HomeBabby.my.id, (JAKARTA) — Properti komersial Jakarta pada kuartal ketiga (Q3) 2025 menunjukkan tren yang sangat selektif, di mana kualitas, efisiensi energi, dan pengalaman konsumen menjadi kunci utama dalam mendorong permintaan dan pasokan.
Laporan terbaru dari Colliers Indonesia mencatat bahwa pasar perkantoran dan ritel di Jakarta dan sekitarnya didominasi oleh strategi peningkatan mutu ketimbang pembangunan massal.
Baca Juga: Kinerja Hotel Jakarta Q2 2025 Tertekan, Pelaku Optimis Bali Justru Melonjak Lantaran 4 Faktor Utama
Permintaan pasok baru di Ibu Kota diprediksi sangat terbatas, terutama untuk gedung perkantoran, yang diperkirakan hanya akan rampung secara signifikan pada tahun 2028.
1. Perkantoran: MNC Buru Green Building di Tengah Pasok yang Jauh dari Kata Melimpah
Pasar perkantoran Jakarta terus menghadapi tantangan pasok. Pengembang memilih untuk menahan diri dalam meluncurkan proyek baru sambil menunggu sinyal perbaikan tingkat permintaan yang lebih pasti.
Akibatnya, pasok baru di CBD (Central Business District) terbilang sangat terbatas. Di Q3 2025, total pasok ruang kantor di Jakarta mencapai 11,4 juta m², dengan Menara Jakarta tercatat sebagai pasok tunggal di kuartal ini.
Baca Juga: Asia Pasifik Catat Kenaikan 5% Investasi 2025, Colliers Soroti Sektor Perkantoran hingga Data Center
Meskipun pasok terbatas, permintaan menunjukkan arah yang jelas: kualitas adalah segalanya. Perusahaan Multinasional (MNC) kini lebih condong mencari gedung berstandar Green Building.
Permintaan aktif sebagian besar datang dari sektor modern seperti teknologi, tambang, energi, dan layanan finansial.
Relokasi dan ekspansi pun masih mendominasi pergerakan penyewa, terutama menuju gedung dengan kualitas yang lebih baik dan didukung ketersediaan transportasi umum yang menjadi daya tarik utama.
“Fokus pasar jelas bergeser dari sekadar ruang luas menjadi kualitas, efisiensi energi (Green Building), dan pengalaman yang superior. Ini adalah sinyal bagi pengembang untuk beralih ke strategi renovasi dan peningkatan kualitas, bukan pembangunan massal,” kata Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia.
Baca Juga: Sektor Industri Jakarta Tetap Positif, Lahan Kawasan Industri Bertambah 15.850 Hektar

2. Pasar Ritel: Renovasi Menggantikan Pembangunan Mal Baru
Sektor ritel mengikuti jejak pasar perkantoran dengan pasok baru yang juga terbatas. Strategi utama yang dipilih pengembang adalah renovasi portofolio properti ritel yang sudah ada.
Langkah ini diambil untuk memperbarui pengalaman belanja dan meningkatkan daya saing.
Di Jakarta, total pasok ruang ritel mencapai 4,95 juta m² dan di BoDeTaBek 3,27 juta m². Meskipun pasok terbatas, mal kelas atas terbukti unggul dalam mempertahankan tingkat hunian tinggi berkat kemampuan mereka menyajikan pengalaman ritel yang superior kepada pengunjung.
Baca Juga: Kinerja Ritel Premium Semester I 2025 Tetap Kuat di Tengah Melemahnya Daya Beli Kelas Menengah
- Pendorong utama hunian: Tenant Food & Beverage (F&B) terus menjadi motor utama, dengan konsep toko dan produk yang viral di kalangan anak muda.
- Tenant Mix: Bauran penyewa semakin bervariasi. Beberapa department store bahkan diperkecil untuk memberi ruang bagi brand lain.
- Aktor Baru: Brand asing asal China menunjukkan minat yang semakin besar untuk melakukan ekspansi di Jabodetabek.
3. Biaya Hunian dan Harga Jual Ikuti Kualitas
Dampak dari permintaan yang berorientasi kualitas ini juga terasa pada biaya. Biaya hunian (sewa dan service charge) diperkirakan akan naik, khususnya didorong oleh mal-mal kelas atas yang sukses mempertahankan tingkat huniannya.
Di sektor perkantoran, tarif dasar sewa masih stabil di Q3 2025, namun gedung premium dengan tingkat hunian yang sehat sudah mulai mempertimbangkan menaikkan harga sewa.
Baca Juga: Paramount Petals Taman Rasa Resmi Dibuka: Sentra Kuliner Baru Harga Kaki 5, Rasa Bintang 5
Sementara itu, biaya pemeliharaan (service charge) diperkirakan akan naik sekitar 3% per tahun, salah satunya dipengaruhi oleh kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP).
4. Peluang di Pasar Sekunder Properti Komersial Jakarta

Meskipun harga jual properti komersial secara umum stabil, Ferry Salanto dari Colliers memproyeksikan adanya potensi peningkatan minat terhadap ruang kantor strata (strata-title) yang berada di luar CBD.
Hal ini disebabkan oleh harga yang lebih kompetitif dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh pemilik gedung di area utama.
Pasar sekunder properti komersial Jakarta tetap menarik karena harganya kerap berada di bawah harga yang ditentukan pemilik gedung.
Sementara pasar primer masih menjadi tenant market, di mana pemilik gedung terus berupaya memberikan paket sewa dan insentif yang menarik untuk menggaet penyewa baru.
***
Untuk berita santai yang tak kalah seru, mampir juga ke: PropertiPlus.com
*** Baca berita lainnya di GoogleNews
——— KONTAK REDAKSI:
Telepon/WA: 0821 2543 0279
Email Redaksi: [email protected]
Email Iklan: [email protected]
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://propertiterkini.com/4-tren-kunci-properti-komersial-jakarta/