RM.id Rakyat Merdeka – Kayaknya nggak lebay, kalau kita bersepakat bahwa upaya menumbuhkembangkan nilai luhur Pancasila, historis dan filosofis, adalah tanggung jawab bersama. Tiap lembaga pemerintah, individu, dan kelompok wajib ikut mendukung, tentu dengan beragam style. Ide dan gagasan strategis boleh tumbuh dari mana saja, dan diusung siapa pun. Termasuk ketika ada gagasan konstruktif menumbuhkembangkan nilai luhur bangsa melalui perjalanan imajinatif bertajuk ‘Serambi Pancasila’.
Sebagai bangsa beragam budaya, umumnya memaknai istilah serambi bukan sekadar bagian terdepan dari suatu rumah. Serambi atau apapun sebutannya, adalah wujud reflektif dari jiwa dan raga penghuni rumah. Tempat ini adalah titik paling awal ketika sang empunya rumah menyambut, menerima informasi, menyampaikan pesan serta dan saling menguatkan ide-ide positif terhadap siapapun tamunya. Serambi harus tetap diposisikan sebagai media yang mulia. Kendati letaknya di depan, serambi tidak boleh disulap menjadi tontonan kepalsuan. Serambi harus ditampilkan sebagai kemurnian, bukan hanya sekadar dibilang bagus, tapi menegasikan fakta penghuni rumah sesungguhnya.
Secara filosofis, Serambi Pancasila dimaknai sebagai ruang penghormatan terhadap gagasan-gagasan awal yang saling menguatkan dalam rangkaian proses sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), panitia-panitia kecil dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Baca juga : Pancasila Harus Sentuh Realitas Anak Muda
Lebih jauh, Serambi Pancasila melukiskan bagaimana perjumpaan pikiran dan pendapat para tokoh bangsa saat itu. Api semangat perjumpaan ini yang terus dihidupkan oleh lintas generasi. Setiap pengunjung, peminat, pengkaji yang masuk dalam Serambi Pancasila, bukan saja disuguhkan dokumen, foto, video atau kliping koran saja. Mereka seakan di bawa masuk ke dalam dimensi dialektika proses sidang yang panjang pada rentang 29 Mei sampai 18 Agustus 1945.
Serambi Pancasila juga mencerminkan rangkaian proses pengkristalan nilai-nilai luhur warisan bangsa. Serambi Pancasila melukiskan bagaimana jiwa luhur para pendiri bangsa yang mengorbankan keegoannya untuk bersatu dalam perbedaan, guna menopang berdirinya negara baru yang sedang kita pijak. Sebagai manifestasi dari dialog, pajangan data digital, maupun hard copy dalam Serambi Pancasila yang menarasikan bagaimana keterbukaan dan penerimaan yang dipertontonkan masing-masing tokoh bangsa.
Selayaknya serambi, pojok khusus ini juga ditata agak beda dan mungkin sedikit inklusif. Bukan pada persoalan estetika, interior dan ukuran semata, tapi juga tampilan naratif dan dukungan teknologi yang bisa membius siapapun pengunjung ruang perjumpaan kebangsaan pada pra dan pasca kemerdekaan. Ending-nya, perjumpaan gagasan Founding Fathers, gagasan, dan ide kekinian yang terbersit dapat dipadupadankan dengan semangat yang diwariskan. Sehingga pada setiap aspek implementasi gagasan dan ide tersebut, semangat Pancasila tetap sebagai penuntun utama, baik pada proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemanfaatan pembangunan.
Baca juga : Elon Musk Umumkan Partai Baru, Namanya Partai Amerika
Kita harus bersyukur dan mendukung secara penuh ketika wacana Serambi Pancasila segera berwujud. Bukan hanya di instansi pemerintah, kantor BUMN, sekolah dan tempat umum lainnya. Bisa juga di tempat nongkrong anak-anak muda dan emak-emak bergosip ria. Pokoknya, di mana ada tempat berkumpul, di situ ada perjumpaan nilai Pancasila. Kiranya tepat alasan orang yang sedang galau, ‘Kita mungkin selalu bertemu, tapi sepertinya tak pernah berjumpa’.
Salam Pancasila !
*Penulis adalah Analis Kebijakan Madya Badan Pembinaan Ideologi Pancasila dan Alumnus Pembina Paskibraka Nasional 2016
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
