Negara, Menimbang Rasa

Nasional50 Dilihat


BUDI RAHMAN HAKIM

BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka – Bulan ini ditutup dengan wajah yang tampak sibuk: peresmian proyek, deretan pidato pembangunan, dan data yang memajang angka-angka. Tapi, di balik itu semua, ada suara lirih dari gang-gang sempit, desa-desa yang tenggelam dalam sunyi, dan wajah-wajah yang kehilangan semangat hidup. Pembangunan tampaknya jalan terus, tapi benarkah ia berjalan bersama nurani?

Kita tak sedang menolak pembangunan. Justru sebaliknya—kita ingin pembangunan yang punya rasa. Yang tidak hanya membangun jalan, tapi juga menjembatani kesenjangan. Yang tak cuma mengangkat angka pertumbuhan, tapi juga menurunkan beban batin rakyat. Negara boleh sibuk dengan skema, data, dan target, tetapi rakyat hidup dalam rasa: rasa cemas, rasa terpinggirkan, rasa dilupakan.

Baca juga : Kepemimpinan Yang Membasuh Bumi

Di titik ini, kita harus bertanya: di manakah letak negara? Apakah negara hadir saat warga butuh pertolongan? Apakah ia bisa mendengar jeritan tanpa harus viral dulu? Apakah ia melihat rakyat sebagai subjek kehidupan, atau sekadar objek statistik dan administrasi?

Nurani negara bukan soal lembutnya tutur pejabat, tapi dalamnya keberpihakan. Ia terlihat ketika prioritas anggaran mencerminkan keberanian berpihak pada yang lemah. Ia nyata ketika negara bersedia memperlambat proyek mercusuar demi mempercepat distribusi pangan. Ia terasa ketika negara memilih mendengarkan—sebelum menjawab.

Baca juga : Memulihkan Hati Kolektif Bangsa

Saat ini, banyak anak muda kelelahan bukan karena kurang informasi, tapi karena kehilangan orientasi. Banyak orang tua resah bukan karena tidak paham demokrasi, tapi karena terlalu lama menunggu empati. Bangsa ini tidak hanya perlu infrastruktur, tapi perlu struktur afeksi: jaring pengaman rasa, bukan sekadar jaring pengaman sosial.

READ  Diskusi Kebangsaan FKPPI, Bamsoet Ajak Perkuat Persatuan Bangsa

Negara yang punya nurani adalah negara yang berani menimbang rasa. Ia tahu bahwa keadilan bukan semata-mata soal hukum, tapi juga tentang kepekaan. Ia sadar bahwa kemajuan bukan hanya teknologi, tapi juga kapasitas mencintai, mengayomi, dan menyembuhkan. Negara seperti itu tak perlu banyak bicara tentang rakyat, karena rakyat sudah merasakan kehadirannya.

Baca juga : Bukan Akhir, Tapi Awal

Akhir bulan ini semestinya jadi cermin, bukan sekadar penutup. Mari kita dorong satu sama lain—baik warga maupun elite—untuk menjadikan pembangunan bukan proyek kuasa, tapi proses pemulihan batin bangsa. Karena jika nurani negara menyala, rakyat tak akan hanya dibangun, tapi benar-benar dipulihkan.


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *