Mengenal Ilmuwan Baitul Hikmah: Nasiruddin al-Thusi

Nasional7 Dilihat


Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA


Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA

Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka – Nasiruddin al-Thusi, yang bernama lengkap Abu Ja’far Muhammad ibn Muhammad ibn al-Hasan Nasiruddin al-Thusi, adalah salah satu ilmuwan besar dunia Islam. Meskipun hidup dan mencapai puncak kariernya setelah jatuhnya Baitul Hikmah di Baghdad, ia masih sempat berguru kepada sejumlah tokoh dan ilmuwan besar sebelum kehancuran tersebut.

Ia dikenal sebagai sosok multitalenta, sehingga tidak mengherankan jika ia memiliki banyak julukan, antara lain Muhaqqiq, al-Thusi, Khuwaja Thusi, dan Khuwaja Nasir. Ia lahir pada 18 Februari 1201 M/597 H di kota Thus, sebelah timur Iran, dan wafat pada 1274 M/672 H di Baghdad.

Nasiruddin berasal dari keluarga ahli hukum; ayahnya adalah seorang pengajar di sekolah Imam Itsna ‘Asyariyyah. Kontribusinya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan modern sulit untuk disangkal.

Baca juga : Mengenal Ilmuwan Baitul Hikmah: Ibn ‘Arabi

Sepanjang hidupnya, ilmuwan Muslim asal Persia ini mendedikasikan dirinya bagi pengembangan berbagai disiplin ilmu seperti astronomi, biologi, kimia, matematika, filsafat, kedokteran, hingga ilmu agama Islam.

Namanya di Barat sering disejajarkan dengan tokoh besar seperti Thomas Aquinas dan ilmuwan ternama lainnya dalam sejarah peradaban dunia.

Latar Sosial dan Politik

Pada abad ke-13, masa kelahiran Nasiruddin, dunia Islam mulai mengalami masa-masa sulit akibat krisis politik dan kepemimpinan, sementara Eropa justru mulai menanjak dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di saat yang sama, kekuatan militer Mongol yang sangat besar melakukan invasi ke wilayah-wilayah Islam.

Baca juga : Mengenal Ilmuwan Baitul Hikmah: Jalaluddin Rumi

Kota-kota Islam satu per satu dihancurkan, dan penduduknya dibantai dengan kejam. Pusat-pusat ilmu pengetahuan ikut hancur, dan buku-buku karya para ilmuwan besar dibuang ke sungai, hingga airnya dikabarkan berubah warna menjadi hitam karena tinta buku.

READ  Uniqlo Dorong Lingkungan Kerja Inklusif Dan Berdayakan Perempuan Jadi Pemimpin

Invasi Mongol juga mencapai Thus, kota kelahiran Nasiruddin, yang akhirnya hancur pada tahun 1220 M. Dalam situasi kacau tersebut, penguasa Islamiyah bernama ‘Abdurahim mengajak Nasiruddin bergabung ke dalam pemerintahan. Tawaran itu diterimanya, dan ia pun menjadi salah satu pejabat istana Islamiyah.

Selama masa pengabdiannya, ia menggunakan waktunya untuk menulis berbagai karya penting dalam bidang logika, filsafat, matematika, dan astronomi. Salah satu karya awalnya adalah kitab Akhlaq-i Nasiri, yang ditulis pada tahun 1232 M.
 Selanjutnya 


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *