RM.id Rakyat Merdeka – Pendidikan, utamanya pada level dasar dan menengah adalah fondasi peradaban di mana nilai, ilmu, dan keterampilan untuk masa depan ditanamkan, dibentuk, dan dipersiapkan.
Falam konteks negara sebesar Indonesia, pendidikan bukan sekadar belajar di ruang kelas, melainkan strategi nasional jangka panjang.
Maka, ketika Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) di bawah kabinet Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menempatkan digitalisasi pendidikan sebagai program prioritas nasional, maka hal tersebut patut untuk diapresiasi.
Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029, digitalisasi pendidikan masuk dalam 17 program prioritas pemerintah, tepatnya di bawah payung “Penguatan pendidikan, sains, dan teknologi, serta digitalisasi.”
Hal ini bukan sekadar jargon semata, melainkan sebuah visi untuk mereformasi pendidikan ke arah yang lebih efektif dan efisien.
Kemunculan kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), serta ketergantungan dunia pendidikan pada teknologi digital mengharuskan siapa saja yang berada di dalam ekosistem pendidikan untuk beradaptasi, jika tidak sudah pasti akan tertinggal.
Komitmen Digitalisasi Pendidikan
Baca juga : Perumnas Bangun Hunian Subsidi Di Tengah Kota…
Pada Puncak Hari Guru Nasional, Presiden, dalam pidatonya menegaskan komitmennya terhadap digitalisasi pendidikan. Salah satu janji strategisnya yakni penyediaan televisi canggih di seluruh sekolah Indonesia.
Tujuannya mulia yakni memastikan semua guru mendapatkan bahan pembelajaran terbaik dan siswa dapat mengakses pelajaran terbaik pula.
Hal ini merupakan langkah yang transformatif karena mengubah ruang kelas konvensional menjadi ruang belajar interaktif dan dinamis. Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2025 tentang percepatan pelaksanaan digitalisasi pembelajaran turut mendukung percepatan digitalisasi pendidikan di Indonesia.
Inpres ini menjadi landasan hukum bahwa proyek digitalisasi merupakan agenda nasional yang sangat serius, terencana dan terstruktur.
Satu hal yang perlu dipahami bersama yakni digitalisasi pendidikan bukan sekadar soal pengadaan alat atau perangkat keras, lebih dari itu, adalah bagaimana teknologi digunakan untuk mendorong model pembelajaran yang lebih bermakna.
Konsep pembelajaran mendalam (deep learning) menjadi sangat relevan dalam hal ini. Model pembelajaran ini mendorong siswa untuk tidak hanya menjadi penghafal materi, tetapi juga mendorong mereka untuk memahami dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam situasi yang nyata dan kompleks.
Pembelajaran mendalam memiliki tiga prinsip utama: Pembelajaran Berkesadaran, Pembelajaran Bermakna, dan Pembelajaran Menyenangkan.
Baca juga : Usut Digitalisasi Pendidikan, KPK Tak Bisa Jalan Sendiri
Berbeda dari sistem pembelajaran tradisional yang cenderung menekankan hafalan dan penilaian standar, dalam pembelajaran mendalam siswa didorong untuk aktif mengeksplorasi dan memahami konsep dari berbagai sudut pandang, menghubungkan antara disiplin ilmu, dan menerapkannya dalam konteks nyata.
Semisal, pembelajaran tentang ekosistem tidak lagi hanya diajarkan dalam pelajaran biologi, tetapi juga dikaitkan dengan isu sosial, teknologi, bahkan budaya lokal. Pemerintah juga mengambil langkah strategis dengan memperkenalkan mata pelajaran pilihan tentang koding dan kecerdasan buatan (AI).
Mendikdasmen, Abdul Mu’ti, mengatakan bahwa mata pelajaran Koding dan AI akan menjadi mata pelajaran pilihan dalam kurikulum tahun ajaran 2025/2026. Mata pelajaran tersebut akan diajarkan mulai dari kelas 5 SD hingga SMA.
Pada sistem pendidikan negara berkembang, kebijakan yang diambil ini dapat dibilang sebagai langkah yang sangat progresif. Dengan posisinya sebagai mata pelajaran pilihan, siswa diberi kesempatan untuk mengeksplorasi bidang ini sesuai minat dan kesiapan masing-masing.
Tujuan dari pelajaran ini yakni untuk membekali siswa dengan pemahaman dasar tentang AI, mengajarkan logika dasar pemrograman untuk meningkatkan kemampuan berpikir komputasional, serta untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan teknologi dan globalisasi yang sangat kompetitif.
Perlu Persiapan Matang
Untuk mengimplementasikannya, persiapan matang telah dilakukan. Salah satunya yakni pelatihan guru. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa pengajaran koding dan AI tidak hanya tersedia alakadarnya, tetapi juga berkualitas.
Baca juga : Liga Inggris, Arsenal Rekrut Pemain Anyar Keenam
Pengembangan pelajaran ini juga didesain tetap sinkron dengan agenda literasi dan numerasi, agar siswa tetap memiliki keterampilan akademik dasar yang kuat, bukan semata menjadi pengguna teknologi semata.
Pemerintah juga telah menjalin kemitraan dengan perusahaan teknologi global, seperti Google, untuk mendukung pembelajaran secara teknis dan kontekstual dengan tren global.
Jika selama ini digitalisasi hanya menjadi asesoris infrastruktur sekolah, kini ia menjadi fondasi sistem pembelajaran nasional. Jalan menuju digitalisasi pendidikan tentu masih panjang dan berliku.
Infrastruktur teknologi, kesiapan SDM, serta budaya belajar baru menjadi beberapa tantangan yang perlu dijawab bersama. Apresiasi terhadap kebijakan ini perlu diberikan sebagai bentuk dorongan moral sekaligus pengakuan atas langkah besar yang telah dimulai.
Dengan adanya kerangka kebijakan yang visioner dan implementasi yang mulai nyata, harapan itu semakin dekat.
Penulis adalah Pendidik di Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Thoriq Tri Prabowo.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
