Soemitro Center Siap Wujudkan Visi Sang Begawan

Nasional13 Dilihat



RM.id  Rakyat Merdeka – Prof. Sumitro Djojohadikusumo, seorang ekonom dan begawan politik terkemuka Indonesia, memainkan peran krusial dalam pembangunan ekonomi bangsa sejak era kemerdekaan. Sumitro dikenal sebagai arsitek di balik berbagai kebijakan ekonomi penting. Pemikirannya telah memengaruhi arah pembangunan Indonesia selama beberapa dekade.

Sumitro adalah seorang akademisi brilian yang menimba ilmu di Belanda, meraih gelar doktor dalam bidang ekonomi. Pengetahuannya yang mendalam tentang teori ekonomi dan komitmennya terhadap pembangunan nasional menjadikan ia sosok yang tak tergantikan dalam kabinet beberapa presiden, termasuk Sukarno dan Soeharto.

Sepanjang kariernya yang panjang, Sumitro menjabat berbagai posisi kunci, termasuk Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, dan Menteri Riset. Dia adalah perumus konsep “Doktrin Sumitro” yang menekankan pentingnya industrialisasi berbasis ekspor sebagai mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Ide-idenya tentang stabilisasi ekonomi, investasi asing, dan pembangunan infrastruktur menjadi landasan bagi strategi pembangunan jangka panjang. Tidak heran jika dia kemudian mendapat julukan sebagai Begawan Ekonomi Indonesia.

Baca juga : Eddy Soeparno: RUPTL Bukti Komitmen Presiden Prabowo Wujudkan Pembangunan Berkelanjutan

Meskipun kadang-kadang kebijakannya menuai pro dan kontra, visi dan integritasnya dalam mengabdikan diri untuk kemajuan ekonomi Indonesia tidak pernah diragukan. Sumitro selalu percaya bahwa Indonesia harus membangun kekuatan ekonominya sendiri untuk mencapai kedaulatan yang sejati.

Namun, hingga meninggal pada 9 Maret 2001 di usia 83 tahun, banyak visi idealnya tentang ekonomi Indonesia belum terwujud. Inilah yang menjadi salah satu dasar dibentuknya Soemitro Center. Lembaga independen ini diperkenalkan pada 29 Mei 2025, bertepatan dengan peringatan 108 tahun hari kelahiran Sumitro.

“Sumitro tidak pernah memisahkan akal dari nurani. Kami ingin menjadikan Soemitro Center sebagai tempat lahirnya kebijakan yang jujur, tajam, dan berpihak. Ini bukan retorika. Ini perjuangan,” kata Ketua Soemitro Center, Harryadin Mahardika, di Museum Juang Taruna, Taman Makam Pahlawan (TMP) Taruna, Tangerang, Kamis (29/5/2025).

READ  Prediksi BMKG Untuk Cuaca Besok Di Jakarta Rabu 12 2 Apakah Hujan Atau Panas

Lembaga yang dipimpinnya ini diharapkan menjadi wadah berkumpulnya pakar di bidang ekonomi dan para pengusaha. “Kami akan mengadakan berbagai diskusi di kampus-kampus dan menjalin hubungan dengan dunia usaha agar bisa mendapatkan masukan untuk disampaikan kepada pemerintah,” ujar CEO dan Co-Founder Fitness Plus Indonesia itu.

Baca juga : Demo Ojol Tak Seramai yang Digaungkan, Masih Banyak yang Beroperasi

TMP Taruna dipilih sebagai tempat peluncuran Soemitro Center bukan tanpa sebab. Di sinilah tempat peristirahatan terakhir dua orang adik Sumitro: Subianto Djojohadikusumo dan Sujono Djojohadikusumo. Keduanya gugur bersama Daan Mogot dan 34 perwira dan taruna lain dalam Peristiwa Lengkong pada 25 Januari 1946.

“Kami membangun Soemitro Center bukan untuk mengenang, tapi untuk menyalakan kembali idealisme bangsa. Melalui forum ini, integritas bukan lagi wacana tapi komitmen strategis,” kata General Convener 108 Soemitro, Leonardo A. Putong. Usai peluncuran, para pembicara melakukan tabur bunga di makam Daan Mogot, Subianto, dan Sujono.

Soft Power

Peluncuran Soemitro Center dihadiri Stephen Ng (CEO We Indonesia Rock), Aldila Septiadi (CFO World White Enterprise), serta sejumlah akademisi politik dan ekonomi seperti Redi Kalingga, Stefan Sapto Handoyo, dan Dr Kun Wardana Abyoto.

Aldila menekankan pentingnya soft power agar Indonesia bisa bersaing di pasar global. Soft power adalah kemampuan suatu negara untuk memengaruhi negara lain agar mau melakukan apa yang diinginkan, tanpa menggunakan paksaan atau pembayaran. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan politik Joseph Nye Jr. pada 1980-an.

Baca juga : Harkitnas 2025, Momentum Pertamina Wujudkan Kemandirian Energi

“Pemerintah perlu mendorong munculnya produk Indonesia yang bisa dikenal di dunia. Bukan hanya karena produknya beredar luas tapi juga dipandang sebagai produk yang berkualitas dan dibutuhkan,” kata Aldilia.

READ  HUT ke 25 BMI Pastikan Rekrut Generasi Muda Besarkan PDI Perjuangan

Aldilia mencontohkan Korea Selatan yang berhasil mengekspor K-Pop ke seluruh pelosok dunia. K-Pop merupakan bagian integral dari fenomena yang lebih besar yang dikenal sebagai Hallyu atau Korean Wave, yang mencakup drama Korea (K-Drama), film, fashion, kuliner, dan budaya populer lainnya.

Popularitas K-Pop tidak hanya meningkatkan ekspor produk budaya Korea, tetapi juga memicu minat terhadap produk-produk Korea lainnya seperti kosmetik (K-Beauty), makanan, dan teknologi. Selain itu, banyak penggemar K-Pop yang termotivasi untuk mengunjungi Korea Selatan, sehingga meningkatkan sektor pariwisata.

Menurut Aldilia, Indonesia punya banyak brand yang berpotensi mencuat di pasar global. Dia berharap pemerintah bisa merangsang potensi ini menjadi nyata melalui kebijakan yang ramah terhadap dunia usaha.


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *