Krisis Daya Beli, Summarecon Andalkan Diversifikasi Produk di Sembilan Township 

Infrastruktur7 Dilihat

PropertyandTheCity.com, Jakarta– Ketidakpastian ekonomi yang ditandai dengan potensi inflasi ekstrem di tengah tren deflasi berkepanjangan terutama setelah Indonesia mengawali tahun dengan deflasi month-to-month pada dua bulan pertama di tahun 2025, tak hanya mendorong masyarakat untuk lebih waspada dalam mengelola keuangan, namun juga mengharuskan perusahaan pengembang properti untuk tetap dinamis menyusun strategi pemasaran agar produknya terserap pasar dengan baik.

Sebagai  salah satu developer properti terbesar di Indonesia, Summarecon Agung Group menerapkan sejumlah langkah antisipatif guna menjaga stabilitas pasar properti di tengah kondisi yang penuh tantangan.

Salah satunya tak berhenti mengembangkan produk properti terbaik baik untuk kawasan perumahan, kawasan komersial, pariwisata hingga kota mandiri atau township yang tersebar di sejumlah kota. Setidaknya, sembilan township yang dilengkapi dengan fasilitas dan infrastruktur mumpuni untuk menopang semua aktivitas komunitas serta berkonsep hijau, menjadi andalan Summarecon.

Adapun kesembilan proyek tersebut antara lain Summarecon Kelapa Gading, Summarecon Serpong, Summarecon Bekasi, Summarecon Bandung, Summarecon Emerald Karawang, Summarecon Mutiara Makassar, Summarecon Bogor, Summarecon Crown Gading, dan Summarecon Tangerang. Pilihannya beragam dan produknya menjangkau seluruh segmen mulai kalangan milenial, menengah, hingga premium. 

“Kami mengelola sembilan townhsip dengan diversifikasi produk dan harga yang variatif sehingga membuat konsumen bisa memilih sesuai daya beli mereka. Ini bagian dari strategi kami saat krisis daya beli,” ujar President Director Summarecon, Adrianto Pitojo Adhi, saat konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk tahun buku 31 Desember 2024, secara virtual pada Kamis (12/6/2025).

Properti investasi semacam hotel dan mal disebut masih dalam situasi terkendali musabab rerata produk investasi tersebut berada dalam pengembangan kota terpadu Summarecon.

READ  Inspirasi Cat Interior Kalem dan Hangat Untuk Menyambut Lebaran

“Investment property yang dibangun di dalam kota terpadu masih dalam kontrol kami, sehingga itu mampu menciptakan sinergi pendapatan karena kami jadi tahu kapan waktu yang tepat untuk mengembangkan. Tiap township punya strategi yang berbeda. Kami punya portofolio pengembangan perumahan dan commercial building di dalam proyek township. itu keunggulan kami,” ungkap Adhi.

Untuk proyek pusat perbelanjaan, Adhi tak mengelak bahwa perusahaan yang ia punggawai juga tengah menghadapi ketidakpastian musabab tren perubahan gaya belanja masyarakat, terutama di kota-kota besar. Para peritel berhadapan dengan tren belanja online melalui e-commerce atau online shopping. Gerai ritel mesti bisa menawarkan customer experience atau customer journey agar tetap bisa menarik minat konsumen. Meski demikian, ia mengklaim perkembangan mal yang dikelola oleh Summarecon masih dalam situasi stabil. 

“Kami serius mengikuti perkembangan mal dari sisi traffic, selalu kita perhatikan setiap hari, kita juga aktif mengundang brand-brand baru, mengadakan event-event dengan harapan akan menambah kepercayaan para tenan dan masyarakat yang berkunjung ke mal kami. So far, dari sisi jumlah kunjungan belum ada hal serius yang kami jadikan acuan, pertumbuhan dari sisi pengunjung juga cukup menggembirakan,” tuturnya.

Sementara itu, pada RUPS Tahunan para pemegang saham menyetujui penggunaan laba bersih untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2024 senilai Rp1,84 triliun. Dari perolehan laba bersih tersebut sebesar Rp18,3 miliar digunakan sebagai dana cadangan wajib, senilai Rp148,5 miliar untuk pembagian dividen tunai sebesar Rp9 per lembar saham, serta sisa laba bersih sebesar Rp1,6 triliun akan dicatat sebagai saldo laba.

Kontribusi terbesar berasal dari segmen pengembangan properti meliputi hunian dan komersial mencapai Rp7,5 triliun miliar atau melonjak 86 persen dari tahun sebelumnya Rp4,04 triliun. Dari segmen bisnis investasi membukukan Rp2,15 triliun, mayoritas didorong dari pendapatan sewa mal yang naik Rp388 miliar. Unit Bisnis lain-lain turut kinclong dengan nilai sebesar Rp967 miliar, naik 10 persen. di tahun 2024.

READ  Daya Beli Diprediksi Pulih, Danamon Siap Dukung Hulu Hilir Industri Otomotif

Catatan terbaru pada tahun 2025, hingga bulan Mei Summarecon mencatat marketing sales sebesar Rp1,8 triliun, turun tipis 8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Target tahunan perseroan yaitu Rp5 triliun. 

Artikel ini Disadur Dari Berita : https://propertyandthecity.com/krisis-daya-beli-summarecon-andalkan-diversifikasi-produk-di-sembilan-township/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *