PHK Melanda Banyak Negara, Apindo Minta Regulasi Tenaga Kerja Fleksibel

Nasional30 Dilihat



RM.id  Rakyat Merdeka –  

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai fenomena PHK tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga melanda sejumlah negara lain sebagai efek jangka panjang dari pandemi Covid-19.

“Kalau soal PHK, sekarang di negara manapun sedang terjadi PHK, karena ekonomi menciut. Waktu COVID kita nggak memproduksi apa-apa, tapi yang terus diproduksi hanya uang. Sekarang saatnya kita harus membayar, sehingga ekonomi itu menyusut (shrinking),” ujar Ketua Apindo Bidang Ketenagakerjaan Bob Azam saat ditemui di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (30/7/2025).

Baca juga : Tingkatkan Keselamatan Kerja, Pertamina Perkuat Kolaborasi Mitra Kerja

Bob menjelaskan, pandemi telah mengganggu kegiatan produksi global. Sementara pencetakan uang terus dilakukan berbagai negara sebagai langkah stimulus. Akibatnya, saat ekonomi mulai pulih, dunia dihadapkan pada tekanan inflasi, pengetatan likuiditas, dan pelemahan permintaan. Kondisi ini kemudian berdampak pada sektor ketenagakerjaan di berbagai belahan dunia.

“Jadi PHK terjadi di mana-mana, bukan hanya di Indonesia. Bahkan di China, tingkat pengangguran pemuda sudah mencapai 20–30 persen. Singapura pun mulai mengurangi tenaga kerja di sektor perbankan karena transformasi digital,” ungkap Bob.

Menurutnya, tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana menciptakan lapangan kerja baru dalam kondisi ekonomi yang sedang melambat. Bob menilai, bila 10 pekerja terkena PHK, maka perlu dibuka setidaknya 15 lowongan kerja baru sebagai upaya penyerapan tenaga kerja.

Baca juga : Waka Banggar DPR Muhidin Minta Pemerintah Perkuat Alkes di Daerah

“Yang bahaya itu, begitu ekonomi melemah, penerimaan negara turun. Lalu pajak dinaikkan. Yang kena siapa? Ya mereka yang bekerja dan yang berusaha,” ujarnya.

Di tengah kondisi ekonomi global yang masih belum stabil, Bob juga menyoroti tantangan dari sisi perdagangan luar negeri. Khususnya terkait kebijakan tarif 19 persen dari Amerika Serikat terhadap produk tertentu dari Indonesia. Ia mengatakan, yang lebih krusial adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

READ  AS Ngotot Bebankan Tarif 104 Persen China Berjuang Sampai Akhir

“Kalau pelemahan rupiah bisa ditahan, kita bisa selamat dari badai PHK. Karena industri kita banyak yang bahan bakunya masih impor, dan transaksinya pakai dolar. Di sisi lain, ekspor ke AS bisa turun karena tarif tinggi,” jelasnya.

Baca juga : Kemenag Tekankan Pentingnya Pemahaman Terhadap Regulasi Wakaf

Sebagai solusi jangka panjang, Bob mendorong pemerintah untuk membuat regulasi ketenagakerjaan yang lebih adaptif dan tidak memberatkan dunia usaha. Tujuannya agar penciptaan lapangan kerja bisa berlangsung lebih cepat.

“Regulasi harus lebih elastis, jangan terlalu ribet. Yang penting sekarang adalah menyiapkan ladang-ladang pekerjaan baru,” tutup Bob.


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *