Peran Desain Lanskap Dalam Ruang Terbuka Komersial Yang Berkualitas

Infrastruktur1 Dilihat

Dalam perkembangan kawasan komersial modern saat ini, desain lanskap bukan lagi sekedar aspek pelengkap. Desain lanskap kini dipandang juga sebagai strategi penting dalam menciptakan identitas pengembangan, meningkatkan kenyamanan, menambahkan nilai estetika, hingga mendukung keberlanjutan suatu lingkungan. Integrasi antara desain lanskap dengan desain kawasan dan arsitektur, melalui penataan sirkulasi pengunjung, penempatan ruang terbuka hijau, elemen-elemen air, serta pemilihan vegetasi yang terencana dengan baik mampu meningkatkan daya tarik dan nilai properti area komersial serta mempengaruhi interaksi pengunjung dengan ruang komersial secara positif.

Baca juga, Lewat KPP, Pemerintah Percepat Realisasi Program 3 Juta Rumah untuk Rakyat

Keberhasilan ruang terbuka di kawasan komersial sangat ditentukan oleh kualitas desain yang responsif terhadap kebutuhan pengguna, penciptaan suasana yang mampu meningkatkan pengalaman pengunjung, menjembatani relasi antara bangunan komersial dengan ruang di sekitarnya, hingga mendorong dan meningkatkan kesadaran lingkungan. Ruang terbuka tersebut dapat berfungsi sebagai ruang interaksi sosial, wadah ekspresi budaya, tetapi juga memiliki peran ekonomi yang strategis, karena kualitas ruang terbuka seringkali menjadi faktor penentu daya tarik kawasan komersial itu sendiri.

Dalam perkembangan desain lanskap, perhatian sering kali lebih terpusat pada penataan elemen vegetasi, seperti ragam pohon, palem, semak atau rumput dan penutup tanah. Padahal, terdapat beberapa aspek penting lainnya dalam desain lanskap pada ruang terbuka komersial yang bisa diterapkan, sebagai berikut:

  • Keseimbangan aspek fungsional, kenyamanan dan estetika dalam penempatan ruang terbuka dengan bangunanbangunan yang ada, termasuk elemen bangunan yang berfungsi sebagai utilitas.
  • Penyediaan ruang-ruang yang dapat menunjang interaksi sosial yang positif dengan beragam fungsi antara lain sebagai Pemanfaatan uang terbuka di area komersial Tamana di Tallasa City – Makassar, dengan aksen kanopi sebagai fitur ikonik yang berperan memberi kesan positif bagi kawasan dan menarik bagi pengunjung. tempat interaksi sosial, ekspresi budaya, rekreasi, dan penguatan komunitas. Selain itu juga, penerapan konfigurasi ruang yang mencerminkan nilai-nilai budaya lokal, penempatan elemen-elemen tempat duduk, dan ruang serbaguna pun dapat mendorong terjadinya interaksi spontan antar pengguna.
  • Pemilihan elemen vegetasi dengan pertimbangan kesesuaian iklim, lingkungan setempat hingga keselarasan dengan konteks pengembangan kawasan dan desain arsitektur.
  • Penataan beragam elemen non-vegetasi, berupa jalur sirkulasi, plaza, teras, tempat duduk, fitur air (misalnya kolam reflektif, air mancur, kolam ikan, dan sebagainya), instalasi seni, papan informasi bahkan instalasi pencahayaan.
  • Penerapan prinsip-prinsip dan strategi keberlanjutan melalui penggunaan teknologi hijau dan material ramah lingkungan. Elemen-elemen non-vegetasi, yang biasanya didominasi material perkerasan, dapat menimbulkan isu lingkungan seperti efek urban heat island ataupun genangan air hingga banjir saat hujan deras karena berkurangnya area hijau dan resapan air. Pendekatan desain yang berkelanjutan seperti naturebased solutions (NBS), pengelolaan air terintegrasi dan lestari, biophilicdesign, kebijakan zero water run-off, yang didukung oleh efisiensi penggunaan material dan aplikasi material-material ramah lingkungan dapat berkontribusi dalam mengurangi dampak lingkungan tersebut.
READ  Diterjang Banjir Berulang, Puluhan Warga Perumahan Subsidi di Bekasi Pilih Jual Rumah

Keseluruhan aspek tersebut memiliki peran lebih dari sekedar infrastruktur pendukung, tetapi juga memiliki manfaat sosial dan psikologis. Pendekatan desain lanskap terkait aksesibilitas dan sirkulasi pada ruang terbuka komersial juga penting untuk dibahas karena mencakup beberapa prinsip utama, yaitu:

  1. Jalur sirkulasi yang terintegrasi dan memiliki keterhubungan, sehingga memudahkan pergerakan pengunjung dari satu titik ke titik lain

    Perencanaan jalur sirkulasi sebaiknya dilakukan sejak awal proses desain, sehingga dapat mendorong terciptanya ruang terbuka yang terkoneksi dengan baik, yang mampu meningkatkan jumlah kunjungan serta memperpanjang durasi kunjungan.

