Jakarta, propertyandthecity.com – Kebutuhan akan sistem penilaian yang kredibel dan transparan semakin mengemuka di tengah pertumbuhan pesat industri properti nasional. Menjawab kebutuhan itu, Golden Property Awards (GPA) 2025 kembali digelar melalui kolaborasi antara Indonesia Property Watch (IPW) dan Rumah123, sebagai bentuk komitmen membangun ekosistem properti yang objektif dan terverifikasi.
Berbeda dari ajang penghargaan lain, GPA dirancang melalui pendekatan ilmiah dan metode evaluasi yang telah dikembangkan sejak 2015 oleh IPW. Proses penilaiannya mengacu pada IPW Standard Project Rating 2.1, sebuah sistem yang menyatukan empat pilar utama dan 24 kriteria penilaian, serta diuji langsung di lapangan.
“Saya belum melihat ada satu award atau standar yang bisa memberikan skoring buat proyek properti. Belum ada, bahkan di internasional juga tidak ada. Jadi assessment kami ini membuat satu standar, IPW Standard Project Rating 2.1. Kita membuat empat pilar, 24 kriteria, yang diuji di lapangan sesuai dengan kondisi pasar Indonesia. Karena ada perbedaan dengan yang global, pasti ada satu dua poin yang benar-benar local wise banget. Nah, standar itu yang kita pegang,” ujar Ali Tranghanda, CEO Indonesia Property Watch.
GPA tidak memungut biaya pendaftaran bagi peserta. Proyek yang masuk nominasi murni berdasarkan hasil rating obyektif, bukan hasil lobbying atau kedekatan dengan penyelenggara. Pendekatan inilah yang, menurut Ali, membedakan GPA dari penghargaan-penghargaan sejenis.
“Bagaimana satu proyek mendapatkan award kalau enggak ada datanya, enggak ada informasi, enggak ada assessment, dan enggak ada tinjauan lapangan? Itu yang jadi pertanyaan kami juga dulu,” katanya.
“Makanya, ini harusnya enggak kayak gini. Ada sesuatu yang harus kita lakukan untuk properti award di Indonesia,” lanjutnya.
Selain pendekatan berbasis data, proses seleksi GPA melibatkan panel ahli lintas bidang, dari akademisi, profesional, pelaku bisnis, hingga konsultan keuangan dan pemasaran. Menurut Ali, keberagaman perspektif ini penting untuk menghasilkan penilaian yang menyeluruh.
“Dalam penjurian, kita punya expert panel, bukan sekadar juri, kita minta masukan dari akademisi, profesional, pelaku, dari marketing consultant sampai keuangan. Kita mau lihat semuanya, lengkap,” ungkapnya.
Sejak berkolaborasi dengan Rumah123 pada 2021, penyelenggaraan GPA terus mengalami penguatan. Ali bahkan menyebut sinergi antara kedua pihak kini sudah sangat solid.
“Saya kaget, ternyata kolaborasi ini baru sejak 2021. Tapi sekarang, 2025, Indonesia Property Watch dan Rumah123 sudah seperti satu kesatuan. Kolaborasinya cukup apik di berbagai lini. Salah satunya, Golden Property Awards, bisa dikatakan kolaborasi yang sukses dan sinergi yang kuat,” ujarnya.
Head of Brand and Marketing Communications Rumah123, Bayu Kresna, juga menyebut kolaborasi antara Indonesia Property Watch dan Rumah123 merupakan bentuk sinergi yang patut dibanggakan. Sebagai marketplace properti nomor satu di Indonesia, pihaknya berkomitmen mendukung terciptanya ekosistem properti yang kredibel dan terpercaya.
“Kami sepenuhnya mendukung visi untuk menciptakan sebuah penghargaan dengan standar baru di tanah air. Kami setuju dengan transparansi dan penciptaan kredibilitas baru di dunia properti. Kolaborasi ini sudah berjalan lama dan membuat kami sangat terhormat,” terang Bayu.
Bayu menyebut, setiap tahun pihaknya selalu merasa antusias melihat peluang-peluang baru untuk memberikan kontribusi nyata bagi industri properti melalui Golden Property Awards.
“Tahun ini, kami merayakan dekade pertama, dan ini adalah pencapaian besar. Ada tekanan, tapi kami siap untuk merayakan satu dekade ini dengan cara yang luar biasa. Kami ingin memberikan penghargaan yang lebih berarti dan kredibel, dengan melibatkan semua stakeholder properti, dari pengembang besar hingga kecil,” jelas Bayu.
GPA juga berperan sebagai sarana edukasi bagi pasar properti. Di tengah derasnya informasi pemasaran di era digital, GPA menawarkan panduan berbasis fakta yang bisa menjadi acuan bagi konsumen, investor, maupun regulator.
“Penghargaan ini bukan cuma memberi piala, tapi memberi edukasi kepada pasar, bahwa ada tolok ukur yang bisa dipercaya,” kata Ali.
Seiring meningkatnya reputasi GPA, banyak pengembang kini menjadikan predikat pemenang sebagai bagian dari materi promosi. Namun menurut Ali, penghargaan ini bukan sekadar prestise, melainkan bukti kualitas yang telah diuji.
Sementara itu, di tengah tren adopsi standar internasional yang belum tentu relevan dengan kondisi domestik, GPA 2025 justru menegaskan pendekatan berbasis lokal.
“Kami percaya hanya Indonesia yang paham kondisi Indonesia. Maka kita butuh standar yang lahir dari dan untuk Indonesia,” tutur Ali.

Artikel ini Disadur Dari Berita : https://propertyandthecity.com/mengusung-transparansi-gpa-2025-hadirkan-standar-baru-penilaian-properti/