HomeBabby.my.id, (JAKARTA) — Pasar properti Indonesia mulai menunjukkan sinyal pemulihan yang lebih stabil pada kuartal kedua 2025, namun sejumlah tantangan masih perlu diwaspadai.
Meski dihantui ketidakpastian ekonomi global, sektor properti tetap bergerak dinamis berkat kebijakan pemerintah, peningkatan minat end-user, serta penyesuaian strategi dari para pelaku industri.
Baca Juga: Mayoritas Pencari Properti Pilih Rumah Lebih Luas, Bukan Berukuran 18 Meter Persegi
Dalam sesi media briefing yang dipimpin oleh Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia, pada awal Juli 2025 ini, terungkap bagaimana sektor-sektor utama—mulai dari perkantoran, apartemen, ritel hingga hotel—menghadapi tantangan dengan strategi adaptif.
Fakta Menarik Pasar Properti Indonesia Q2 2025
Artikel ini merangkum temuan kunci berdasarkan laporan resmi dan paparan publik Colliers Indonesia. Berikut 7 temuan menarik tersebut:
1. Perkantoran: Pasokan Baru Masih Seret, Tapi Stabilitas Meningkat
Pasar ruang perkantoran tetap dalam kondisi konservatif. Penyewa memilih menunda ekspansi atau relokasi sambil memantau tren ekonomi.
Namun demikian, stabilitas pasar perlahan terbangun karena tidak adanya tambahan besar dari sisi pasokan.
Baca Juga: 6 Solusi Teknologi Properti Tingkatkan Efisiensi Operasional Gedung
- Total pasok kumulatif perkantoran di Jakarta pada Q2 2025 mencapai 11,2 juta m², di mana 70% berada di kawasan CBD.
- Tidak ada tambahan pasok baru pada kuartal ini, dan hingga 2028 penambahan akan sangat terbatas.
- Ruang belum terserap di CBD mencapai 1,933,971 m², dan di luar CBD sebanyak 1,219,463 m².
- Tingkat hunian tercatat di angka 71,1% di CBD dan 69,2% di luar CBD, menunjukkan tren stabil meski belum sepenuhnya pulih.
“Tingkat kekosongan memang masih tinggi, namun terbatasnya pasokan baru memberi ruang pasar untuk menyerap ruang yang ada,” jelas Ferry.
2. Tarif Sewa Kantor: Stabil, Tapi Potensi Koreksi Masih Terbuka
Di tengah tekanan biaya dan kenaikan upah minimum, pemilik gedung perkantoran cenderung hati-hati dalam mengatur strategi harga.
Gedung dengan okupansi tinggi mulai memangkas diskon, sementara gedung dengan hunian rendah masih fokus menjaga tingkat sewa kompetitif.
Baca Juga: 7 Kota dengan Kinerja Properti Terkuat: Tangerang Konsisten Terpopuler, Yogyakarta Lampaui Inflasi
- Tarif dasar sewa kantor di CBD mencapai Rp 244.119/m²/bulan pada Q2 2025.
- Di luar CBD, tarif rata-rata berada di Rp 174.374/m²/bulan.
- Proyeksi Colliers menyebutkan kenaikan sewa tahunan sebesar 2–3% hingga 2028.
- Diskon sewa mulai menyusut di beberapa gedung dengan tingkat hunian tinggi.
“Penyesuaian harga bisa terjadi, terutama jika UMP dan biaya utilitas naik,” ujar Ferry Salanto.
3. Apartemen: End-User Jadi Penggerak Baru, Harga Cenderung Naik
Sektor apartemen mengalami perubahan mendasar dalam perilaku pembeli. Jika sebelumnya investor mendominasi pasar, kini end-user atau pemilik pribadi justru jadi motor utama penyerapan unit.
Baca Juga: Surabaya Buka Peluang Investasi Rumah Seken, Harga Rp1–3 Miliar Paling Diburu
Hal ini berdampak baik terhadap stabilitas harga dan okupansi.
- Tambahan pasokan Q2 2025 mencapai 1.031 unit baru, mayoritas di Jakarta Selatan.
- Total proyeksi pasok hingga 2027 adalah sekitar 5.000 unit.
- Harga jual rata-rata tumbuh di bawah 1% per kuartal.
- 68% pembeli kini berasal dari kalangan end-user (penggunaan pribadi), dibandingkan 32% investor.
- KPA (Kredit Pemilikan Apartemen) masih menjadi pilihan dominan bagi pembeli.
“Ini pertanda baik. End-user yang tinggal langsung di properti akan menjaga kualitas dan nilai aset jangka panjang,” ungkap Ferry.
Prediksi: harga apartemen akan tumbuh stabil di kisaran 1–2% per tahun hingga 2027.
4. Serviced Apartment: Hunian Turun, Unit Pet-Friendly Meningkat
Serviced apartment menghadapi tekanan musiman dan operasional. Libur panjang di Q2 membuat banyak penyewa menunda perpanjangan kontrak, menyebabkan penurunan tingkat hunian meskipun ada penambahan unit baru.
Baca Juga: Sharp AQUOS Dukung Tottenham Hotspur FC di Tur Pra-Musim 2025
- Tambahan unit serviced apartment Q2 2025: 240 unit di kawasan CBD.
- Tingkat hunian rata-rata stagnan di angka sekitar 60–65%.
- Rata-rata tarif sewa serviced apartment di CBD: Rp 400.000–450.000/m²/bulan.
- Tren properti pet-friendly mulai terlihat, terutama di Jakarta Selatan.
“Kenyamanan penghuni jangka panjang jadi fokus baru pengembang serviced apartment,” tambah Ferry.
5. Ritel: F&B Masih Ngebut, Tapi Mal Kelas Atas Mulai Selektif
Sektor ritel mengalami dinamika campuran. Di satu sisi, ekspansi ritel makanan dan minuman (F&B) masih agresif.
Namun di sisi lain, pemilik mal—terutama kelas atas—mulai menyesuaikan strategi biaya seiring meningkatnya biaya operasional.
Baca Juga: Inovasi Samsung Vacuum Cleaner Tanpa Kabel dengan AI Dorong Performa Hisap ke Level Baru
- Total pasok pusat perbelanjaan: Jakarta 4,95 juta m² | BoDeTaBek 3,27 juta m².
- Tingkat hunian mal Jakarta: 75,9%, BoDeTaBek: 71,1%.
- Tarif sewa ritel di Jakarta: naik ke Rp 599.004/m²/bulan.
- Biaya pemeliharaan: naik jadi Rp 171.595/m²/bulan.
“Tren belanja bergeser. Konsumen kini mencari pengalaman gaya hidup, bukan sekadar transaksi,” jelas Ferry lebih lanjut.
6. Hotel: Inovasi Menyasar Gen Z dan Pasar Event-Driven
Perhotelan menjadi sektor yang paling terdorong oleh aktivitas luar ruangan seperti konser dan MICE (Meetings, Incentives, Conferences, Exhibitions).
Para operator mulai menyesuaikan konsep hotel dengan pendekatan teknologi dan keberlanjutan.
Baca Juga: Kementerian PKP Tetapkan BSPS dan Rumah Subsidi Sebagai Program Utama Perumahan 2026
- Jakarta: Tidak ada pasok baru di Q2, performa membaik dibanding Q1.
- Tingkat hunian meningkat, namun ADR (Average Daily Rate) turun karena pasar lebih sensitif harga.
- Hotel fokus ke segmen Gen Z, yang dinilai produktif dan mendominasi pasar.
- Tren hotel mulai mengarah ke konsep sustainability, personalisasi layanan, dan teknologi tinggi.
“Konsep inovatif akan jadi pembeda utama di pasar yang semakin kompetitif,” ujar Ferry Salanto.

7. Bali: Liburan Dorong Kunjungan, Tapi Geopolitik Pengaruhi Pasar Eropa
Bali tetap menjadi destinasi unggulan, terutama selama periode liburan. Namun kekhawatiran muncul terkait potensi kehilangan pasar Eropa akibat kondisi geopolitik.
Hotel di Bali kini mulai memperpendek booking window untuk mengantisipasi dinamika cepat.
- Tidak ada pasokan hotel baru Q2 2025.
- Pasokan baru ke depan akan didominasi hotel bintang 5 di Ubud.
- Kunjungan wisatawan meningkat signifikan selama libur sekolah dan musim panas Australia.
- Booking period turun dari 6 bulan menjadi hanya 3 bulan, menyulitkan pengelolaan harga.
Baca Juga: Ketika Inovasi dan Performa Bertemu
“Harga tiket pesawat dan kondisi global akan sangat mempengaruhi performa hotel di Bali,” tutur Ferry.
*** Baca berita lainnya di GoogleNews
——— KONTAK REDAKSI:
Telepon/WA: 0821 2543 0279
Email Redaksi: [email protected]
Email Iklan: [email protected]
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://propertiterkini.com/pasar-properti-indonesia-q2-2025-ini-7-fakta/