Harapan Dunia terhadap Indonesia: Prancis (2)

Nasional7 Dilihat


Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA


Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA

Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka – Komunitas Islam di Prancis sudah cukup besar. Dalam berbagai seminar internasional tentang dunia Islam, Prancis disebut sebagai salah satu negara Eropa yang memiliki komunitas Muslim terbesar, sekitar 5 juta jiwa. Bahkan, Islam telah menjadi agama kedua terbesar setelah agama Nasrani di negara tersebut. Kebanyakan dari mereka berasal dari negeri-negeri bekas jajahan Prancis seperti Aljazair, Maroko, Tunisia, Mesir, dan lain-lain.

Baca juga : DPR Jadi Target Teroris

Komunitas Muslim di Prancis dalam beberapa dekade lalu identik dengan komunitas pendatang. Akan tetapi, sekarang tidak lagi demikian. Penduduk asli Prancis sudah banyak yang menganut agama Islam, khususnya dari kalangan akademisi dan pebisnis. Situasi menjadi semakin kompleks setelah para imigran Muslim melakukan kawin-mawin dengan warga setempat, sehingga sulit atau tidak tepat lagi mengidentikkan komunititas Muslim sebagai warga pendatang. Apalagi mereka telah menjadi warga negara (citizen) yang sah. Sayangnya, aksi kekerasan yang dilakukan kelompok garis keras di sejumlah kota justru mencederai proses pembauran tersebut.

Baca juga : Sebut Kota Paling Visioner, Media Amerika Puji IKN

Meskipun Prancis dideklarasikan sebagai negara sekuler, negara ini tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia, kebebasan, dan persamaan yang terkenal dengan semboyan Liberté, Égalité, Fraternité. Karena itu, tidak ada alasan untuk menolak kehadiran komunitas Muslim. Terlebih lagi, komunitas Muslim di sana benar-benar menganggap Prancis sebagai Ibu Pertiwi yang harus dicintai dan dijaga kewibawaannya. Lihat saja sejumlah pemain sepak bola terkenal yang begitu gigih membela lambang negara di ajang internasional. Mereka adalah Muslim yang taat pada agamanya tetapi sekaligus warga Prancis yang loyal terhadap negaranya. Dalam berbagai profesi, banyak Muslim Prancis mengharumkan nama negara itu berkat prestasi mereka.

READ  UMKM Binaan Pertamina Tembus Pasar Global, Bukukan Transaksi Rp 206 M di AGRINEX

Baca juga : Lagi, Prabowo Sebut Jasa Presiden ke-7

Kendala yang sewaktu-waktu muncul adalah benturan antara falsafah dasar Prancis sebagai negara sekuler dan warganya yang taat beragama—baik Muslim maupun penganut agama lain seperti Katolik, Protestan, atau Yahudi. Di satu sisi, Prancis harus mempertahankan identitasnya sebagai negara sekuler; di sisi lain, komunitas beragama merasa berkewajiban menjalankan ajaran agamanya. Di sinilah timbul beberapa kasus, misalnya larangan siswa berjilbab mengikuti pelajaran di sekolah karena sekolah dianggap harus bebas dari atribut dan simbol agama. Hal yang sama juga terjadi pada penganut agama lain, misalnya laki-laki Yahudi dilarang memakai kippa, atau penggunaan salib bagi mereka yang beragama Kristen. Bagaimanapun, semuanya itu adalah simbol agama.
 Selanjutnya 


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *