RM.id Rakyat Merdeka – Selain meningkatkan literasi, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) juga menaruh perhatian besar pada peningkatan kualitas dan pemerataan fasilitas perpustakaan di seluruh Indonesia. Kepala Perpusnas, Prof. E. Aminudin Aziz, memaparkan bahwa masih banyak perpustakaan yang belum memenuhi standar, terutama di sekolah-sekolah.
Data Direktorat Standardisasi dan Akreditasi Perpustakaan Nasional mencatat terdapat 219.415 perpustakaan di Indonesia, dengan 98.742 telah dibina sesuai SNP dan 10.437 atau 4,76 persen telah terakreditasi. Dari jumlah tersebut, perpustakaan sekolah mendominasi dengan 7.297 unit terakreditasi, disusul perpustakaan umum, perguruan tinggi, dan khusus.
“Banyak perpustakaan sekolah yang kondisinya memprihatinkan. Koleksi terbatas, petugas tidak ada, dan ruangnya kadang dijadikan gudang,” ujarnya.
Baca juga : Langkah Perpusnas Lestarikan dan Manfaatkan Naskah Kuno Nusantara
Kondisi ini mendorong Perpusnas melakukan reformulasi kriteria akreditasi. Jika sebelumnya penilaian lebih banyak menyoroti aspek fisik seperti luas ruangan, jumlah meja, dan kursi, kini penekanan diarahkan pada aspek aktivitas dan kinerja perpustakaan. “Jangan bicara kepatuhan, tapi bicara kinerja. Lebih baik kecil tapi hidup, daripada besar tapi sepi,” tegasnya.
Pendekatan baru ini menempatkan perpustakaan sebagai pusat kegiatan belajar dan kreativitas, bukan sekadar tempat menyimpan buku. Pustakawan pun didorong menjadi motor penggerak literasi dan inovasi. “Kami ingin pustakawan menjadi kreatif dan adaptif, bukan hanya penjaga rak buku,” katanya.
Selain standarisasi, Perpusnas juga terus memperkuat pemerataan akses buku hingga ke daerah terpencil. Program distribusi buku terus diperluas ke desa, sekolah, hingga rumah ibadah berbagai agama. Pada 2024, sebanyak 10 ribu titik baca telah menerima kiriman buku, dan pada 2025 jumlahnya meningkat dua kali lipat.
Baca juga : Perpusnas Genjot Budaya Baca, Tingkatkan Kecakapan Literasi
Perpusnas juga menyediakan buku bagi Sekolah Rakyat. Setiap perpustakaan SD dan SMP Sekolah Rakyat menerima 1.500 buku, sementara SMA mendapat 1.000 buku. Jika SD dan SMP Sekolah Rakyat itu satu atap, maka menerima hingga 2.500 eksemplar buku baru lengkap dengan fasilitas pojok baca digital.
“Ini bentuk keberpihakan kami terhadap program prioritas Presiden. Kami bantu penyediaannya agar literasi anak-anak di Sekolah Rakyat meningkat,” ujarnya.
Tahun depan, Perpusnas siap memperluas program ini ke Sekolah Garuda.
Baca juga : OSO Instruksikan Kader Perkuat Struktur Daerah
Kepala Perpusnas mengakui adanya keterbatasan anggaran, namun menegaskan bahwa efisiensi tidak boleh mematikan semangat pelayanan. “Kita kerjakan yang bisa kita kerjakan. Jangan hanya mengeluh, tapi tetap berbuat,” ucapnya.
Untuk mendukung profesionalisme pustakawan, Perpusnas telah memiliki Wiyata Kinarya, sebuah universitas korporat atau corporate university bagi peningkatan kompetensi aparatur perpustakaan. Melalui pelatihan reskilling dan upskilling, pustakawan dibekali kemampuan baru agar lebih relevan dengan perkembangan zaman.
Dengan berbagai langkah itu, Perpusnas ingin menjadikan perpustakaan sebagai learning hub dan creativity center di setiap daerah. “Perpustakaan hadir bukan hanya untuk buku, tapi untuk martabat bangsa,” pungkas Kepala Perpusnas.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.