RM.id Rakyat Merdeka – Peralihan dari praktik tambang skala kecil yang informal menuju model kemitraan resmi bersama perusahaan negara terbukti memberi dampak nyata bagi sebagian komunitas penambang di Bangka Belitung. Aditya Pratama, seorang mitra PT Timah Tbk yang bermukim di Pangkalpinang, membagikan pengalamannya sejak bergabung menjadi mitra resmi pada 2020.
Transformasi itu, menurut Aditya, membawa keuntungan ganda. Di satu sisi, legalitas membuat penambang tidak lagi terancam razia dan penindakan yang berulang; di sisi lain, kemitraan membuka akses bagi masyarakat sekitar untuk bekerja secara lebih teratur dan terlindungi.
Baca juga : Transformasi TNI Dan Tantangan Pertahanan Non Konvensional
“Dari awal memang kami langsung jadi mitra PT Timah, tidak melakukan pertambangan yang tidak memiliki izin. Kalau bermitra dengan pemerintah ini kan lebih aman. Karena ada SPK-nya. Surat perintah kerjanya. Ada payung hukumnya lah intinya,” ujar Aditya, Selasa (7/10/2025).
Aditya mengakui dampak negatif praktik tambang ilegal di masa lalu, yaitu kerusakan lingkungan, penurunan akses pendidikan karena anak-anak kerap terlibat aktivitas tambang, dan risiko keselamatan pekerja.
Baca juga : Temuan Penyebab Keracunan Makanan Di Bandung Barat, Perlu Penjelasan Lanjut
“Dampak yang paling kita sayangkan itu dampaknya ke pendidikan. Karena kan dulu jual timah masa anak-anak kecil yang SD-SMP datang ke tempat pertambangan timah, kalau bahasa Bangka-nya ‘ngereman’, nah datang dikasih sekilo. Sekilo waktu itu Rp 100 ribu,” katanya.
Sebagai mitra resmi, peran ahli dalam memastikan standar lingkungan dan keselamatan meningkat. Aditya menyebutkan standar K3, penggunaan ponton, alat keselamatan hingga mekanisme penerimaan bahan yang lebih ketat sebagai bagian dari perubahan praktik kerja.
Baca juga : Firnando Apresiasi Pertamina Soal Base Fuel, Kandungan Etanol Sesuai Regulasi
“Dengan bekerja ilegal mereka nggak bisa jual ke PT Timah, karena jual ke PT Timah contoh ada speknya, K3-nya. Ponton harus 100 drome, misal diverifikasi layak atau nggak. Tambah lagi contoh alat kesehatannya apa, misalnya rompi, kalau di laut pakai pelampung,” jelas Aditya.
Aditya pun berharap proses transformasi ini dijalankan secara adil dan konsisten. “Dengan adanya regulasi yang Pak Presiden instruksikan kami enak kerja, dijaga, dipantau. Kami nggak takut-takut lagi,” pungkasnya.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.