Ekonomi Tetap Kuat di Tengah Perang Tarif

Nasional11 Dilihat



RM.id  Rakyat Merdeka – APBN 2025 masih tekor akibat tertekan penurunan harga komoditas global. Meski demikian, kas negara masih aman.

Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa melaporkan, per 30 September 2025, APBN 2025 mengalami defisit Rp 375,1 triliun atau 1,56 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini lebih baik dibanding defisit periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 541 triliun atau 2,37 persen terhadap PDB.

Menurut Purbaya, kondisi ini mencerminkan kemampuan Pemerintah menjaga keseimbangan antara belanja yang produktif dan penerimaan yang berkelanjutan.

“APBN terus menjadi instrumen penting dalam menjaga pertumbuhan ekonomi nasional tetap solid di tengah ketidakpastian global. Defisit kita terjaga di bawah tiga persen PDB,” ujar Purbaya, dalam konferensi pers APBN KiTa, di Jakarta, Selasa (14/10/2025).

Pendapat negara sampai 30 September tercatat Rp 1.863,3 triliun atau 65 persen dari outlook. Terdiri dari pajak Rp 1.295,3 triliun, kepabeanan dan cukai Rp 221,3 triliun, serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp 344,9 triliun.

Secara nominal, penerimaan negara 2025 lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu. “Tekanan ini terutama bersumber penurunan harga komoditas global yang memengaruhi penerima perpajakan, khususnya di sektor migas dan tambang,” ungkap Purbaya.

Baca juga : Hadiri KTT Perdamaian Israel-Hamas di Kairo, Prabowo Diperhitungkan

Dia menerangkan, penurunan harga batubara dan sawit mengikis penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) badan dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam negeri. Namun, sektor manufaktur memberikan kontribusi positif terhadap penerimaan.

Dari sisi belanja negara, sudah terealisasi Rp 2.234,8 triliun atau 63,4 persen dari outlook. Terdiri dari belanja Pemerintah Pusat Rp 1.589,9 triliun dan Transfer ke Daerah (TKD) Rp 644,9 triliun.

READ  Menghadap Presiden, Kepala BIN Sampaikan Informasi Penting

Purbaya memastikan, belanja pemerintah tetap diarahkan untuk mendukung pembangunan infrastruktur dasar, pengendalian inflasi, dan penguatan daya beli masyarakat. “Ini adalah strategi fiskal yang adaptif dan inklusif,” katanya.

Disiplin fiskal tetap menjadi kunci dalam menjaga kredibilitas kebijakan makroekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memperkuat basis penerimaan, meningkatkan efisiensi belanja, dan mengarahkan pembiayaan untuk kegiatan produktif yang mendorong transformasi ekonomi.

“Dengan posisi fiskal yang sehat, kita memiliki ruang untuk merespons berbagai tantangan. Baik dari sisi geopolitik global maupun perubahan iklim yang memerlukan pembiayaan besar,” tutur Purbaya.

Dari sisi perdagangan, Indonesia sukses mencetak surplus 32 miliar dolar AS atau sekitar Rp 531 triliun. Capaian tersebut meningkat 45,8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu: 22,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp 368,3 triliun. Dengan capaian ini, surplus perdagangan Indonesia berlanjut selama 64 bulan berturut-turut. 

Baca juga : AS-China Perang Dagang, Purbaya: Kita Untung

Purbaya menjelaskan, kenaikan surplus ditopang kinerja ekspor dan pengendalian impor yang relatif terjaga. Ekspor periode Januari–September 2025 mencapai 208,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp 3.466,1 triliun, naik 7,7 persen dibanding tahun lalu yang sebesar 194 miliar dolar AS atau Rp 3.215,0 triliun. Sementara, impor meningkat 2,8 persen menjadi 176,6 miliar dolar AS atau Rp 2.929,7 triliun, dari sebelumnya 171,8 miliar dolar AS atau Rp 2.851,0 triliun.

“Ketahanan perdagangan Indonesia mencerminkan efektivitas strategi hilirisasi dan diversifikasi pasar ekspor yang terus diperluas oleh pemerintah,” terang Purbaya.

Surplus neraca perdagangan nonmigas menjadi faktor utama penopang kinerja ekspor nasional di tengah adanya defisit pada neraca migas. Sepanjang sembilan bulan pertama 2025, ekspor nonmigas mencapai 198,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp 3.298,8 triliun, naik dari 183,2 miliar dolar AS atau Rp 3.042,6 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

READ  Didukung Teknologi Navigasi, Midea Hadirkan Robot Vacuum Cleaner Terbaru

Adapun ekspor migas tercatat 10 miliar dolar AS atau Rp 165,9 triliun, menurun dari 11,7 miliar dolar AS atau Rp 194,1 triliun pada tahun lalu. Purbaya menyebut, pasar utama tujuan ekspor Indonesia masih didominasi China, Amerika Serikat, dan Jepang.

Ekspor ke China tumbuh 9,5 persen secara tahunan, ke Amerika Serikat turun 1 persen dan ke Jepang menurun 12,9 persen. “Ini menjadi sinyal bagi kita untuk memperkuat akses ke negara mitra baru dan memperluas jaringan perdagangan regional,” tuturnya.

Pemerintah akan terus mendorong perluasan kerja sama dagang bilateral dan multilateral guna menjaga momentum ekspor di tengah dinamika geopolitik dan kebijakan tarif global.

Baca juga : Upaya Nadiem Kandas

Pemerintah juga optimis pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2025 mencapai 5,67 persen. Optimisme ini tak lepas dari paket stimulus yang telah disiapkan.

Purbaya memandang, kondisi perekonomian Indonesia telah mengalami pemulihan. Hal itu tercermin dari proporsi pengeluaran masyarakat untuk konsumsi meningkat 75,1 persen pada September 2025.

Menurutnya, pemulihan ekonomi terjadi karena kebijakan penempatan dana ke Himbara Rp 200 triliun. “Kita lihat sudah ada perbaikan konsumsi masyarakat di September, sedikit. Kan kita mulai inject ke sistem, uangnya September,” terangnya.

Per 30 September, dana kucuran tersebut telah terserap sebesar Rp 112,4 triliun atau 56 persen. Rinciannya: Bank Mandiri sudah menyalurkan Rp 40,6 triliun (74 persen dari target Rp 55 triliun), BRI Rp 33,9 triliun (62 persen dari target Rp 55 triliun), BNI Rp 27,6 triliun (50 persen dari target Rp 55 triliun), BTN Rp 4,8 triliun (19 persen dari target Rp 25 triliun), dan BSI Rp 5,5 triliun (55 persen dari target Rp 10 triliun).

READ  Selain JP Morgan, BlackRock Dan Vanguard Juga Tambah Kepemilikan Saham BBRI

Dia lalu menyinggung proyeksi Bank Dunia bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sampai 5 persen. Purbaya tak risau. Dia justru yakin, pertumbuhan di kuartal IV akan lebih cepat dari sebelumnya.

“Harusnya arah ekonomi bisa lebih bagus. Kalau itu terjadi, momentum pertumbuhan akan kita jaga terus ke depannya lagi. Kita sudah bergerak ke arah yang lebih bagus dibanding sebelumnya,” tandasnya. NOV/MEN


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *