Dari Asmara Abigail hingga Mariah, Jangan Sampai Anda Jadi Korban Selanjutnya

Infrastruktur48 Dilihat

Jakarta, propertyandthecity.com —Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Asmara Abigail. Isinya sederhana: pemberitahuan paket bermasalah dan permintaan memperbarui alamat lewat tautan yang disertakan. Karena panik, ia menuruti instruksi. Dalam 10–15 menit, lima kali transaksi dilakukan, dan saldo rekeningnya terkuras hingga Rp70 juta.

“Situasinya benar-benar horor. Saya tidak fokus, lelah, panik, lalu ikuti saja petunjuknya. Setelah sadar, uang sudah raib,” cerita Asmara di kanal YouTube Channel RJL5 – Fajar Aditya.

Fenomena phishing yang menyaru sebagai pesan pengiriman paket ini kian sering terjadi. Modusnya berulang: pesan mengaku dari kurir dengan alasan paket gagal dikirim, alamat rusak, atau perlu verifikasi. Begitu tautan palsu diklik, pelaku bisa masuk ke sistem ponsel korban, mengambil data pribadi, bahkan mengendalikan aplikasi keuangan.

Pesan Singkat Paket yang Berujung Petaka (Pengalaman Pribadi)

Sore itu, sebuah pesan WhatsApp masuk ke ponsel saya. Pengirimnya mengaku dari kurir yang hendak mengirim paket. Pesannya sederhana: agar saya mengecek tautan yang dikirim untuk memastikan barang benar milik saya.

Sekilas tampak meyakinkan. Namun, insting berkata lain. Saya hubungi langsung nomor admin resmi ekspedisi, dan benar saja—tidak ada pengiriman atas nama saya. Penipu bahkan sempat ngotot, menyebut mungkin paket itu milik saudara atau istri.

Modus semacam ini bukan pertama kali saya terima. Kadang alasannya pembaruan alamat, kadang verifikasi pengiriman. Begitu tautan diklik, risikonya besar: pelaku bisa mengakses ponsel korban, termasuk aplikasi keuangan, e-commerce, WhatsApp, hingga nomor telepon.

Baca Juga: Merayakan 10 Tahun J&T Express dengan Semangat Bersama Membangun Bangsa

Korban lain yang saya kenal, sebut saja Mariah, tidak seberuntung itu. Ia sempat terkecoh tautan serupa saat belanja online. Dalam sekejap, seluruh akun marketplace dan dompet digital miliknya dikuasai pelaku. Puluhan transaksi dilakukan: pulsa, token listrik, hingga pengurasan saldo jutaan rupiah.

READ  BSI Catat Pertumbuhan KPR 10,1% Tahun 2025

Kasus seperti Mariah terjadi karena dua hal: kelengahan pengguna dan minimnya edukasi dari platform digital. Belum semua e-commerce dan fintech menggencarkan kampanye pencegahan penipuan. Padahal, perusahaan logistik seperti J&T Express sudah mulai bergerak dengan kampanye “3C: Cek, Curiga, Cancel”.

Pesannya sederhana: cek sumber informasi, curigai jika ada tautan mencurigakan, dan cancel segera bila tidak resmi. Kampanye semacam ini perlu diperbanyak agar masyarakat lebih waspada. Semakin banyak yang sadar, semakin kecil pula peluang penipu menjadikan pesan singkat paket sebagai jebakan berbahaya.

Tips menghindari phishing paket:

  • Jangan asal klik. Semua informasi pengiriman resmi hanya ada di aplikasi atau situs resmi ekspedisi.
  • Cek nomor pengirim. Waspadai jika berasal dari nomor asing atau tak dikenal.
  • Curiga bila diminta data pribadi. Kurir tidak pernah meminta password, OTP, atau PIN.
  • Hubungi langsung pihak ekspedisi. Simpan nomor resmi agar mudah diverifikasi.

Kejahatan digital ini ibarat horor baru di tengah meningkatnya transaksi online. Namun dengan kewaspadaan dan kebiasaan mempraktikkan “3C”, masyarakat bisa terhindar dari kehilangan yang lebih besar. (*)

Artikel ini Disadur Dari Berita : https://propertyandthecity.com/horor-phishing-paket-dari-asmara-abigail-hingga-mariah-jangan-sampai-anda-jadi-korban-selanjutnya/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *