Jakarta, Propertyandthecity – Dari berbagai pilihan instrumen investasi, sektor properti saat ini tidak lagi menjadi primadona atau paling tidak belum memperoleh momentumnya lagi sebagaimana yang terjadi pada periode booming properti 2009 sampai 2012 atau paling tidak belum. Hal ini tergambar dari perhitungan porto folio berbagai instrumen investasi terhadap modal yang diinvestasikan pada tahun 2009 sampai Q1-2025 yang dirilis Indonesia Property Watch.
Investasi properti pada kurun waktu 2009-2012 mencapai pertumbuhan sampai 55,4% per tahun untuk properti mewah, bahkan di beberapa lokasi bisa mencapai 2 kali lipat. Melewati masa pandemi 2020-2021 nilai investasi properti menyusut menjadi 10,7% – 22,2% per tahun, diungguli investasi di saham khususnya saham perbankan yang berada di tingkat return tertinggi sampai 2022.
Memasuki tahun 2024 tingkat return properti belum juga menunjukkan peningkatan harga yang signifikan dan pasar masih memperlihatkan perlambatan, bahkan dalam 1 tahun terakhir sebagian besar properti belum menunjukkan harga atau bertumbuh sangat landai. Beberapa investor properti merasakan ‘kerugian’ investasi di properti, meskipun tingkat investasi properti masih di atas inflasi sampai Q1-2025.
Investasi emas sebagai aset safe haven melonjak cukup tinggi dalam 2 tahun terakhir mencapai 32,4% per tahun dan menjadi instrumen investasi tertinggi di Q1-2025.
Sejak booming properti terakhir, sudah 12 tahun lebih sampai saat ini, sektor properti belum kembali mendapatkan momentum kenaikannya dan justru terus menunjukkan perlambatan. Dibandingkan periode siklus properti sebelumnya yang berada di antara 5 – 8 tahun, tentunya siklus booming properti yang akan datang menjadi dirasakan sangat terlambat. Apakah investasi properti akan kembali menjadi primadona?
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://propertyandthecity.com/investasi-properti-tidak-lagi-primadona/
