RM.id Rakyat Merdeka – Sebagai penjaga khazanah intelektual bangsa, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menegaskan komitmennya untuk melestarikan dan memanfaatkan naskah-naskah kuno Nusantara sebagai warisan budaya dan sumber pengetahuan. Tugas ini sejalan dengan visi pembangunan nasional yang menempatkan pelestarian budaya sebagai bagian penting dari pembangunan manusia Indonesia.
Menurut Kepala Perpusnas, Prof. E. Aminudin Aziz, berdasarkan data Rencana Induk Nasional Pengarusutamaan Naskah Kuno Nusantara, terdapat 143.259 naskah kuno yang tersebar di dalam dan luar negeri. Sebanyak 100.770 naskah berada di Indonesia dan tersimpan di berbagai lembaga, komunitas, serta koleksi masyarakat, sementara 42.489 naskah berada di luar negeri sebagai warisan interaksi sejarah Nusantara dengan bangsa lain.
Hingga tahun 2024, Perpustakaan Nasional telah melakukan alih media terhadap 12.638 eksemplar, atau baru sekitar 12,54% dari total naskah kuno yang ada di Indonesia. “Sisanya masih menunggu proses karena keterbatasan anggaran dan kompleksitas penanganan,” jelasnya.
Baca juga : Transportasi Publik Ramah Kucing Liar
Pelestarian naskah dilakukan dengan prinsip “melestarikan melalui pemanfaatan”. Artinya, naskah tidak hanya disimpan, tetapi dikaji dan dihidupkan kembali dalam bentuk yang relevan dengan generasi masa kini. “Kami ingin masyarakat mengenal isi naskah, bukan hanya bentuknya,” tegasnya.
Upaya pelestarian dilakukan melalui empat cara utama: kajian ilmiah, alih aksara, alih bahasa, dan alih media. Naskah dengan aksara daerah seperti Jawa, Sunda, Batak, Lampung, dan Lontara dialihaksarakan ke huruf Latin agar mudah dibaca. Setelah itu, isinya diterjemahkan ke bahasa Indonesia agar lebih luas dipahami.
Selain itu, Perpusnas juga mengalihmediakan naskah-naskah penting ke format digital, komik, dan film pendek. Inovasi ini bertujuan mendekatkan generasi muda dengan khazanah budaya bangsa melalui medium yang lebih menarik dan mudah diakses.
Baca juga : Pabrik Lighthouse Midea Perpaduan AI dan Manufaktur Ramah Lingkungan
Salah satu terobosan terbaru adalah penerbitan 25 seri komik Pangeran Diponegoro, bertepatan dengan peringatan 200 tahun Perang Jawa. “Kami ingin anak-anak mengenal sejarah dan kepahlawanan bangsa lewat cara yang seru dan visual,” ujar Kepala Perpusnas.
Tahun depan, meskipun terjadi efisiensi anggaran, Perpusnas berencana membuat 100 komik baru yang diadaptasi dari empat naskah yang telah masuk ke dalam daftar Memory of the World (MOW) UNESCO. Selain komik, akan dibuat pula film-film pendek berdurasi 5–7 menit sebagai media edukasi anak.
Pada tahun ini, dua naskah Indonesia — Sanghyang Siksan Kandang Karesian dan Hamzah Fansuri — resmi ditetapkan UNESCO sebagai Memory of the World. Selain itu, Tambo Imam Bonjol juga masuk daftar Memory of the World Asia Pasifik. Prestasi ini menunjukkan pengakuan dunia terhadap kekayaan literasi Nusantara.
Baca juga : GPPE 2026 Usung Inovasi Percetakan Dan Kemasan Ramah Lingkungan
Perpusnas juga punya program IKON (Ikatan Koleksi Nasional) sebagai versi nasional dari MOW. Program ini menetapkan naskah-naskah penting milik masyarakat sebagai warisan budaya yang diakui negara. Tahun ini, lima naskah ditetapkan sebagai IKON Indonesia, termasuk Naskah Pacenongan dari Jakarta serta dua naskah dari Lampung dan Banyuwangi.
“Pelestarian naskah bukan nostalgia masa lalu, tapi upaya menjaga jati diri bangsa,” ujar Kepala Perpusnas.
Dengan inovasi digital dan pendekatan kreatif, Perpusnas berharap naskah-naskah kuno tidak hanya dilihat di lemari arsip, tapi benar-benar hidup di tengah masyarakat.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.