Akademisi Minta Insentif BEV Impor Tidak Diperpanjang, Ini Alasannya

Nasional28 Dilihat



RM.id  Rakyat Merdeka – LPEM UI menilai insentif impor mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) dalam bentuk completely built up (CBU) sebaiknya diakhiri pada akhir 2025. Alasannya, kebijakan ini justru mendistorsi kinerja produsen BEV yang sudah berinvestasi dan membangun industri di Indonesia.

Riyanto, peneliti LPEM UI, menyatakan insentif BEV impor memang berhasil mendorong penjualan pada 2024–2025. Bahkan, per Mei 2025, pangsa pasar BEV impor meroket hingga 64 persen, naik dari 40,2 persen pada periode yang sama tahun lalu.

Baca juga : Kemenperin: Sesuai Aturan, Insentif Impor Mobil Listrik Berakhir Tahun Ini

Namun, menurutnya, insentif tersebut hanya memberi dampak pada sektor perdagangan yang nilai tambah dan multiplier effect-nya jauh lebih kecil dibandingkan produksi lokal. Akibatnya, utilisasi pabrik dalam negeri tidak optimal.

“Jika insentif ini diperpanjang, target produksi BEV 400 ribu unit tahun 2025 bisa terganggu. Kebijakan ini tidak adil bagi perusahaan yang sudah berinvestasi dan memproduksi BEV di Indonesia,” ujarnya dalam diskusi Forum Wartawan Industri (Forwin) di Jakarta, Senin (25/8/2025).

Baca juga : APSyFI Minta Audiensi Ke Mendag, Bahas Dampak Pembatalan BMAD Benang Filamen

Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa perpanjangan insentif dapat menimbulkan ketidakadilan, menurunkan kredibilitas kebijakan, serta menghambat iklim investasi. Padahal, tujuan utama Indonesia adalah menjadi basis produksi BEV, bukan sekadar pasar.

Ia merekomendasikan agar pemerintah menyusun kebijakan fiskal yang konsisten, adil, dan proporsional, berbasis tingkat emisi dan tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Kendaraan yang berkontribusi besar dalam pengurangan emisi dan memiliki dampak ekonomi luas, dinilai layak mendapatkan insentif lebih besar.

Baca juga : Paus Leo Minta Iran-Israel Tidak Gegabah, Dunia Yang Aman Harus Dibangun

READ  KAI Commuter Pastikan Tindak Tegas Pelaku Pelecehan Seksual

“Insentif BEV CBU sebaiknya tidak diperpanjang agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar, melainkan pusat produksi BEV,” tegas Riyanto.


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *