Modern dan Fasilitas Lengkap, Rumah Subsidi Kian Bertransformasi

Rumah subsidi kerap dianggap sebagai pilihan terakhir karena desainnya monoton dan fasilitasnya minim. Tapi siapa sangka, di balik keterbatasan harga jual yang sudah ditetapkan pemerintah, para pengembang terus berjuang menciptakan hunian yang bukan hanya terjangkau, tapi juga layak untuk dibanggakan.

Baca Juga, Fahri Hamzah Ingin Ada ‘Bulog’ Khusus Perumahan, Ini Tujuannya

“Dengan harga yang sudah ditetapkan, pengembang memiliki ruang yang sangat terbatas dalam menentukan desain yang modern, fasilitas, dan bahan yang berkualitas,” ujar Darsono Utama, Direktur PT Marga Giri Sentosa, yang tengah mengembangkan proyek rumah subsidi Duta Harmoni 2 saat dihubungi Majalah Property and the City, Rabu (25/06/2025).

Lebih lanjut, Darsono menjelaskan, lonjakan harga lahan juga turut menekan ruang kreativitas para pengembang, sehingga desain rumah subsidi kerap sulit keluar dari kesan “seragam”. “Keterbatasan lahan yang semakin meningkat tajam harganya menekan kemampuan pengembang untuk mengembangkan desain yang lebih tidak monoton dan standar,” jelasnya.

Desain Hijau dan Material Ramah Lingkungan

Meski dihimpit keterbatasan, Darsono mengungkapkan, konsep green living sudah mulai disisipkan di proyek rumah subsidi, termasuk di Duta Harmoni 2. Inovasi ini tampak dari penggunaan jendela lebar untuk pencahayaan alami, roster terbuka untuk sirkulasi udara, serta plafon tinggi untuk kenyamanan ruang.

“Di Duta Harmoni 2 sendiri sudah menggunakan bata ringan dan double dinding, hal yang sangat jarang ditemukan di perumahan subsidi. Bata ringan lebih ramah lingkungan dibandingkan batako. Kusen alumunium juga sudah dipakai menggantikan kusen kayu,” bebernya.

Added Value Jadi Strategi

Menurut Darsono, pengembangan konsep komunitas masih menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi pengembang dengan keterbatasan lahan. Namun, menghadirkan nilai tambah menjadi langkah yang terus diupayakan.

“Mungkin untuk developer dengan luas lahan lebih dari 10 hektare bisa membuat konsep komunitas, namun average developer subsidi di bawah 3 hektare, lebih memikirkan added value. Namun benar, developer perumahan subsidi sekarang sudah mulai memberikan value lebih dengan membangun sarana olahraga, taman bermain anak, taman, dan juga rumah ibadah,” ungkapnya.

Ia menambahkan, di tengah persaingan yang semakin ketat, pengembang dituntut untuk terus berinovasi agar produk yang ditawarkan tetap diminati pasar. Darsono optimistis bahwa ke depan, rumah subsidi akan berevolusi menjadi hunian yang lebih pintar dan modern.

“Smart affordable housing pasti akan menjadi kenyataan dalam lima tahun ke depan,” katanya.

Gen Z dan Milenial Masih Mendominasi Permintaan

Darsono membantah anggapan bahwa Gen Z dan milenial enggan membeli rumah. Ia justru melihat segmen ini masih mendominasi pasar rumah subsidi.

“Perlu dipahami bahwa semua konsumen rumah subsidi adalah Gen Z dan Milenial (20–40 tahun), dan permintaannya masih sangat banyak,” ujarnya. “Ini membuktikan bahwa sebenar nya tidak benar bahwa Gen Z dan Milenial tidak ingin membeli rumah,” lanjutnya.

Menurutnya, faktor penentu tetap ada pada DP ringan, cicilan tetap, desain modern, dan fasilitas yang memadai.

Model fasad yang lebih segar juga menjadi daya tarik baru di mata generasi muda.

“Yang paling signifikan adalah model fasad yang fresh karena model lama rumah subsidi sudah dianggap monoton. Namun model lama cukup stabil peminatnya,” tambahnya.

Tangerang Jadi Daerah Paling Potensial Di antara berbagai wilayah, Darsono menyebut Tangerang sebagai wilayah paling prospektif untuk rumah subsidi.

“Pusat bisnis yang berkembang di Tangerang, baik industri maupun perkantoran, membuat kebutuhan rumah subsidi akan semakin meningkat,” tutupnya. [Tentya Richyadie]