RM.id Rakyat Merdeka – Dalam upaya mendorong pemanfaatan kecerdasan artifisial (AI) yang etis, inklusif, dan berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI ITB) menggelar Webinar Nasional bertajuk “Humanizing Artificial Intelligence”. Kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen STEI ITB untuk merumuskan arah pengembangan teknologi AI di Indonesia yang tidak hanya unggul secara teknis, tetapi juga selaras dengan kepentingan sosial dan budaya masyarakat.
Webinar ini menyoroti urgensi pendekatan AI yang human-centered dalam merespons dampak transformasional teknologi terhadap dunia kerja dan tatanan sosial di Indonesia. Dengan menghadirkan Peneliti Pusat AI ITB Dr. Eng. Ayu Purwarianti, Deputi Sekretaris Eksekutif CfDS UGM Iradat Wirid, dan Peneliti Senior ELSAM Indri Dyah Saptaningrum, sesi ini membedah tantangan struktural yang muncul akibat otomasi dan algoritmisasi. Dimulai dari potensi hilangnya berbagai jenis pekerjaan hingga kesenjangan keterampilan digital yang kian melebar.
Pengembangan AI Berfokus pada Manusia
Panel kedua yang bertajuk “Power to the People: Human-Centered Approach to Shape Better AI” menyoroti pentingnya pengembangan dan pemanfaatan teknologi AI yang menempatkan manusia sebagai fondasi utamanya. Panel ini menekankan bahwa pada prinsipnya, manusia tetap harus menjadi subjek, dan bukan objek dari teknologi. Dimoderatori Direktur Program ICT Watch Prasasti Dewi, diskusi ini menghadirkan perspektif dari berbagai latar belakang.
Baca juga : Tekan Biaya Logistik, Forwarder.ai Manfaatkan Artificial Intelligence
“Tujuan utama AI adalah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, tidak boleh membahayakan manusia. Artinya, ketika membuat sebuah AI, maka AI itu tidak boleh digunakan untuk melakukan hal-hal yang merugikan,” ungkap Dr. Eng. Ayu Purwarianti.
Dia menerangkan, setidaknya terdapat empat prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan AI. Yaitu keamanan; dikendalikan oleh manusia; aplikasi yang transparan, explainable, dan accountable; serta adil.
Pentingnya meletakkan manusia sebagai pusat dari setiap proses desain teknologi seperti AI juga ditekankan Iradat Wirid. Dia menyatakan, teknologi sudah sepatutnya berporos pada manusia dan digunakan untuk tujuan yang baik demi kemanusiaan.
Baca juga : Lintasarta Luncurkan Laskar AI, Cetak Talenta Artificial Intelligence Unggulan
“Jangan sampai pemujaan terhadap teknologi mengaburkan batas nilai kemanusiaan dan fungsi manusia itu sendiri. Butuh pemahaman etika dasar bagi manusia untuk bisa terus keep-up dengan kecepatan teknologi, hal ini harus dilakukan agar manusia tidak kehilangan sisi manusianya,” ujarnya.
Pentingnya keterlibatan manusia dalam seluruh proses pengembangan AI juga disorot Indri Dyah Saptaningrum. Dia menekankan bahwa pendekatan human-centered tidak hanya berbicara soal hasil akhir, tetapi juga mencakup proses yang benar-benar menempatkan manusia sebagai pusat dari setiap tahapan desain dan operasionalisasi teknologi.
“Sentralitas manusia dalam pengembangan hingga operasi AI harus dimaknai sebagai proses yang memberdayakan, bukan menggantikan. Interaksi dan keterlibatan manusia di setiap tahap, mulai dari intervensi, review, hingga evaluasi adalah inti dari prinsip human-in-the-loop,” ujarnya.
Mewujudkan AI Humanis dan Berkelanjutan
Baca juga : Forum PKPI Gelar Halaqoh Nasional Pimpinan Pesantren
Penyelenggaraan webinar “Humanizing Artificial Intelligence” menjadi wujud nyata komitmen ITB mengamalkan tridharma perguruan tinggi dalam diskusi soal pengembangan ekosistem AI yang berkelanjutan dan humanis di Indonesia. Webinar ini membuka percakapan penting mengenai langkah konkret dalam mengukur dan memastikan bahwa AI yang dikembangkan benar-benar mendukung martabat dan kapasitas manusia, bukan sekadar mempercepat efisiensi.
Webinar ini tidak hanya membuka wawasan tentang peluang dan tantangan hadirnya teknologi seperti AI, tetapi juga menggugah pertanyaan mendasar mengenai bagaimana kita dapat secara nyata memastikan pengembangan AI yang benar-benar memperkuat martabat dan kapasitas manusia, alih-alih sekadar mengejar efisiensi serta produktivitas semata.
Dalam menjawab tantangan ini, kontribusi lintas sektor menjadi kunci. Salah satunya adalah keterlibatan aktif masyarakat sipil dalam memainkan peran strategis sebagai penjaga etika, pengawas keberpihakan sosial, dan jembatan antara komunitas terdampak dengan pemangku kepentingan dalam pengembangan kebijakan dan teknologi.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.