RM.id Rakyat Merdeka – Sanae Takaichi, politikus konservatif garis keras, yang juga penggemar musik heavy metal dan seorang drummer, akhirnya menjadi Perdana Menteri (PM) Jepang dalam Pemilihan di Diet Nasional, Selasa (21/10/2025). Kini, orang-orang menunggu gebrakan Takaichi di panggung politik Negeri Sakura.
Takaichi sukses menjadi PM perempuan pertama di Jepang mengikuti jejak sang idola, mantan PM Inggris Margaret Thatcher yang dijuluki si Iron Lady, setelah beberapa minggu penuh gejolak politik.
Setelah memenangkan pemilihan internal yang hanya diikuti politikus pria untuk menjadi pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) pada 4 Oktober lalu, Takaichi harus berjuang keras untuk mendapatkan dukungan setelah mitra koalisi LDP, Partai Komeito, memutuskan keluar dari aliansi yang telah berlangsung selama 26 tahun.
Perhatian kini beralih ke rencana pemerintahannya. Apalagi Takaichi harus bersiap menjadi tuan rumah menyambut Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang dijadwalkan akan mengunjungi Jepang minggu depan.
Ketika menghadiri acara seremonial dengan mitra koalisi pada Senin (20/10/2025), Takaichi menekankan stabilitas politik jelang dimulainya pemerintahannya.
“Stabilitas politik sangat penting saat ini. Tanpa stabilitas, kita tidak bisa mendorong kebijakan untuk mewujudkan ekonomi atau diplomasi yang kuat,” tegasnya.
Kendati begitu, jangan bayangkan dia tipe politisi Jepang yang kaku, konservatif dalam penampilan dan irit ekspresi. Takaichi beda. Di balik jas resminya, mengalir darah heavy metal. Band favoritnya, Black Sabbath, Iron Maiden.
Baca juga : Muhammadiyah Salurkan Bantuan untuk Pengungsi Palestina di Yordania
Sejak mahasiswa, dia sudah dikenal sebagai drummer panggung yang selalu membawa empat pasang stik cadangan. Jaga-jaga kalau patah.
Kini, meski politik menyita waktu, kebiasaannya itu belum mati. “Saya main setelah suami tertidur,” katanya, sambil tertawa dalam sebuah wawancara, dilansir CNN.
Lahir di Prefektur Nara, Takaichi bukan keturunan politikus. Ayahnya bekerja di perusahaan mobil. Ibunya polisi. Dia berkarier di dunia politik dari nol.
Sempat magang di Kongres Demokrat AS. Jadi komentator di televisi. Kadang pakai rok mini. Suka naik motor gede: Kawasaki Z400GP. Dia melepaskan motornya itu saat terpilih menjadi anggota parlemen di usia 32.
Banyak yang bilang dia nekat. Tapi dia punya satu panutan: Margaret Thatcher. Takaichi pernah bilang terang-terangan: “Aku ingin jadi seperti dia.” Sejak itu, julukan “Thatcher Jepang” melekat padanya.
Tiga kali gagal jadi ketua partai. Baru yang keempat tembus. Pada 4 Oktober, dia memenangkan kursi Ketua LDP sebagai perempuan pertama yang memimpin partai besar Jepang itu.
Takaichi jadi orang nomor satu Jepang saat ekonomi Negeri Sakura sedang loyo. Ditambah makin banyaknya populasi tua. Yen melemah. Namun, dia menjanjikan paket kebijakan besar-besaran. Dia menyebutnya: Sanaenomics. Sebuah varian dari Abenomics—warisan sang mentor, Shinzo Abe.
Baca juga : Vietjet Resmi Buka Rute Penerbangan Langsung Vietnam – Manila
Dari segi kebijakan, Takaichi tidak setengah-setengah. Konservatif. Tegas. Kadang ekstrem. Dia bagian dari Nippon Kaigi, kelompok lobi ultranasionalis. Dia ingin merevisi Konstitusi Jepang. Termasuk Pasal 9 yang melarang perang. Dia juga rutin mengunjungi Kuil Yasukuni—tempat paling sensitif secara geopolitik di Jepang.
Namun, belakangan terlihat ada angin perubahan. Dalam wawancara terbaru, di CNN, dia bilang tidak akan ziarah ke Yasukuni saat festival musim gugur. Apakah ini langkah kompromi? Barangkali. Demi koalisi.
Sisi kerasnya cukup dikenal. Tapi ada sisi lembut yang jarang dibahas. Dia menikah pada 2004 dengan sesama politisi LDP. Tanpa pacaran. Dia bercerita, dilamar oleh rekannya itu dengan rayuan makanan.
“Dia bilang, ‘Kamu nggak akan pernah lewat satu hari pun tanpa makan enak.’ Jadi aku nekat aja,” katanya. Lagi-lagi, sambil tertawa, mengingat suaminya yang suka masak.
Penata rambut Takaichi selama 30 tahun, Yukitoshi Arai, menyebut gaya rambut pendeknya, yang disebut “Sanae cut”, sebagai simbol keteguhan.
Kabinet Takaichi
Sebelum proses pemilihan di parlemen, Selasa pagi (21/10/2025), Takaichi sudah mulai membentuk Kabinet. Tidak ada anggota parlemen dari Japan Innovation Party (JIP), yang juga dikenal sebagai Nippon Ishin no Kai, akan ikut dalam kabinet kali ini.
Japan Times, Selasa (21/10/2025), menyebut, mantan Sekretaris Jenderal LDP Toshimitsu Motegi kemungkinan besar akan ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri. Mantan Menteri Pertanian Shinjiro Koizumi akan menduduki posisi Menteri Pertahanan.
Baca juga : Amartha Financial Resmi Lahir, Hadirkan Layanan Keuangan Digital di 50 Ribu Desa
Yoshimasa Hayashi diperkirakan akan tetap pada posisinya sebagai Menteri Dalam Negeri dan Menteri Komunikasi. Sementara, Takayuki Kobayashi akan memimpin Dewan Penelitian Kebijakan LDP.
Selain itu, Takaichi berencana menunjuk anggota Majelis Tinggi Kimi Onoda sebagai menteri yang bertanggung jawab atas keamanan ekonomi. Ini akan menjadi portofolio Kabinet pertama politisi wanita muda ini. Onoda, yang lahir di Amerika Serikat, juga diharapkan mengawasi kebijakan terkait warga negara asing, sebuah bidang yang diprioritaskan Takaichi.
Ajudan dekat mantan Perdana Menteri Shigeru Ishiba, Ryosei Akazawa, yang menangani negosiasi tarif dengan Amerika Serikat di Kabinet Ishiba, akan diangkat menjadi Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri.
Untuk posisi Sekretaris Kabinet Utama, sebuah posisi penting dalam mengelola pemerintahan, Takaichi telah memilih mantan Menteri Pertahanan Minoru Kihara.
Dikutip dari Kyodo, Selasa (21/10/2025), Satsuki Katayama dipastikan akan duduk sebagai Menteri Keuangan. Naskah ini telah terbit di Koran Rakyat Merdeka
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.