  2. Dimensi jalur sirkulasi yang memadai untuk mendukung kenyamanan pergerakan pengunjung

    Umumnya jalur pejalan kaki memiliki lebar minimum 1.6 m untuk dua arah pergerakan. Pada area-area dengan intensitas dan volume pengunjung cukup tinggi, maka dimensi tersebut harus diperlebar.

  3. Pemilihan material yang sesuai

    Material utama jalur sirkulasi pada ruang terbuka haruslah mempertimbangkan ketahanan terhadap intensitas penggunaan, tahan paparan sinar matahari, tidak licin saat basah terutama di saathujan, mudah dibersihkan dan dipelihara. Selainitu, untuk kawasan komersial, faktor estetika juga perlu dipertimbangkan dengan matang. Penggunaan warna, kombinasi material, didukung dengandesain pola lantai yang dinamis dapat memberikan pengalaman ruang yang berbeda sekaligus menjadi identitas visual yang dapat dinikmati pengunjung.Elemen perkerasan seperti paving block, betonekspos, granit, hingga kayu olahan digunakan untuk membentuk jalur pedestrian, plaza, ramp, maupun tangga. Elemen ini tidak hanya menentukan arah pergerakan, tetapi juga kenyamanan pengguna. Misalnya, penggunaan paving dengan tekstur berbeda bisa menandai area transisi antara zona komersial dan zona publik.

  4. Pemisah yang jelas antara jalur pejalan kaki dengan jalur kendaraan

    Pemisah dalam bentuk fisik dapat berupa semak yang cukup rapat dengan lebar tertentu, adanya bollard atau pagar/railing pendek untuk menjaga keselamatan, terutama bagi pejalan kaki. Merencanakan persinggungan jalur pejalan kaki dengan jalur kendaraan hanya pada simpul-simpul tertentu untuk mengurangi potensi konflik, dengan pengarah dan pembeda material yang jelas terlihat, baik bagi pengendara maupun pejalan kaki.

  5. Perencanaan elemen penunjang jalur sirkulasi

    Selain petunjuk arah, papan informasi, tanda dan marka jalan, penerangan yang memadai, penempatan bangku dalam interval tertentu; adanya tempat sampah, hingga tangga, elevator, eskalator atau bahkan ramp untuk transisi pergerakan antara elevasi yang berbeda juga penting untuk dihadirkan agar dapat digunakan secara inklusif untuk semua kelompok pengguna.

  6. Penerapan prinsip-prinsip desain universal

    Untuk mendukung inklusifitas yang dapat mengakomodasi berbagai kepentingan kelompok pengguna, bahkan rekan-rekan penyandang disabilitas. Hal ini dapat berupa penyediaan elemen guiding block / tactile paving di sepanjang jalur sirkulasi, disediakannya ramp dengan pembatas berupa railing dan tembok pendek sesuai standar dan regulasi.

READ  Singapore Intercultural School Hadir di BSD City, Tawarkan Pendidikan Kelas Dunia di Kawasan Berkelanjutan Hiera

Desain lanskap suatu kawasan komersial tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ruang terbuka yang nyaman, inklusif, dan estetik. penerapan berbagai aspek dan prinsip dalam desain lanskap berperan penting sebagai struktur fundamental yang membentuk dentitas, mendukung ragam aktivitas, memfasilitasi aksesibilitas dan sirkulasi, dan sering kali menjadi penentu dari kualitas dan nilai properti suatu kawasan komersial. Inilah yang menjadikan area komersial bukan sekadar tempat berbelanja, melainkan juga ruang bersama yang hidup, dinamis, dan berkontribusi dalam membangun kualitas citra kawasan. l

Herlay Yudha P. Tampi Senior Landscape Construction Designer PT Townland International

Artikel ini Disadur Dari Berita : https://propertyandthecity.com/peran-desain-lanskap-dalam-ruang-terbuka-komersial-yang-berkualitas/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *