Industri Dan Asosiasi Kompak Minta Jalur Khusus Logistik, Ini Alasannya

Nasional10 Dilihat



RM.id  Rakyat Merdeka – Industri dan asosiasi logistik meminta pemerintah untuk segera mengembangkan jalur khusus angkutan barang guna menunjang kelancaran distribusi dan meningkatkan efisiensi sektor usaha nasional.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo), Gemilang Tarigan mengatakan, keberadaan jalur logistik khusus akan memberikan kepastian bagi pelaku usaha sekaligus mengurangi beban jalan umum yang kerap dilintasi truk bermuatan besar.

“Jadi itu usul kita sekarang, Muatan Sumbu Terberat (MST) dinaikkan dan dibuat jalur logistik,” ujar Gemilang saat ditemui usai acara Awarding Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Logistic Skill Contest ke-14 di Karawang, Sabtu (21/6/2025).

Saat ini, standar MST di Indonesia berkisar antara 8 hingga 10 ton per kendaraan. Gemilang menyarankan agar standar tersebut disesuaikan dengan praktik di negara lain, di mana MST di kawasan Asia telah mencapai 11 ton, bahkan di Eropa sudah berada di angka 13 ton.

Baca juga : Genjot Transformasi Digital, DHL Komit Garap Bisnis Logistik Global

“Sekarang pabrik-pabrik sudah ada di kampung-kampung, jalannya pun jalan desa. Bagaimana tidak ODOL? Maka yang ingin kita rapikan sekarang ini adalah bagaimana supaya daya angkut meningkat, efisiensi logistik juga turun,” katanya.

Lebih lanjut, Gemilang menegaskan, jalur khusus akan membantu memperlancar arus distribusi barang ke seluruh wilayah. Ia juga menyoroti pentingnya digitalisasi dalam pengawasan dan pengelolaan armada angkutan logistik, sebagaimana telah dilakukan sejumlah pelaku industri.

“Apalagi tadi kita lihat, kan, sudah banyak digitalisasi yang dilakukan oleh truk yang disupport oleh Toyota. Ini sangat bagus dan perlu dikembangkan secara nasional,” ujarnya.

Senada, Wakil Presiden Direktur PT TMMIN, Bob Azam, menilai kelancaran logistik dalam negeri harus menjadi prioritas nasional karena menyangkut rantai pasok industri dan stabilitas pasar.

READ  La Liga Terus Kampanyekan Gerakan Lawan Rasisme

Baca juga : KPK Sita Lagi 4 Bidang Tanah, Nilainya Rp 10 M

Ia menyinggung dampak besar dari kebijakan larangan operasional truk ODOL selama masa libur Idulfitri 2025, yang berlangsung selama 27 hari dan menyebabkan kepadatan parah di pelabuhan.

“Kita punya pengalaman kemarin saat libur 27 hari, logistik kita seperti apa, Tanjung Priok langsung macet total dan kerugiannya luar biasa. Padahal, kalau di negara lain, logistik itu 24 jam, 7 hari seminggu, tanpa libur,” kata Bob.

Oleh karena itu, ia mendorong adanya jalur khusus logistik yang beroperasi penuh setiap hari, guna menjamin keberlanjutan industri dan efisiensi perekonomian nasional.

Bob juga menyoroti pentingnya reformasi logistik nasional untuk memperbaiki rasio efisiensi investasi atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang masih berada pada angka 6–7, jauh di atas negara-negara ASEAN lain yang sudah mencapai ICOR di kisaran 4.

Baca juga : Pengganti Paus Fransiskus Memilih Nama Paus Leo, Apa Maknanya?

“Cost logistik kita masih 23 persen dari PDB, dua kali lipat dibanding negara lain. Jadi kita berharap ke depan ada jalur logistik yang dapat memangkas biaya dan mendorong produktivitas nasional,” pungkasnya.


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *