Mempersiapkan Kiblat Baru Peradaban Dunia Islam, Mengenal Ilmuwan Baitul Hikmah

Nasional18 Dilihat


Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA


Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA

Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka – IBN Haitsam, yang di Barat lebih dikenal dengan nama Alhazen, memiliki nama lengkap Abu ‘Ali al-Hasan ibn al-Haitsam al-Bashri al-Mishri. Ia lahir di Bashrah pada tahun 965 M dan wafat di Kairo pada tahun 1039 M.

Namanya mulai dikenal ketika ia diundang ke Mesir, pusat Kerajaan Fatimiyah, untuk memecahkan persoalan banjir Sungai Nil, meskipun akhirnya ia tidak berhasil menyelesaikan masalah tersebut. Setelah itu, ia mengembangkan kariernya sebagai ilmuwan sejati pada masa pemerintahan Al-Hakim ibn Amir Abdullah dari Dinasti Fatimiyah.

Baca juga : Mengenal Ilmuwan Baitul Hikmah: Jabir Ibn Hayyan

Ibn Haitsam terkenal sebagai penemu ilmu optik dan digelari The Father of Modern Optics (Bapak Optik Modern). Profesor George Sarton dari Harvard University dalam karyanya A History of Science menyebut Ibn Haitsam sebagai salah satu ilmuwan Muslim sejati pada Abad Pertengahan, di samping ilmuwan-ilmuwan Muslim besar lainnya.

Sebenarnya, keahlian Ibn Haitsam tidak hanya dalam bidang optik, tetapi juga dalam matematika dan fisika. Ia dijuluki Bapak Optik karena berhasil memecahkan persoalan optik dengan pendekatan matematika tingkat tinggi yang dikenal dengan Alhazen’s Problem. Inti persoalan itu adalah mencari titik jatuhnya cahaya pada kaca berbentuk silinder cekung atau cembung yang digunakan untuk menentukan letak suatu benda berdasarkan pantulan cahaya yang diterima mata.

Baca juga : Dekonsentrasi Dinasti Utsmani (Ottoman)

Ibn Haitsam kemudian mengembangkan fungsi optik sebagaimana tertuang dalam karyanya yang monumental, Kitab al-Manazir (Book of Optics). Melalui karya ini, ia berhasil mengubah kajian optik yang sebelumnya didasarkan pada teori Euclides dan Ptolemeus menjadi ilmu yang benar-benar baru dan ilmiah.

READ  Kejagung Hormati Putusan PT Jakarta Perberat Hukuman Pengacara Ronald Tannur

Keunikan Ibn Haitsam tidak hanya terletak pada penguasaannya terhadap sains, tetapi juga pada pemahamannya terhadap tasawuf dan filsafat. Dari sekitar 37 karya yang tercatat, salah satunya adalah Mizan al-Hikmah (Balance of Wisdom), yang berisi tentang ilmu kebijaksanaan dan kearifan. Secara teologis, pemikiran Ibn Haitsam cenderung dipengaruhi oleh Mazhab Mu‘tazilah dengan afiliasi ke Syiah. Hal ini dapat dipahami karena pada masa itu, pusat pengembangan intelektual berada di kawasan Iran dan Bagdad, wilayah yang kuat dengan pengaruh pemikiran Syiah.
 Selanjutnya 


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *