Pasar Rumah Sekunder Turun Tipis

Infrastruktur10 Dilihat

Di tengah dinamika pasar properti nasional, bulan April 2025 mencatatkan perubahan yang patut dicermati: Harga rumah sekunder secara nasional tercatat turun tipis sebesar 0,1% dibanding bulan sebelumnya. Penurunan ini terjadi seiring dengan berkurangnya volume suplai rumah sebesar 1,3%, menandakan adanya kehati-hatian pasar dalam merespons kondisi ekonomi dan permintaan yang melandai.

Namun, di balik angka yang tampak stagnan ini, tersimpan ragam dinamika yang menarik. Secara tahunan, harga rumah nasional justru mengalami kenaikan 1,1% dibanding April 2024, dengan kota-kota seperti Yogyakarta mencatat lonjakan paling tajam sebesar 10,9%. Sementara itu, Makassar tampil sebagai kota dengan kenaikan harga tertinggi secara bulanan, mencapai 5,6%, sebuah pertumbuhan signifikan yang mencerminkan meningkatnya minat pasar di kawasan timur Indonesia.

Tren Positif di Jabodetabek

Wilayah Jabodetabek menunjukkan geliat positif. Bekasi menjadi primadona dengan kenaikan harga bulanan sebesar 1,3%, diikuti oleh Bogor (0,4%) dan Tangerang (0,3%). Jika ditarik ke belakang secara tahunan, Tangerang memimpin dengan pertumbuhan 1,6%, membuktikan bahwa kawasan penyangga ibu kota masih memiliki daya tarik investasi dan permintaan tempat tinggal yang tinggi.

Pulau Jawa dan Luar Jawa TunjukkanKekuatan Tersembunyi

Di kawasan lain di Pulau Jawa, Yogyakarta, Semarang, dan Surakarta mencata t kenaikan harga bulanan secara moderat. Sementara di luar Jawa, kota seperti Denpasar dan Makassar tidak hanya menunjukkan pertumbuhan bulanan, tetapi juga konsistensi secara tahunan—dengan Makassar mencatat pertumbuhan 7,5% year-on-year.

Baca Juga, Hashim Djojohadikusumo Tak Restui Rumah Subsidi 18 Meter, Menteri PKP: Bisa Jadi Komersial

Suplai Menyusut, Permintaan Tetap Dinamis

Volume suplai rumah sekunder mengalami penurunan sebesar 1,3% secara bulanan, namun secara tahunan tercatat tumbuh 1,0%. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada tekanan jangka pendek, pelaku pasar masih aktif menawarkan unit-unit properti.

READ  SIG Tawarkan ThruCrete, Solusi Beton Berpori untuk Atasi Limpasan Air di Ruang Terbuka Hijau

Menariknya, Tangerang menjadi lokasi dengan tingkat pencarian (listing enquiries) tertinggi secara nasional, menyumbang 14,5% dari total permintaan pencarian properti bulan ini. Di posisi berikutnya ada Jakarta Selatan (11,5%) dan Jakarta Barat (10,2%). Namun, secara bulanan, justru Bekasi, Jakarta Barat, dan Depok menunjukkan lonjakan minat pencarian yang lebih tinggi, menandakan adanya pergeseran minat ke wilayah pinggiran yang lebih terjangkau.

Sebaliknya, beberapa kota seperti Tangerang, Jakarta Utara, dan Surabaya justru mengalami penurunan minat pencarian properti, menandakan perlunya pendekatan baru dalam pemasaran dan pengembangan kawasan.

Stabil, Tapi Waspada

Pasar rumah sekunder Indonesia saat ini berada dalam fase penyesuaian. Penurunan harga tipis dan suplai yang melandai menunjukkan perlunya kehati-hatian, namun sinyal optimisme tetap terasa di sejumlah kota yang mengalami pertumbuhan signifikan. Keseimbangan antara harga, suplai, dan daya beli menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan pasar properti di tengah tantangan ekonomi yang terus berkembang.

Artikel ini Disadur Dari Berita : https://propertyandthecity.com/pasar-rumah-sekunder-turun-tipis/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *