Stabilitas Sistem Keuangan Aman, Sri Mulyani: Kita Tetap Waspada

Nasional107 Dilihat



RM.id  Rakyat Merdeka – Alhamdulillah, Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) pada triwulan II-2025 terpantau aman. Meski begitu, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) tidak mau terlena.

KSSK terdiri dari Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, dan Ketua DK Lembaga Penjamin Sosial (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa. 

“Kita tetap harus waspada. Dunia sedang tidak baik-baik saja,” tegas Sri Mulyani yang juga menjabat sebagai Ketua KSSK usai rapat KSSK III di Jakarta, Senin (28/7/2025).

Seluruh anggota KSSK hadir dalam rapat tersebut. Keputusan rapat salah satunya menyepakati sinergi antarinstansi terus diperkuat.

Menurut Ani-sapaan akrabnya, stabilitas sistem keuangan yang terjaga tidak menutup ancaman dari luar. Negosiasi tarif resiprokal AS, ketegangan geopolitik, hingga retaliasi China jadi faktor utama yang memicu ketidakpastian global.

“Walau tarif AS sudah deal dengan Indonesia, tetap diperlukan penguatan kebijakan dan koordinasi lintas lembaga,” kata Ani.

Baca juga : Hipelki: Ekosistem Alkes Stagnan, Ketahanan Kesehatan Terancam

Triwulan II-2025, lanjut Ani, diwarnai gonjang-ganjing tarif dagang AS dan memanasnya situasi di Timur Tengah. Imbasnya, pertumbuhan ekonomi global babak belur. AS, Eropa, hingga Jepang ikut kena imbas.

Meski begitu, Ani optimistis ekonomi RI tetap melaju. “Pertumbuhan kuartal II tetap terjaga dan bisa jadi fondasi untuk tumbuh 5 persen tahun ini,” katanya.

Konsumsi dan daya beli masih positif. Dunia usaha juga resisten. APBN bekerja ekstra menjalankan fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi.

“Stimulus ekonomi dan dukungan ke sektor prioritas tetap digelontorkan,” imbuhnya.

Surplus neraca dagang Mei 2025 mencapai 15,38 miliar dolar AS. Angka ini naik dari 13,06 miliar dolar AS pada Mei 2024.

READ  Prabowo Bahas Danantara Bareng Taipan Nasional Hingga Investor Asal AS Di Istana

Penurunan tarif resiprokal AS untuk Indonesia jadi angin segar. “Turun jadi 19 persen, bisa dongkrak industri tekstil, alas kaki, dan furnitur,” ujar Ani.

Baca juga : Octa Berikan Pelatihan dan Rangkaian Amal, Serentak di Tiga Negara

Pemerintah juga akan aktif jajaki kerja sama bilateral dan multilateral untuk dorong ekspor dan investasi.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut tiga langkah utama menjaga stabilitas ekonomi. Pertama, menurunkan BI Rate jadi 5,25 persen. “Masih ada ruang untuk dipangkas lagi,” kata Perry.

Kedua, mendorong pertumbuhan dan daya beli lewat sinergi kebijakan dengan Pemerintah. BI telah beli SBN Rp 147,6 triliun.

Menjaga nilai tukar rupiah agar harga barang tetap stabil dan daya beli terjaga.

Ketua OJK Mahendra Siregar mencatat, perbankan masih menunjukkan kinerja sehat. Hingga Juni 2025, kredit tumbuh 7,77 persen yoy jadi Rp 8.059,79 triliun. 

Pertumbuhan dipicu oleh kredit investasi naik 12,53 persen, kredit konsumsi naik 8,49 persen, kredit modal kerja naik 4,45 persen, kredit korporasi tumbuh 10,78 persen, sedangkan UMKM lebih moderat di 2,18 persen. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga tumbuh 6,96 persen jadi Rp 9.329 triliun.

Baca juga : Yabes Roni Optimis Bali United Ditangani Pelatih Tepat

“Risiko kredit tetap terjaga. NPL gross di 2,22 persen dan NPL net 0,84 persen. Loan at Risk (LaR) stabil di 9,73 persen,” jelas Mahendra.

Sementara itu, Ketua LPS Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan, penyesuaian bunga penjaminan (TBP) dilakukan secara responsif untuk memperkuat transmisi kebijakan moneter. “Kami akan sinkronkan dengan arah suku bunga BI,” katanya.

Mei 2025, TBP untuk simpanan rupiah di bank umum diturunkan 25 bps jadi 4 persen. Di BPR jadi 6,5 persen. Untuk valas tetap 2,25 persen. Berlaku hingga 30 September 2025.

READ  Tugu Insurance Perkuat Ekspansi Dan Transformasi Digital Laba Melesat 363 Persen

Dihubungi terpisah, Chief Economist Bank Permata Josua Pardede menekankan pentingnya sinergi fiskal-moneter. “Perang dagang belum selesai. Timur Tengah makin panas. Sinergi jadi kunci,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Menurutnya, BI harus terus jaga stabilitas rupiah lewat intervensi pasar valas. Pemerintah juga harus tetap rajin gelontor insentif dan perlinsos. 


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *