Menperin Rayu AGC Jadikan RI Basis Produksi Di Asia Tenggara

Nasional4 Dilihat



RM.id  Rakyat Merdeka – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memperkuat daya saing industri kimia nasional, termasuk sektor polivinil klorida (PVC), chlor-alkali plant (CAP), dan produk turunannya. Industri kimia dinilai sebagai sektor vital dan strategis karena menopang kebutuhan berbagai industri manufaktur lainnya.

“Selama ini industri kimia menjadi jantung dari rantai pasok manufaktur nasional. Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya menjaga iklim usaha yang kondusif, menjamin pasokan bahan baku seperti garam industri, serta memastikan ketersediaan energi gas bumi bagi sektor tersebut,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Rabu (22/10/2025).

Pernyataan tersebut disampaikan Menperin seusai melakukan pertemuan dengan jajaran direksi AGC Chemicals Company Jepang dan PT Asahimas Chemical, yang dihadiri oleh President of AGC Chemicals Company Tatsuo Momii, Executive Officer of Essential Chemicals General Division Yoshihisa Horibe, Presiden Direktur PT Asahimas Chemical Eddy Sutanto, serta Wakil Presiden Direktur Kazunori Uchigashima.

Baca juga : Kemenperin Siap Tarik Investasi Baru Di INNOPROM 2026

Dalam pertemuan itu, Agus meminta AGC Chemicals Company dan PT Asahimas Chemical mempertimbangkan pemindahan kantor pusat regional (headquarter) dari Thailand ke Indonesia. “Indonesia memiliki pasar besar, tenaga kerja kompetitif, dan ekosistem industri yang semakin matang. Sudah saatnya Indonesia menjadi pusat kendali operasi AGC di Asia Tenggara,” ujarnya.

Menurut Agus, langkah tersebut akan memperkuat komitmen investasi AGC yang telah mencapai 1,6 miliar dolar AS melalui PT Asahimas Chemical, sekaligus menegaskan kepercayaan global terhadap prospek industri manufaktur nasional.

Perusahaan yang telah beroperasi 36 tahun di Cilegon, Banten, itu saat ini menyerap lebih dari 3.000 tenaga kerja dan memproduksi tiga komoditas utama, yaitu PVC dengan kapasitas 750 ribu ton per tahun, Kaustik Soda (NaOH) sebesar 679.800 ton per tahun, dan Monomer Vinil Klorida (VCM) sebesar 800 ribu ton per tahun.

READ  SeeJontor FC Rayakan Hari Jadi ke 3 Komit Terus Bantu Sesama

Baca juga : Kejagung Resmi Serahkan Uang Sitaan Kasus Korupsi Migor Ke Negara

Produk-produk Asahimas Chemical digunakan sebagai bahan baku lebih dari 400 industri turunan di dalam dan luar negeri, meliputi industri pipa plastik, komponen otomotif, peralatan rumah tangga, hingga infrastruktur konstruksi. “Keberadaan PT Asahimas Chemical sangat berperan penting dalam memperkuat struktur industri kimia nasional, terutama dalam rantai pasok sektor PVC dan chlor-alkali yang menjadi bahan dasar bagi berbagai sektor manufaktur strategis,” ungkap Agus.

Dalam kesempatan yang sama, Menperin menegaskan komitmen pemerintah untuk menjaga iklim usaha industri PVC dan produk turunannya melalui revisi Standar Nasional Indonesia (SNI) 59:2017 tentang Resin Polivinil Klorida (PVC). Revisi tersebut bertujuan menjadikan SNI sebagai instrumen non-tarif (NTB) untuk melindungi industri dalam negeri sekaligus menjamin keamanan konsumen.“Pendekatan yang kami lakukan adalah dengan mengatur standar bahan baku karena kandungan merkuri dalam produk akhir sulit dideteksi. Revisi SNI ini bukan sekadar panduan teknis, tetapi langkah strategis memperkuat kemandirian industri hulu kita,” jelasnya.

Data Kemenperin menunjukkan, rata-rata utilisasi produksi PVC mencapai 88 persen dalam lima tahun terakhir, dengan nilai ekspor mencapai 321,3 juta dolar AS dan impor 53,8 juta dolar AS pada 2024. Meski mencatat surplus, impor PVC dari Tiongkok meningkat signifikan hingga 22,2 persen per tahun akibat pengalihan arus perdagangan dari negara lain seperti India dan Australia yang menerapkan hambatan non-tarif.

Baca juga : Pemerintah Tepati Janji, Desa di Musi Banyuasin Kini Terang

Agus juga menyoroti pentingnya ketersediaan garam industri sebagai bahan baku vital bagi industri CAP dan soda ash. Berdasarkan data Kemenperin, kebutuhan garam industri CAP mencapai 2,3 juta ton per tahun, sementara 90 persen pasokannya masih bergantung pada impor.

READ  Kapolri Resmikan Fasilitas Baru Untuk Santri Di Buntet Pesantren Cirebon

“Ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi pengembangan industri garam nasional. Pemerintah akan memperkuat industrialisasi garam untuk mendukung substitusi impor dan memastikan ketersediaan bahan baku bagi industri kimia,” tegas Agus.

Menperin menambahkan, ketersediaan gas bumi juga menjadi faktor kunci dalam menjaga daya saing industri nasional. “Dampak HGBT lima kali lipat lebih besar dibandingkan nilai fasilitas yang diberikan. Ini bukti bahwa kebijakan energi kita efektif memperkuat daya saing industri,” pungkasnya.


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *