Pertahankan Kebhinekaan dan Kedaulatan Indonesia Melalui Pesta Rakyat Inklusif

Nasional18 Dilihat



RM.id  Rakyat Merdeka – HUT ke-80 RI membuktikan bahwa Indonesia mampu menjaga kedaulatannya terlepas dengan segala tantangan yang ada. Semangat kebangsaan yang terus digaungkan berbagai pihak ikut menunjukkan bahwa Indonesia mampu berdiri di atas kemajemukan yang sangat luas. Kondisi sosial yang inklusif harus terus dijaga untuk menjauhkan masyarakat dari perpecahan.

Membahas kedaulatan RI di usia ke-80 tahun dan pengaruhnya terhadap kehidupan kebhinekaan Indonesia, Founder Lembaga Survei KedaiKOPI (Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia), Hendri Satrio, mengingatkan agar hari kemerdekaan tidak jadi seremonial semata. Masyarakat lintas budaya, suku, dan keimanan harus bisa memiliki semangat kebangsaan yang sama. 

Menurutnya, pemerintah dapat mengusung konsep “Pesta Rakyat Inklusif sebagai Instrumen Ketahanan Sosial dan Kebangsaan”. Konsep ini menekankan integrasi antara kegiatan simbolik berskala nasional, seperti doa kebangsaan lintas agama dan upacara kemerdekaan, dengan aksi nyata berbasis komunitas yang menyentuh kebutuhan riil masyarakat. 

“Perayaan kemerdekaan menjadi ruang bersama yang menyatukan nilai-nilai budaya lokal, solidaritas sosial, serta kepedulian terhadap kelompok rentan melalui kegiatan budaya, sosial, dan edukatif yang melibatkan partisipasi aktif warga,” terang Hendri, di Jakarta, Rabu (20/8/2025).

Baca juga : Semarak Kemerdekaan Bergema Hingga Kenya, KBRI Nairobi Gelar Pesta Rakyat

Akademisi Universitas Paramadina ini menjabarkan, kerangka kegiatan strategis dalam konsep kebhinekaan bisa mencakup tiga unsur utama. Pertama, kegiatan pemersatu berbasis simbol dan nilai seperti doa lintas iman, kirab bendera, atau pembacaan refleksi kemerdekaan oleh tokoh lintas generasi. 

Kedua, ruang ekspresi budaya yang mendorong komunitas lokal menampilkan kekayaan tradisinya melalui festival, lomba kreatif, atau pertunjukan seni. Ketiga, program sosial partisipatif seperti layanan kesehatan, pelatihan keterampilan, dan pasar rakyat inklusif. 

READ  Anak Nagari Salurkan Santunan Lebaran Yatim Door to Door Di Penjaringan

“Dengan menempatkan pemuda, pelajar, dan kelompok marginal sebagai pelaku utama, bukan hanya penonton, pesta rakyat dapat menjadi wahana aktualisasi nilai kebangsaan sekaligus penguat ketahanan sosial di tingkat akar rumput,” ujar Hendri.

Dia menjelaskan, beragama secara maslahat dapat diartikulasikan menjadi kegiatan bersama yang mampu mereduksi ruang bagi pemahaman radikal dan ideologi transnasional. Menurut Hendri, gangguan yang menyerang kebhinekaan dalam agama tidak harus selalu dilawan menggunakan cara yang serupa.

Baca juga : Yayasan Khazanah GNH dan Halal Today Gelar Indonesia Digital Halal Brand Awards 2025

Dia berpendapat, ada banyak ruang sosial lain yang secara nyata mampu menyatukan masyarakat dari berbagai latar belakang, dan salah satu yang paling kuat adalah olahraga. Ketika Tim Nasional Indonesia berlaga dan meraih prestasi, entah itu dalam sepak bola, bulu tangkis, atau cabang lainnya. 

“Kita bisa melihat bagaimana jutaan orang dari Aceh sampai Papua, dari berbagai agama, etnis, bahkan pilihan politik bersatu dalam kebanggaan yang sama. Tidak ada yang bertanya siapa agamanya apa, dari suku mana, atau pendukung partai mana. Yang ada hanya satu semangat: bangga menjadi Indonesia,” tambah Hensat, panggilan akrabnya.

Hendri berkesimpulan, ruang-ruang kebangsaan bisa tumbuh bukan hanya dari forum-forum formal atau seremonial negara, tetapi juga dari pengalaman emosional bersama yang menyentuh rasa kolektif kita sebagai bangsa. Stadion bisa menjadi ruang persaudaraan, sama halnya seperti masjid, gereja, pura, dan vihara. Dalam momen-momen kemenangan olahraga, masyarakat menemukan simbol dan harapan bersama yang menyatukan di atas segala perbedaan.

“Dalam konteks ini, gagasan middle path atau jalan tengah yang sering disampaikan oleh Haedar Nashir menjadi sangat relevan,” ucapnya.

Baca juga : Rayakan Kemerdekaan, Relawan Bentangkan Bendera Raksasa Di Situ Gintung

READ  PT Surveyor Indonesia Bina Literasi Digital Lewat Program Lab Komputer Keliling

Hendri melanjutkan, jalan tengah yang dipaparkan Haedar Nashir adalah cara berpikir dan bersikap yang tidak ekstrem, tidak menolak keberagaman, tapi juga tidak larut dalam relativisme yang tanpa batas. “Jalan tengah mendorong kita untuk mencari titik temu di antara perbedaan dan membangun konsensus sosial dengan menjunjung nilai keadilan, kemaslahatan, dan rasa kebangsaan,” ungkapnya.

Hendri ingin agar pesta rakyat pada peringatan kemerdekaan Indonesia juga berfungsi sebagai sarana membangun ketahanan kebangsaan, khususnya bagi pemuda dan kelompok rentan radikalisme. Caranya adalah dengan melibatkan mereka secara aktif sebagai penyelenggara dan pelaku utama dalam berbagai kegiatan bukan sekadar penonton. 

Misalnya, kata Hendri, mereka bisa memimpin kegiatan seperti pameran seni komunitas, lokakarya kewirausahaan lokal, atau lomba lintas budaya. Keterlibatan langsung ini akan membangun rasa percaya diri, solidaritas, dan rasa memiliki terhadap bangsa. Ini sejalan dengan pendekatan youth resilience yang menekankan pentingnya partisipasi untuk membentuk daya tahan sosial generasi muda.

“Ketika semua kelompok diajak bekerja sama dalam satu kegiatan, mereka saling mengenal, membangun kepercayaan, dan memperluas jaringan sosial. Hal ini mendukung teori modal sosial dari Robert Putnam, yang menyatakan bahwa hubungan timbal balik dan jejaring sosial yang kuat menjadi dasar dari masyarakat yang tangguh dan inklusif,” pungkas Hendri.


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *