Sistem Kesehatan Lingkungan “Siskesling”

Nasional37 Dilihat


Prof. Tjandra Yoga


Prof. Tjandra Yoga

Pemerhati Kesehatan

RM.id  Rakyat Merdeka – Dalam beberapa waktu ter­akhir, banyak dibicarakan soal perlunya mengaktifkan kembali Sistem Keamanan Lingkungan (siskamling). Pada dasarnya, kegiatan ini sedikitnya meliputi tiga hal.

Pertama, kita sebagai warga. Kedua, ­sesama warga yang bekerja sama dan saling tolong-menolong. Ketiga, semua ­kegiatan untuk menjaga keamanan di daerah masing-­masing. Slogan yang kini banyak digalakkan antara lain adalah “warga jaga warga”.

Tentu kegiatan siskamling ini akan lebih baik bila ditunjang aparat keamanan setempat. Bahkan, ­penggalakan ­siskamling ini sampai ke tingkat pim­pinan negara. ­Misalnya, berita ­Rakyat Merdeka RM.id 14 Maret 2025 berjudul “Jalan­kan Perintah Presiden – Tito Instruk­sikan RT/RW Hidupkan Lagi Siskamling”.

Tentu saja siskamling memang penting. Namun, di sisi lain, pada bulan Agustus lalu kita dikejutkan dengan berita sedih. Seorang anak meninggal di Sukabumi akibat ke­cacingan, kurang gizi, serta penyakit terkait lainnya. Diberitakan, anak ini sering bermain di tanah di bawah rumahnya yang penuh cacing.

Baca juga : Diplomasi Kesehatan Global

Kasus Sukabumi itu banyak menimbulkan pertanyaan. Bagaimana peran dan kepedulian warga sekitar rumah, RT/RW, hingga Pemerintah setempat? Hal ini juga dibahas di Rakyat Merdeka RM.id 21 Agustus 2025 berjudul ­“Balita Meninggal Akibat ­Infeksi ­Cacing, Puan Minta RT/RW Aktif Cek Kondisi Warga” dan RM.id 20 Agustus 2025 berjudul “Viral Kasus Balita Sukabumi Cacingan Sampai Meninggal, KDM Murka”.

Gubernur Jawa Barat (Jabar) bahkan menyampaikan, ­“Untuk itu, saya menyampaikan rasa duka dan perhatian yang utama kepada ketua tim penggerak PKK, kepala desa, bidan desa yang berada di daerah tersebut.”

Pernyataan Ketua DPR dan Gubernur Jabar ini menegaskan bahwa penanganan ke­sehatan memang harus dimulai dari tingkat paling primer, yaitu masyarakat. Belum sampai sebulan dari kasus di Sukabumi, kita kembali dikagetkan oleh kejadian serupa di Bengkulu pada September 2025. Kakak beradik men­derita kecacingan dan kurang gizi. Menurut petugas rumah sakit, kuku anak-anak itu kotor oleh tanah, selain memang tubuhnya dipenuhi cacing.

READ  Jangan Salahkan Daerah Soal Tambang di Raja Ampat

Kasus ini mendapat tanggapan dari Menko PMK. Seperti diberitakan Rakyat Merdeka RM.id 18 September 2025 dengan judul “Dua Balita ­Cacingan di Bengkulu – Pratikno Kirimkan Tim Khusus dan Beri Bantuan”. Dalam berita itu disebutkan, “Pemerintah tidak hanya fokus pada aspek kesehatan, tapi juga menyentuh akar persoalan di tingkat keluarga dan lingkungan.”

Baca juga : Membangun Harus Pikirkan Lingkungan

Dua kejadian kecacingan dalam waktu kurang dari sebulan di tahun ke-80 kemerdekaan ini menunjukkan pentingnya penanganan ke­sehatan langsung di masyarakat, bukan hanya di fasilitas kesehatan. Kalau warga sekitar menyadari ada anak yang sakit, bukan saja penyakit berat bisa dicegah, tapi juga penularan ke warga lain dapat dikendalikan. Karena itu, akan baik bila ada kegiatan semacam siskamling, tetapi untuk menjaga kesehatan. Tulisan ini mengusulkan agar kegiatan itu disebut sebagai “Sistem Kesehatan Lingkungan” atau “Siskesling”.

Dengan prinsip sama seperti siskamling, warga bergotong royong menjaga lingkungan, status kesehatan akan lebih terjamin. Karena siskamling kini sedang digalakkan, akan baik bila ide Siskesling ikut dikembangkan.

Tentu lebih baik bila ­kegiatan Siskesling juga didukung Puskesmas setempat, mulai dari Posyandu, peran Bidan Desa, Perawat Kesehatan Masyarakat, petugas gizi desa, hingga petugas sanitasi Pus­kesmas. Bila gagasan ­Siskesling ini bisa diterima dan dikembangkan, ia akan menjadi bentuk nyata pe­layanan kesehatan primer sebagai ­soko guru pen­ting bagi derajat ­kesehatan masyarakat.

Sebagai penutup, kita menyambut baik kebijakan pim­pinan negara mengaktifkan kembali siskamling. Ber­samaan itu, mari kita perkenalkan juga SisKesLing. Dengan dua program berjalan ber­iringan, Indonesia akan menjadi negara yang lebih aman sekaligus lebih sehat. Semoga.

Baca juga : PTSI Medan Dukung Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan di Sumatera

READ  Tempo Scan Lepas 3 Ribu Karyawan Dan Mitra Usaha Peserta Mudik Gratis 2025

Oleh: Prof Tjandra Yoga Aditama

– Direktur Pascasarjana Universitas YARSI / Adjunct Professor Griffith University

– Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara

Penerima Rakyat Merdeka Award 2022 bidang Edukasi dan Literasi Kesehatan Masyarakat

– Penerima Rekor MURI April 2024 sebagai penulis artikel Covid-19 di media massa

– Penerima Penghargaan Paramakarya Paramahusada 2024 Persatuan Rumah Sakit se-Indonesia

– Penerima Penghargaan Achmad Bakrie XXI 2025 bidang Kesehatan


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *