuh yang menjawab kebutuhan zaman.

“Estetika tidak boleh mengalahkan fungsi, kenyamanan tidak boleh mengorbankan nilai ruang. Semuanya harus ketemu di tengah. Di situlah tugas arsitek sebagai perancang ruang hidup,” tambahnya.

Sentuhan Emosional Tak Tergantikan AI

Lebih jauh, ia menyoroti pentingnya sentuhan emosional dalam desain hunian. Di era tren yang serba cepat dan preferensi konsumen yang terus berubah, arsitek dituntut untuk tetap menghadirkan “rasa” dalam setiap karyanya.

“Desain harus relevan dengan zamannya, tapi juga punya nilai rasa yang mendalam. Itu muncul dari dialog antara arsitek dan pengguna (konsumen). Kalau pakai kacamata generasi yang berbeda, hasilnya tidak akan nyambung,” katanya.

Dengan demikian, meskipun AI dapat menghasilkan ribuan opsi denah dalam hitungan detik, keputusan akhir tetap harus berada di tangan manusia yang memahami konteks sosial, budaya, dan psikologis penghuninya.

Sebab itu, ia mengajak para pelaku arsitektur untuk tidak takut pada perubahan, tetapi justru bersikap adaptif dan bijak dalam menyikapinya. Baginya, masa depan arsitektur bukan soal mempertahankan cara lama, tetapi merangkul teknologi tanpa kehilangan sentuhan kemanusiaan.

READ  Kuota FLPP Naik, Anggaran Bakal Ditambah

“Selama kita tetap menjaga nilai-nilai dasar profesi, AI akan memperkuat, bukan melemahkan. Arsitek yang memahami alat, menguasai konteks, dan punya kepekaan sosial itulah yang akan tetap relevan,” tegasnya.

Artikel ini Disadur Dari Berita : https://propertyandthecity.com/ai-mitra-baru-arsitek-dalam-merancang-hunian-masa-depan/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *