Nepal Memanas Karena Medsos Dilarang, Gen Z Berhasil Gulingkan Perdana Menteri

Nasional85 Dilihat



RM.id  Rakyat Merdeka – Nepal memanas. Ribuan anak muda generasi Z turun ke jalan, menentang larangan media sosial yang belakangan berujung pada kerusuhan nasional. Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli akhirnya mundur, tetapi amarah di jalanan belum juga padam.

Bentrok berlangsung di Kathmandu, Selasa (9/9/2025). Gedung parlemen diserbu, kompleks perkantoran Singha Durbar yang menampung kantor perdana menteri dilalap api.

Rumah sejumlah politisi dibakar. Di Itahari, Biratnagar, Bharatpur, dan Pokhara, massa juga turun. Korban berjatuhan. Sedikitnya 19 orang tewas, ratusan lainnya luka-luka.

Baca juga : Kakorlantas & Jasa Marga Cek Perbaikan 7 Gerbang Tol Rusak Akibat Demo

“Semua orang terbang ke luar negeri untuk mencari kerja. Kami hidup dalam kemiskinan, jalanan rusak, pembangunan tidak ada karena politisi menyimpan uang di kantong mereka,” ujar Darshana Padal, 22 tahun, dilansir ABC, di tengah kepulan gas air mata.

Larangan Facebook, X, YouTube, dan WhatsApp dikeluarkan pemerintah sepekan lalu. Alasannya untuk mencegah penipuan dan ujaran kebencian. Namun, di mata anak muda Nepal, larangan itu menjadi simbol betapa jauhnya elite dari kehidupan rakyat.

Protes makin meluas. Polisi melepas gas air mata, peluru karet, hingga tembakan peluru tajam. Tentara dikerahkan. Malam hari, curfew diberlakukan, tetapi massa tetap bertahan. “Kami tidak ingin pengunduran dirinya. Kami ingin kepalanya,” teriak seorang pemuda di depan gedung parlemen.

Baca juga : Hari Lalu Lintas Bhayangkara ke-70: Ditregident Korlantas Tingkatkan Pelayanan

Amarah yang tumpah bukan semata soal media sosial. Kekecewaan sudah lama menumpuk. Korupsi, nepotisme, dan ketimpangan sosial menjadi bahan bakar utama. Istilah nepo kids kini jadi ejekan di jalanan. Anak-anak politisi memamerkan pesta mewah, sementara per kapita rakyat Nepal hanya 1.400 dolar AS atau sekitar Rp 21,5 juta setahun.

READ  Inovasi Dekarbonisasi Pertamina Bisa Jadi Contoh bagi Perusahaan Lain

“Pemimpin yang bisa memerintahkan pembunuhan mahasiswa adalah crime minister, bukan perdana menteri,” kata Mandeep, seorang demonstran lain.

Sejak monarki dihapus pada 2008, Nepal tak pernah benar-benar stabil. Koalisi jatuh bangun, partai politik dikuasai elite tua dan keluarganya. Aktivis sipil Dovan Rai menyebut mundurnya Oli “sedikit kelegaan”, tetapi tidak cukup. “Kami tidak tahu bagaimana ini akan berkembang, apakah menuju anarki atau krisis konstitusi,” ujarnya.

Baca juga : Jaga Perasaan Rakyat, Pejabat Dilarang Gelar Pesta Mewah dan Flexing

Di tengah suasana kacau, rumah pribadi Oli dibakar massa. Polisi kewalahan. Grafiti bertuliskan “KP chor, desh chhorh”—“Oli pencuri, tinggalkan negeri”—menempel di dinding parlemen. Konvoi sepeda motor berputar-putar di ibu kota dengan bendera berkibar.

Presiden Nepal kini tengah berupaya mencari pengganti. Karena, kekosongan di pucuk kekuasaan membuat situasi semakin genting. Tentara meminta warga menjaga ketertiban, karena aksi massa di jalanan masih terus bergolak.


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *