RM.id Rakyat Merdeka – Jurnalis Rakyat Merdeka, Larasati Dyah Utami, bersama jurnalis dari Malaysia, Vietnam, Laos, Kamboja, Filipina, dan Thailand, mengikuti Program Kunjungan Jurnalistik yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Jepang selama 9 hari. Perjalanan dimulai pada 23 Juni 2025 hingga 1 Juli 2025, dengan agenda mengunjungi Tokyo, Osaka, dan Hiroshima. Berikut laporannya.
Pada 1 Juli 2025, kami menyambangi Pangkalan Angkatan Laut Jepang atau Japan Maritime Self-Defense Force (JMSDF) yang berada di kota pelabuhan Yokosuka, Teluk Tokyo. Dari hotel kami di Hanzomon, pusat Tokyo, perjalanan menuju pangkalan ditempuh sekitar satu jam.
JMSDF Yokosuka Naval Base merupakan instalasi militer laut paling strategis di Jepang. Sejak didirikan pada 26 April 1952, pangkalan ini menjadi pusat operasi utama JMSDF. Meski demikian, keberadaannya berakar dari era Kekaisaran Jepang. Kini, berbagai kapal canggih termasuk kapal selam dan kapal penghancur (destroyer) berteknologi tinggi berlabuh di sini.
Sesampainya di markas, kami disambut Komandan Nishio, Kepala Divisi Administrasi Markas Besar Distrik Yokosuka, dan sejumlah perwira berseragam putih. Rombongan diajak berkeliling pangkalan, termasuk masuk ke JS Teruzuki (DD-116). Kapal destroyer kelas Akizuki tersebut diproduksi Mitsubishi Heavy Industries, perusahaan Galangan Kapal Nagasaki.
Teruzuki berarti “Bulan Bercahaya”. Kapal sepanjang 150,5 meter ini mampu mengangkut sekitar 200 personel, lengkap dengan sistem tempur: meriam, misil, torpedo, hingga sistem anti-kapal selam. Satu helikopter bersenjata pun bisa dibawa.
Baca juga : Kaesang: Mosok Saya Merestui Bapak Saya
Kami diajak menelusuri ruang kendali, jembatan komando, ruang mesin. Serta fasilitas medis yang bisa difungsikan sebagai ruang operasi darurat—termasuk klinik gigi.
Meski cuaca panas menyengat, semangat kami tak surut. Berada di atas kapal canggih ini adalah pengalaman langka yang memberi wawasan langsung tentang kecanggihan teknologi militer Jepang.
Komandan Nishio memaparkan tiga misi utama JMSDF, yaitu melindungi wilayah Jepang, menjaga keamanan lalu lintas maritim, dan menciptakan lingkungan regional yang stabil.
Kolaborasi dilakukan dengan Japan Coast Guard (JCG). Pihaknya memantau wilayah laut 24 jam sehari, 7 hari seminggu, untuk mendeteksi setiap aktivitas yang tidak normal di sekitar Jepang.
Setiap tahun, JMSDF menggelar Indo-Pacific Deployment dan latihan bersama sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, Australia, dan India. Kapal selam pun rutin dikirim ke luar negeri untuk latihan.
Baca juga : Zaki Kembali Diusung Pimpin Golkar Jakarta
Komandan Nishio mengungkapkan, tantangan terbesar saat ini adalah krisis populasi, yang membuat personel jadi sumber daya sangat berharga. Karena itu, kemitraan dengan negara sahabat dinilai krusial. Salah satunya, JMSDF mengikuti latihan Passage Exercise (Passex) bersama Angkatan Laut Malaysia di Selat Malaka pada Februari 2024. Selain itu, ada juga latihan dengan TNI AL di perairan Natuna Utara, Oktober 2020.
Di samping itu, Negara Matahari itu terus melakukan pengembangan teknologi untuk menggantikan peran manusia. JMSDF saat ini memiliki sekitar 45.000 hingga 50.000 orang personel.
“Kami mencoba mengambil inisiatif di tengah ketidakpastian untuk mewujudkan stabilitas. Strategi kami: menjalin kemitraan, dan aktif di kawasan sekitar,” kata Komandan Nishio.
Di Persimpangan Genting
Terpisah, Profesor Ken Jimbo dari Universitas Keio mengatakan, negaranya saat ini menghadapi lingkungan keamanan yang semakin kompleks dan berisiko tinggi. Jepang berada di persimpangan yang genting dalam politik keamanan global. Tekanan datang dari China, Korea Utara, dan Rusia. Ditambah lagi ketidakpastian dari Amerika Serikat.
Menurutnya, Jepang perlu memperkuat pertahanannya, menjaga aliansi, dan memainkan strategi diplomatik yang cermat untuk mempertahankan stabilitas di Asia Timur. Kondisi ini mendorong Jepang merasa perlu untuk menggandakan anggaran pertahanannya sejak 2022.
Baca juga : Tahanan Kota, 1 TSK Dipasangi Gelang GPS
Jepang terus meningkatkan target anggaran pertahanannya hingga mencapai 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun fiskal 2027. Bujetnya diperkirakan mencapai 11 triliun yen (sekitar Rp 1.375 triliun). Anggaran ini akan digunakan untuk investasi rudal jarak jauh, pertahanan udara, pertahanan siber, hingga penelitian ruang angkasa.
“Ini adalah peningkatan anggaran pertahanan terbesar dalam sejarah Jepang,” pungkasnya. (Bersambung)
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.