
Prof. Tjandra Yoga
Pemerhati Kesehatan
RM.id Rakyat Merdeka – Saya adalah warga Jakarta yang tinggal di Cilandak. Sebagai warga kota, saya merasa perlu untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat. Karena saya seorang dokter, dengan senang hati saya beberapa kali datang ke Puskesmas Kecamatan Cilandak untuk turut andil dalam berbagai kegiatan kesehatan.
Pada 23 Juni 2025, sehari setelah ulang tahun Jakarta, saya merasa terhormat dapat bertemu dengan puluhan Ibu-ibu kader kesehatan di aula Puskesmas Cilandak. Pertemuan ini dalam rangka pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) yang berkaitan dengan penerapan surveilans berbasis masyarakat.
Ada tiga hal menarik dari pertemuan ini. Pertama, ini adalah wujud nyata peran serta warga kota dalam menjaga status kesehatan masyarakat di lingkungannya.
Kedua, ibu-ibu kader sangat antusias berdiskusi. Saya memang tidak memberikan ceramah satu arah, tetapi meminta para kader secara bergiliran membaca slide yang ditampilkan di layar, dan mereka tampak sangat senang.
Ketiga, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan benar-benar mencerminkan situasi lapangan yang mereka hadapi sehari-hari. Para kader kesehatan ini sangat menjiwai perannya.
Baca juga : SBY Dan Eliminasi Malaria
Sebagai orang yang lama berkecimpung di bidang kesehatan global, saya merasa sangat menikmati diskusi ini. Saya bisa langsung menyaksikan bagaimana berbagai tantangan program kesehatan dijalankan di tingkat masyarakat, dan saya sangat mengapresiasi kontribusi para kader.
Akan sangat baik jika Pemerintah Daerah Khusus Jakarta terus mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam berbagai bentuk. Saya percaya, ada banyak warga kota metropolitan global ini—seperti saya dan puluhan Ibu kader yang saya temui—yang peduli terhadap kehidupan di sekitarnya. Jika dikelola dengan baik, peran mereka akan sangat penting bagi kehidupan kota Jakarta.
Tentang Demam Berdarah Dengue (DBD)
Kepada para Ibu kader, saya menjelaskan tiga fase perjalanan penyakit DBD. Pertama, Fase Demam Tinggi, berlangsung pada hari ke-1 hingga ke-3, dengan suhu tubuh yang bisa mencapai 40°C disertai gejala lain.
Kedua, Fase Kritis, ditandai dengan turunnya demam. Suhu bisa kembali ke 37°C, dan kondisi ini sering mengecoh karena seolah-olah pasien sembuh, padahal justru bisa terjadi perdarahan dan kebocoran plasma darah. Jika tidak ditangani dengan baik, fase ini bisa berujung pada syok dan kematian.
Ketiga, Fase Penyembuhan. Saat kondisi mulai membaik, demam kembali naik sebagai respons penyembuhan, dan trombosit kembali normal.
Baca juga : APLMA Dan Eliminasi Malaria 2030
Yang menarik, ada kader yang menyampaikan bahwa penjelasan soal fase-fase ini tidak selalu mudah diterima oleh masyarakat. Banyak yang beranggapan jika demam sudah turun, berarti DBD sudah membaik. Padahal, bisa jadi justru itu fase kritis. Maka dari itu, penting agar warga berkonsultasi dengan petugas kesehatan yang tersebar luas di berbagai wilayah Jakarta.
Tentang Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM)
Saya juga menyampaikan pentingnya SBM, yaitu pelibatan masyarakat dalam mendeteksi faktor risiko dan tanda awal penyakit. Surveilans tidak hanya dilakukan oleh petugas kesehatan, tapi juga oleh masyarakat. Untuk itu, perlu pembekalan khusus, seperti yang saya lakukan di Puskesmas Cilandak ini.
Kader kesehatan harus waspada jika muncul klaster. Yaitu sekelompok orang mengalami gejala yang sama dalam waktu kurang dari dua minggu, dari lokasi yang sama (misalnya tempat tinggal, sekolah, atau kantor). Terlebih jika muncul klaster kematian. Klaster semacam ini perlu segera dilaporkan ke Puskesmas agar ditelusuri apakah ada potensi penyakit tertentu atau Kejadian Luar Biasa (KLB) yang perlu diantisipasi.
Penutup
Saya yakin, peran serta aktif warga kota Jakarta akan membuat program Surveilans Berbasis Masyarakat berjalan lebih efektif, dan menjadi salah satu pilar penting pengendalian penyakit menular di Jakarta yang tahun ini berusia 498 tahun. Semoga Jakarta, yang hampir setengah abad menjadi ibu kota, benar-benar mampu menyehatkan warganya, melalui kerja sama antara Pemerintah dan warga kota, untuk warga kota.
Prof Tjandra Yoga Aditama
Baca juga : Wakil Gubernur Banten Beri Kuliah Umum Di Universitas YARSI
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI/Adjunct Professor Griffith University
Warga Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan
Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Kepala Balitbangkes
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara
Penerima Rakyat Merdeka Award 2022 Bidang Edukasi dan Literasi Kesehatan Masyarakat
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.