KLB Campak Di 80 Tahun Kemerdekaan Dan Rendahnya Vaksinasi

Nasional47 Dilihat


Prof. Tjandra Yoga


Prof. Tjandra Yoga

Pemerhati Kesehatan

RM.id  Rakyat Merdeka – Rakyat Merdeka (RM.id), 28 Agustus, menuliskan tentang besarnya masalah campak yang kini melanda Indonesia, tepat di usia 80 tahun kemerdekaan kita. Dilaporkan ada 46 wilayah yang mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) campak. Salah satu yang terparah terjadi di Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Di wilayah itu, tercatat 2.035 kasus dengan 17 orang me­ninggal. Di Bangkalan terdapat 548 suspek dengan 1 korban jiwa, di Pamekasan 123 anak terinfeksi dengan 1 meninggal, dan di Sampang 413 kasus. Sementara itu, laman Kementerian Kesehatan (28 Agustus 2025) menuliskan bahwa sebanyak 20 anak meninggal dunia di Sumenep akibat campak, sejak Februari hingga Agustus 2025. Data ini menjadi alarm serius bagi pemerintah untuk segera mengambil tindakan, khususnya dengan menggalakkan imunisasi massal.

Berita RM.id, 29 Agustus 2025, menyebutkan bahwa ­pi­hak DPR meminta pemerin­tah bergerak cepat menangani KLB ­campak di Sumenep, Jawa Timur. ­Langkah pen­­ce­gahan harus dibarengi ­dengan ­audit ­nasional imunisasi serta pendekatan sosial-kultural. Wakil Ketua Komisi IX DPR menilai, KLB campak yang ­menyebabkan 17 anak me­ninggal dunia menjadi bukti lemah­nya sistem imunisasi nasional. KLB ini menunjukkan bahwa strategi pencegahan belum berjalan optimal. Karena itu, DPR menye­rukan eva­luasi menyeluruh agar kesalahan yang sama tidak terus berulang.

Baca juga : Penghargaan Achmad Bakrie XXI Bidang Kesehatan

DPR juga menegaskan, Indo­nesia sebenarnya sudah memiliki program imunisasi dasar lengkap yang diberikan secara gratis. ­Namun, fakta rendah­nya cakupan di sejumlah daerah memperlihatkan adanya kesen­jangan dalam pelaksanaan, pendataan, hingga pengawasan. Penguatan peran Posyandu dan kader ­kesehatan desa juga dinilai mutlak agar deteksi dini tidak terlewat.

READ  Regulasi Tekstil Perlu Kajian Komprehensif dan Berkeadilan

Pentingnya Vaksinasi

WHO secara jelas menyebutkan bahwa vaksinasi masyarakat luas (community-wide vaccination) adalah cara paling efektif mencegah terjadinya campak. Semua anak, termasuk di Indonesia, semestinya mendapatkan vaksinasi ini.

Vaksin campak terbukti aman, efektif, dan murah. Tidak ada alasan untuk tidak memberikannya secara luas, baik di dunia maupun di seluruh daerah Indonesia. WHO menyebutkan, anak-anak harus mendapat dua dosis vaksin untuk menjamin kekebalan. Dosis pertama ­biasanya diberikan pada usia 9 bulan di negara dengan kasus campak tinggi, atau pada usia 12–15 bulan di negara lain. Dosis kedua diberikan kemudian, biasanya saat anak berusia 15–18 bulan.

Baca juga : 8 Hal Kesehatan Di 80 Tahun Kemerdekaan

WHO menegaskan, vaksinasi campak sesuai jadwal, yang harus berjalan bersama dengan kampanye massal imuni­sasi, sangat penting untuk mengen­dalikan kematian akibat campak, seperti yang kini terjadi di ­Indonesia. Vaksin juga diguna­kan dalam penanganan KLB campak yang sedang berlangsung.

Pentingnya kampanye massal seperti disampaikan WHO sejalan dengan pendapat DPR (29 Agustus 2025), yang menekan­kan perlunya pendekatan berbasis budaya lokal. Masalah ini tidak bisa dihadapi hanya dengan kebijakan administratif. Diperlukan strategi komunikasi publik dan pendekatan sosial-kultural, terutama di daerah yang masih menolak imunisasi karena mitos dan ketakutan.

Tiga Langkah Penting

Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di tengah gempita 80 tahun kemerdekaan bangsa jelas menjadi kenyataan pedih, apalagi dengan jatuhnya korban jiwa anak-anak. Tidak ada jalan lain kecuali melakukan tiga hal penting. Pertama, memperkuat program promotif dan preventif secara nyata di lapangan.

Baca juga : Stop Kekerasan Pada Dokter Dan Tenaga Kesehatan

Kedua, Menjadikan vaksinasi campak dan vaksinasi penyakit menular lain sebagai prioritas utama program kesehatan nasional. Ketiga, Menjamin surveilans, deteksi dini, dan aksi cepat dalam penanganan penyakit menular.

READ  Perempuan Indonesia Dorong Ekosistem Inklusif Di Sektor Energi

Kenyataan bahwa 46 wilayah mengalami KLB campak menunjukkan perlunya evaluasi dan perbaikan yang bermakna, demi melindungi kesehatan anak bangsa di seluruh pelosok nusantara.

Prof Tjandra Yoga Aditama

– Direktur Pascasarjana Universitas YARSI / Adjunct Professor Griffith University

– Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Kepala Balitbangkes

– Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara

– Penerima Rakyat Merdeka Award 2022 bidang Edukasi dan Literasi Kesehatan Masyarakat

– Penerima Penghargaan Achmad Bakrie XXI Bidang Kesehatan


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *