
RM.id Rakyat Merdeka – Pemerintah memastikan laju inflasi nasional tetap terkendali menjelang akhir tahun. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada Oktober 2025 mencapai 2,86 persen secara tahunan (year on year/yoy), dengan inflasi bulanan (month to month/mtm) sebesar 0,28 persen dan inflasi tahun kalender 2,1 persen.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, kenaikan harga emas perhiasan yang menjadi penyumbang utama inflasi justru mencerminkan meningkatnya minat masyarakat terhadap aset berkualitas.
“Pembelian emas meningkat. Ini satu hal yang positif, karena masyarakat sudah bisa mencari aset-aset berkualitas. Ini tentu efek dari pembentukan Bullion Bank,” ujar Airlangga di Jakarta, Selasa (4/11/2025).
Baca juga : BBM Plus Etanol 10 Persen Beri Dampak Ekonomi Berlapis
Menurut dia, pembentukan Bullion Bank mendorong masyarakat berinvestasi pada aset yang stabil (safe haven) seperti emas. Kenaikan harga emas global juga dipicu oleh gangguan produksi di tambang Grasberg Block Cave (GBC), Papua, milik PT Freeport Indonesia (PTFI), akibat insiden longsor lumpur bijih (wet muck) pada 8 September 2025.
“Ini yang men-drive, salah satunya, yang mengerek harga emas naik all time high karena supply dan demand-nya tidak berimbang,” jelas Airlangga.
Berdasarkan laporan resmi Freeport-McMoRan Inc di New York Stock Exchange (NYSE), badan bijih GBC mewakili 50 persen dari cadangan terbukti dan terduga PTFI per 31 Desember 2024, serta sekitar 70 persen dari proyeksi produksi tembaga dan emas hingga 2029.
Baca juga : Air Laut Berpotensi Mendarat Di Pesisir, DKI Siaga Banjir Rob
Sebagaimana diketahui, Bullion Bank resmi dibentuk Presiden Prabowo Subianto pada 26 Februari 2025 melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pegadaian (Persero) dan Bank Syariah Indonesia (BSI).
Pembentukan lembaga ini menjadi bagian dari strategi Pemerintah memperkuat hilirisasi sumber daya emas nasional. Tujuannya, agar seluruh rantai proses dari penambangan hingga perdagangan logam mulia, berlangsung di dalam negeri.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menegaskan, meski inflasi Oktober sedikit meningkat dibanding bulan sebelumnya, kondisinya masih tergolong aman. Karena berada dalam kisaran target Pemerintah sebesar 2,5 persen plus minus 1 persen.
Baca juga : Gubernur Riau Jadi Tersangka Kasus Pemerasan Dan Gratifikasi
“Artinya, range yang ingin kita target itu 1,5 persen sampai 3,5 persen. Angka 2,86 persen masih pada posisi aman,” ujar Tito di Jakarta, Selasa (4/11/2025).
Tito menjelaskan, inflasi Oktober dipengaruhi oleh kenaikan harga emas perhiasan, cabe merah, beras, tarif air minum dan ikan segar. Secara bulanan, tekanan inflasi juga berasal dari kenaikan harga telur ayam ras, daging ayam ras dan wortel.
“Saat ini memang terjadi kenaikan harga emas tingkat dunia. Jadi, sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan sendiri, karena ini menyangkut tren global,” ungkapnya.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.






