HomeBabby.my.id, (JAKARTA) — Sektor real estat komersial di Indonesia sedang mengalami perubahan besar. Keberlanjutan telah menjadi faktor utama yang mendorong nilai aset, permintaan penyewa, dan kepatuhan terhadap regulasi.
Sertifikasi bangunan hijau, yang dulunya dianggap sebagai nilai tambah, kini telah menjadi standar pasar yang penting.
Pergeseran ini tidak hanya terjadi setelah pemulihan pasca-pandemi, melainkan mencerminkan perubahan struktural yang lebih mendalam dalam ekspektasi pasar.
Adopsi sertifikasi seperti Greenship, EDGE, LEED, dan Bangunan Gedung Hijau (BGH) telah meningkat pesat.
Hingga pertengahan 2025, sektor perkantoran menjadi pemimpin dengan 88% bangunan bersertifikasi.
Kantor Grade A di kawasan Central Business District (CBD) Jakarta menunjukkan tingkat adopsi tertinggi.
Baca Juga: Tingkat Hunian Mal Jakarta Naik 3% di 2025, Pasokan Baru Masih Terbatas
Pergeseran Mindset Pengembang dan Dukungan Sektor Keuangan
Korporasi multinasional dan investor institusional kini lebih memprioritaskan kepatuhan terhadap prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance).
Menanggapi tren ini, pengembang dan pemilik gedung secara proaktif mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam strategi desain dan pengelolaan aset mereka.
Menurut Christina Ng, Head of Facilities Management Colliers Indonesia, para pengembang tidak lagi menunggu permintaan penyewa untuk mendorong keberlanjutan.
Baca Juga: 240 Unit Baru Masuk, Pasar Apartemen Sewa Jakarta Kian Kompetitif di Paruh Awal 2025
“Mereka kini mengambil peran utama—mengamankan masa depan aset mereka, meningkatkan efisiensi operasional, dan memposisikan diri secara kompetitif di pasar yang semakin matang,” ujarnya.
Dukungan juga datang dari sektor keuangan. Masuknya sektor konstruksi dan real estat ke dalam Taksonomi Hijau OJK versi kedua, serta insentif seperti pengurangan aset tertimbang menurut risiko (ATMR) untuk pembiayaan hijau, membuat pengembangan berkelanjutan lebih mudah diakses.
Bangunan dengan sertifikasi hijau kini dapat memperoleh pembiayaan istimewa, termasuk suku bunga yang lebih rendah dan akses modal yang lebih mudah.
Baca Juga: Harga Rumah Bogor 2025 Turun hingga 4,1%, Peluang Emas bagi Pencari Rumah Pertama
Proyeksi Pertumbuhan dan Peluang Masa Depan

Colliers Indonesia memproyeksikan akan ada peningkatan 54% dalam jumlah sertifikasi bangunan hijau hingga akhir tahun 2025. Hal ini didorong oleh tekanan regulasi dan kesiapan pasar yang semakin matang.
Ada banyak peluang bagi pengembang untuk meningkatkan gedung Grade B dan Grade C, serta memperluas upaya keberlanjutan ke sektor industri dan ritel.
Selain itu, adopsi teknologi efisiensi energi tanpa investasi modal besar juga menjadi peluang yang menjanjikan.
Baca Juga: DAMAC Digital Bangun Pusat Data AI Terbesar di Indonesia, Investasi US$2,3 Miliar
Seiring dengan semakin pentingnya keberlanjutan dalam real estat komersial modern, kredensial hijau bukan lagi pilihan, melainkan keharusan untuk tetap relevan dan tangguh dalam jangka panjang.
***
Untuk berita santai yang tak kalah seru, mampir juga ke: PropertiPlus.com
*** Baca berita lainnya di GoogleNews
——— KONTAK REDAKSI:
Telepon/WA: 0821 2543 0279
Email Redaksi: [email protected]
Email Iklan: [email protected]
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://propertiterkini.com/transformasi-real-estat-komersial-hijau/