Jelang Hari Pahlawan, Bamsoet Ingatkan Pemberian Gelar Pahlawan ke Soeharto

Nasional13 Dilihat



RM.id  Rakyat Merdeka – Menjelang peringatan Hari Pahlawan 10 November 2025, Anggota DPR sekaligus Ketua MPR ke-15 dan Dewan Penasehat Yayasan Pembela Tanah Air (YAPETA), Bambang Soesatyo, mengingatkan bahwa Pimpinan MPR periode 2019–2024 dalam Sidang Paripurna Akhir Masa Jabatan pada 25 September 2024 telah mengusulkan pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 RI Soeharto dan Presiden ke-4 RI K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Selain itu, MPR juga mengusulkan pemulihan hak-hak Presiden pertama RI sekaligus Proklamator Kemerdekaan, Soekarno.

Sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa Soeharto, MPR telah resmi mencabut nama Soeharto dari Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

“Keputusan MPR mencabut nama Soeharto dari Pasal 4 TAP MPR Nomor XI/1998 merupakan hasil keputusan bersama seluruh anggota MPR, dari 575 anggota DPR dan 136 anggota DPD, yang diambil dalam Rapat Gabungan MPR pada 23 September 2024. Dengan demikian, tidak ada lagi hambatan bagi negara untuk memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada beliau,” ujar Bamsoet, di Jakarta, Kamis (9/10/2025).

Baca juga : Perkuat Rantai Pasok Industri, Wakeni Siap Gelar Pameran Terpadu 2026

Ketua DPR ke-20 menilai, pencabutan nama Soeharto dari ketetapan tersebut merupakan langkah bersejarah dan simbol rekonsiliasi nasional. Keputusan itu menjadi pengakuan terhadap kontribusi besar Soeharto dalam perjalanan bangsa.

“Dengan dicabutnya TAP MPR itu, beban politik dan stigma yang selama ini melekat pada Pak Harto secara formal sudah selesai. Kini saatnya kita menatap sejarah secara lebih adil dan objektif, mengakui keberhasilan tanpa menutup mata terhadap pelajaran dari masa lalu,” jelas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum/Kepala Badan Bela Negara FKPPI dan Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menegaskan, sejarah mencatat peran besar Soeharto dalam membangun bangsa dari masa sulit menuju era stabilitas dan kemajuan. Setelah peristiwa 1965 yang mengguncang politik dan ekonomi nasional, Soeharto berhasil memulihkan pemerintahan, menata sistem ekonomi, memperkuat lembaga negara, dan mengembalikan kepercayaan dunia terhadap Indonesia.

READ  Presiden Nyatakan Perang Melawan Tambang Ilegal

Baca juga : Bangun Kedekatan Dengan Warga, PAM Jaya Gelar Bazaar Sembako Gratis

Menurutnya, di masa kepemimpinan Soeharto, Indonesia memasuki masa keemasan pembangunan. Di sektor pangan, Indonesia mencapai swasembada beras pada 1984 dan mendapat penghargaan dari FAO. Di sektor pendidikan, sekolah dasar dibangun di setiap desa.

“Dari sisi infrastruktur, jalan raya, waduk, pelabuhan, hingga jaringan listrik dibangun di seluruh pelosok negeri. Semua itu menjadi fondasi bagi pembangunan hingga kini,” urai Bamsoet.

Dosen Pascasarjana Universitas Pertahanan, Universitas Borobudur, dan Universitas Jayabaya ini menambahkan, Soeharto dikenal menanamkan nilai disiplin, kerja keras, dan kemandirian dalam pembangunan nasional. Program-program seperti Inpres Desa Tertinggal, transmigrasi, Bimas dan Inmas pertanian, serta Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) menjadi tonggak penting dalam sistem pembangunan yang terencana dan berkesinambungan.

Baca juga : Serahkan 1.238 Ijazah Tertahan, Pramono: Ini Pertolongan Nyata Pemerintah

“Pak Harto adalah sosok dengan dedikasi luar biasa. Ia membangun negara ini dengan ketegasan dan visi jauh ke depan. Gelar Pahlawan Nasional bukan sekadar simbol, tetapi refleksi atas perjalanan sejarah bangsa,” ujar Bamsoet.

Ketua Dewan Pembina Perkumpulan Alumni Doktor Ilmu Hukum UNPAD ini menegaskan, bangsa Indonesia perlu berdamai dengan masa lalunya dan memberi tempat layak bagi para pemimpin yang berjasa. Penghargaan terhadap Soeharto bukan berarti menghapus catatan kritis di akhir kekuasaannya, melainkan menempatkan jasanya secara proporsional dalam sejarah bangsa.

“Pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Pak Harto akan menjadi langkah bersejarah dan simbol rekonsiliasi nasional. Bangsa yang besar adalah bangsa yang berani menghormati pemimpinnya dan menempatkan sejarah secara adil, tanpa terjebak emosi politik masa lalu,” pungkas Bamsoet.


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

READ  Dubes Timor Leste Untuk Indonesia Roberto Sarmento de Oliveira Soares Bahas Kerja Sama Pendidikan Dengan Mendiktisaintek


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *