“Merayakan” Korupsi

Nasional493 Dilihat


SUPRATMAN

SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka – Dana bantuan sosial dikorupsi. Dana pendidikan juga sama, jadi ladang korupsi. Penyelenggaraan haji, tak mau ketinggalan: dikorupsi juga. Luar biasa. Dahsyat.

Kasus-kasusnya bukan lagi di darat, laut dan udara. Tapi sudah menyentuh langit. Menyentuh aspek-aspek sakral. Jauh melampaui kemampuan bangsa ini. Kebutuhan suci dan masa depan generasi muda pun “dimainkan”.

Ini bukan hanya soal lenyapnya anggaran negara, tetapi juga kasus pencurian kepercayaan rakyat terhadap sistem yang seharusnya melindungi mereka. “Capaian” ini, juga telah mencuri masa depan generasi muda.

Bangsa lain rasanya tidak sanggup mencapai “prestasi” ini. Maka wajar kalau Indonesia secara konsisten berhasil naik podium juara dalam event perlombaan korupsi internasional.

Baca juga : Dari Asap Ke Aksi

Sekarang, sama seperti sebelumnya, kita berharap para elite benar-benar merasakan denyut nadi rakyat. Menyelami perasaan dan hati murid-murid di pelosok terpencil yang berebut sinyal dan bangku sekolah reyot. Jangan tunggu didemo baru mendengarkan rakyat.

Sebenarnya, bangsa ini punya modal luar biasa. Tahun 1998, bangsa ini dengan gagah perkasa pernah mengkritik bahkan menumbangkan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Sayangnya, saat ini praktik yang sudah disingkirkan itu justru kembali berulang. Apa yang pernah dikritik habis-habisan saat menumbangkan Orde Baru, dipraktikkan kembali.

Karena itu, mungkin saatnya kita merayakan korupsi. Membuatnya menjadi sesuatu yang “berharga” bagi bangsa ini. Lagi pula, korupsi sudah menjadi sistem yang tidak bisa diganggu gugat. Menjadi nafas yang kita hirup. Karena itu, kita rayakan saja sekalian.

Baca juga : “Memplester Luka Dalam”

Kita misalnya bisa membuat museum yang indah dan menarik. Di situ dipamerkan berbagai kasus-kasus yang sudah terang benderang, tapi tak pernah tuntas. Di situ, generasi muda juga bisa belajar keuangan praktis: bagaimana menghasilkan uang dengan cepat dan aman.

READ  Ustaz Adi Hidayat Jadi Dosen Tetap Studi Linguistik Pascasarjana UPI

Mungkin bangsa ini juga “salah strategi”. Terlalu serius memikirkan korupsi. Karena, pemberantasan korupsi yang terlalu serius bisa membuat suasana politik menjadi tidak nyaman.

Dan kita semua tahu, kenyamanan elite jauh lebih penting daripada kenyamanan perut rakyat. Jauh lebih utama dibanding kisah-kisah tragis yang menimpa anak bangsa saat ini.

Tentu saja: ini satire. Karena sesungguhnya, kita sangat berharap, pemerintah bisa memberantas korupsi dengan sangat-sangat serius. Dengan aksi tegas, berkesinambungan yang out of the box.

Baca juga : Normalisasi Tragedi

Belakangan, kita disuguhkan beberapa kasus korupsi yang berhasil dibongkar. Kita mengapresiasi itu. Kita juga berharap, aksi bersih-bersih yang dilakukan Presiden Prabowo, memiliki energi yang prima. Tidak ada yang kelelahan di tengah jalan. Tidak ada yang “masuk angin”.

Bagaimana caranya? Sudah sangat banyak. Tutorialnya sudah menumpuk. Sekarang tinggal aksinya. Sesederhana itu. Jangan sampai bangsa ini benar-benar “merayakan korupsi”.

Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka Cetak, Halaman 1 & 6, edisi Minggu, 7 September 2025 dengan judul ““Merayakan” Korupsi”


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *