Sepakat Gencatan Senjata, Thailand-Kamboja Tunduk ke Trump

Nasional141 Dilihat



RM.id  Rakyat Merdeka – Setelah empat hari berperang, Thailand dan Kamboja bersedia segera melakukan gencatan senjata. Kedua pemimpin negara tersebut mau dialog setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melakukan intervensi dan mediasi. Thailand dan Kamboja tunduk terhadap Trump.

Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Manet dan Penjabat PM Thailand Phumtham Wechayachai ditelepon Trump, Sabtu (26/7/2025). Keduanya patuh dan bersedia mengakhiri konflik bersenjata yang berlangsung di perbatasan kedua negara sejak Kamis (24/7/2025). Kedua negara siap dialog membahas gencatan senjata.

“Thailand pada prinsipnya setuju untuk menerapkan gencatan senjata,” kata Kementerian Luar Negeri Thailand dalam sebuah pernyataan di akun X, seperti dilansir AFP, Minggu (27/7/2025).

Phumtham meminta Trump untuk menyampaikan kepada Kamboja bahwa negaranya ingin mengadakan dialog bilateral sesegera mungkin. “Agar langkah-langkah dan prosedur gencatan senjata dan penyelesaian konflik secara damai tercapai,” ujar Phumtham.

PM Kamboja Hun Manet pun bersedia membahas gencatan senjata. Dia menyatakan, Menteri Luar Negeri Kamboja akan berbicara dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio untuk berkoordinasi dengan pihak Thailand. “Kami memperingatkan Bangkok agar tidak mengingkari perjanjian apa pun,” ucap Hun Manet.

Sebelumnya, Trump mengaku telah berbicara langsung dengan Hun Manet dan Phumtham Wechayachai. Trump menyatakan, Thailand dan Kamboja mau berunding untuk gencatan senjata.

“Mereka sepakat segera bertemu dan segera menyusun gencatan senjata dan, pada akhirnya perdamaian!” tulis Trump, di Truth Social, Minggu (27/7/2025).

Baca juga : Beras Oplosan Dibongkar di Riau

Agar Thailand dan Kamboja mau berdamai, Trump mengancam dengan menggunakan “sejata” tarif impor. Kata dia, AS tidak akan mau berunding tarif impor 36 persen bagi Thailand dan Kamboja sampai militer kedua negara menghentikan perang. Selain itu, Trump menegaskan, AS tak akan membuat kesepakatan perdagangan apapun jika kedua Thailand dan Kamboja tak segera mengakhiri konflik mematikan tersebut.

READ  Prabowo Ungkap Bahaya Di Negara Berkembang: Kongkalikong Pemodal-Pemerintah

“Untuk kembali ke meja perundingan dengan Amerika Serikat, menurut kami tidak pantas dilakukan sampai pertempuran berhenti,” tegas Trump.

Perang Masih Terjadi

Meski ada sinyal positif, perang di perbatasan dua negara ini masih berlanjut. 

Hingga Minggu (27/7/2025), letusan senjata artileri masih terdengar di Kota Samraong, Kamboja.

Harian Khmer Times melaporkan, per Minggu pagi, Thailand masih memasuki wilayah perbatasan Kamboja. Pertempuran juga terjadi di sekitar dua candi di perbatasan sekitar pukul 04.50 dini hari.

“Tentara Thailand memakai bom tandan yang jelas-jelas dilarang oleh hukum internasional,” kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Kamboja Letnan Jenderal Maly Socheata.

Sedangkan Bangkok Post melaporkan, siswa-siswa sekolah, pasien dan tenaga kesehatan rumah sakit di Provinsi Buri Ram, Thailand, terus dievakuasi. Total ada 85 sekolah yang ditutup sementara di wilayah.

Thailand menyebut, serangan dari Kamboja belum berhenti. Wakil Juru Bicara Angkatan Darat Thailand Ritcha Suksuwanon mengatakan, pasukan Kamboja terus menembakkan artileri pada 04.00 pagi.

Baca juga : Kiai Ma’ruf: Jangan Takut Disebut Antek Pemerintah

Berdasarkan laporan teranyar, ada 33 orang dikonfirmasi meninggal imbas perang. Sekitar 20.000 penduduk telah dievakuasi dari perbatasan utara Kamboja. Sementara sekitar 138.000 orang juga dievakuasi dari wilayah perbatasan Thailand. Ratusan pusat evakuasi dibuka di dua negara.

Sejak perang meletus, Thailand langsung menutup semua akses ke perbatasan. Kamboja naik pitam, memutus hubungan diplomatik. Thailand tak mau kalah, tarik pulang dubesnya.

Kamboja membalas dengan mengusir semua diplomat Negeri Gajah Putih dari Phnom Penh. Pemerintah Kamboja juga melarang impor sayur-mayur dan buah-buahan dari Thailand. Acara TV hingga sinetron populer dari Thailand juga dilarang disiarkan di seluruh stasiun TV milik Kamboja.

READ  Ini Tokoh Kunci di Balik Rencana Pertemuan Prabowo Megawati

Sikap Indonesia

Melihat kondisi ini, Indonesia menyatakan siap membantu Malaysia sebagai Ketua ASEAN 2025 untuk meredakan ketegangan antara Thailand dan Kamboja. Apalagi, Indonesia berpengalaman meredakan ketegangan Thailand-Kamboja yang terjadi pada tahun 2011.

“Indonesia telah menyampaikan kesiapan untuk membantu Malaysia,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Roy Soemirat, Minggu (27/7/2025).

Roy menyatakan, Indonesia mengikuti secara saksama perkembangan konflik kedua negara. Indonesia percaya, Thailand dan Kamboja akan memilih jalan damai, sesuai prinsip dalam ASEAN dan Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (Treaty of Amity and Cooperation/TAC).

Menteri Luar Negeri RI Sugiono telah berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri Malaysia untuk menjajaki langkah bersama ASEAN. “Indonesia tengah mencari formula yang tepat, melalui kerangka bilateral maupun ASEAN,” terang Roy.

Baca juga : Prabowo Mau Cetak Pebisnis Top

Pada 2011, Indonesia pernah jadi penengah Thailand-Kamboja dalam konflik serupa. Kala itu, Indonesia menjabat sebagai Ketua ASEAN. Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berhasil mengajak kedua pemimpin negara dalam perundingan dan kesepakatan damai di Jakarta.

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana memandang, Indonesia berpeluang jadi juru damai Thailand dan Kamboja. Namun, harus mendapatkan mandat dari Ketua ASEAN saat ini, Malaysia. Sebab, dalam mekanisme ASEAN, permintaan mediasi harus datang dari pihak yang berkonflik dan disampaikan kepada Ketua ASEAN. “Indonesia pernah memainkan peran jembatan damai saat era SBY,” katanya.

PM Malaysia Anwar Ibrahim saat ini tengah mencoba melakukan mediasi. Dalam upaya ini, Anwar juga dapat menunjuk kepala pemerintahan lain di ASEAN, termasuk Indonesia, untuk mengambil alih proses mediasi. Bisa juga menunjuk sosok mediator nonpemerintah, seperti tokoh diplomasi Indonesia. 

READ  Duduk Lesehan Bareng Pengemudi Ojol Menaker Dengarkan Tuntutan Soal THR

“Misalnya menunjuk Pak JK (Jusuf Kalla), Pak Hasan Wirajuda, Pak Marty (Marty Natalegawa), bahkan Ibu Retno (mantan Menlu RI, Retno Marsudi),” ucap Hikmahanto.


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *