Harapan Dunia terhadap Indonesia: Prancis (1)

Nasional7 Dilihat


Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA


Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA

Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka – Warga Prancis memiliki sejumlah kekhasan. Mungkin karena Prancis memiliki sejarah panjang sebagai pusat mode dunia, masyarakatnya sering dipersepsikan agak tertutup terhadap warga asing, terutama dalam urusan pernikahan.

Bukan hanya lingkungan kerajaan, masyarakat biasa pun umumnya sulit menerima kehadiran bangsa lain dalam lingkup keluarga mereka. Hal ini diyakini berakar pada kepercayaan bahwa etnik Prancis merupakan salah satu etnik paling unggul di Eropa. Bahkan hingga kini masih dianggap sulit bagi orang asing untuk mempersunting gadis Prancis karena mitos keunggulan etnik tersebut.

Baca juga : Harapan Dunia terhadap Indonesia: Yordania

Di sinilah letak keistimewaan dua Karaeng Bugis berkulit sawo matang yang berhasil diangkat sebagai anak kerajaan, lalu kelak mempersunting perempuan bangsawan Prancis. Tidak hanya itu, keduanya juga sukses meniti karier militer—karier paling bergengsi pada masa itu.

Menurut Prof. Andi Zainal Abidin, Guru Besar Sejarah Universitas Hasanuddin, Makassar, kedua bocah yang dibawa ke Prancis tersebut adalah kemenakan Sultan Hasanuddin, yakni putra saudara beliau bernama Daeng Mangalle. Daeng Mangalle semula menyingkir ke Jawa pada tahun 1664.

Baca juga : Harapan Dunia Terhadap Indonesia: Amerika Latin

Tidak banyak data yang ditemukan mengenai berapa lama keluarga ini tinggal di Jawa, di mana persisnya mereka bermukim, apa yang mendorong mereka berhijrah, serta mengapa akhirnya mereka meninggalkan Jawa dan memilih menetap di Ayutthaya, Siam. Juga tidak banyak keterangan mengenai apa yang terjadi di Siam hingga mendorong mereka melakukan pemberontakan.

Pemberontakan keluarga ini menarik diteliti karena beberapa alasan. Dengan hanya ditemani sekitar 60 keluarga, mereka mampu melawan Raja Siam yang memiliki pasukan 10.000 tentara ditambah 40 serdadu Eropa. Sekitar 1.000 tentara Siam dan 17 perwira Eropa terbunuh. Memang seluruh pasukan pemberontak akhirnya dimusnahkan, termasuk Daeng Mangalle. Namun, dua putranya—Daeng Ruru (14 tahun) dan adiknya, Daeng Tulolo (12 tahun)—dibawa ke Paris dan diangkat sebagai anak angkat Raja Louis XVI.

READ  Kemenag BI Sinergi Kembangkan Zakat dan Wafat jadi Pilar Ekonomi Nasional

Baca juga : Harapan Dunia terhadap Indonesia: Chile (2)

Mereka kemudian mendapatkan pendidikan di bawah bimbingan Pastor de La Chaise, dengan harapan keduanya kelak memperoleh kedudukan terhormat mengingat bakat dan kecerdasan luar biasa yang dimiliki kedua pangeran tersebut.
 Selanjutnya 


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *