Trade war antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali memanaskan perekonomian global. Indonesia, meski bukan sasaran utama, terkena imbas ketidakpastian ekspor, tekanan pasar keuangan, serta potensi banjir produk impor dari Tiongkok. Di tengah turbulensi ini, strategi ekonomi makro seperti hilirisasi industri, diversifikasi pasar, dan diplomasi aktif menjadi andalan pemerintah. Namun, di balik strategi rasional tersebut, banyak pelaku bisnis di Asia, termasuk Indonesia, mulai melirik kearifan lokal seperti fengshui untuk memperkuat daya tahan usaha.
Strategi ekonomi makro yang menjadi pilar rasional dalam menghadapi trade war seperti diversifikasi pasar ekspor ke negara-negara non-tradisional seperti afrika dan BRICS+ untuk mengurangi ketergantungan pada AS dan Tiongkok, hilirisasi industri dan kemudahan investasi untuk meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri, deregulasi dan debirokratisasi perizinan, serta insentif fiskal untuk memperkuat daya saing industri padat karya didukung diplomasi aktif dan negosiasi bilateral untuk memperoleh pengecualian tarif dan memperluas jejaring dagang, juga penguatan konsumsi domestik dan program padat karya untuk menjaga daya beli masyarakat.
Ketidakpastian global akibat perang dagang menuntut Indonesia untuk cermat dalam membaca dinamika, berani melakukan reformasi, dan solid dalam menjaga prinsip politik luar negeri yang bebas-aktif.
Kearifan Timur seperti fengshui yang merupakan ilmu tata ruang dan aliran Qi yang sudah ribuan tahun dipraktikkan terutama di Asia Timur. Dalam konteks bisnis, fengshui dapat meningkatkan harmoni, mempertinggi kinerja, dan daya tahan usaha di tengah situasi penuh tekanan. Di era ketidakpastian seperti perang dagang, pelaku bisnis memanfaatkan fengshui untuk menata ulang tata letak kantor maupun pabrik agar aliran Qi tetap lancar, mengurangi potensi konflik internal, dan meningkatkan produktivitas, serta memilih waktu peluncuran produk atau ekspansi bisnis berdasarkan perhitungan waktu menurut kaidah fengshui untuk meminimalkan risiko eksternal.
Pimpinan perusahaan mendapat prioritas terpenting dalam penataan fengshui untuk mendapatkan ruang dan arah terbaik agar memperoleh kinerja yang maksimal. Zona produksi perlu mendapatkan Qi produktif agar menghasilkan proses produksi yang berjalan lancar dan maksimal, hal ini dapat dicapai dengan perhitungan dan strategi Qi distribution yang tepat.
Sinergi antara penataan arsitektur, penataan interior dan penerapan fengshui merupakan salah satu kunci ketahanan dalam menghadapi badai trade war, strategi ekonomi makro dan kebijakan pemerintah tetap menjadi fondasi utama. Namun, penerapan fengshui dapat menjadi pelengkap yang memperkuat harmoni dan optimisme pelaku usaha. Di tengah ketidakpastian global, kombinasi rasionalitas dan kearifan lokal inilah yang dapat membuat bisnis Indonesia tetap tangguh, adaptif, dan penuh peluang.
Menghadapi trade war bukan hanya soal strategi ekonomi, tetapi juga tentang menjaga harmoni internal dan Qi positif di lingkungan bisnis, sinergi antara logika modern dan kearifan lokal seperti fengshui patut dipertimbangkan dengan matang.
Demikian yang dapat Sidhi sampaikan pada kesempatan ini, be equilibrium.

Dr. Ir. Sidhi Wiguna Teh, MT
Artikel ini Disadur Dari Berita : https://propertyandthecity.com/menghadapi-trade-war-dengan-penerapan-fengshui-sinergi-strategi-modern-dan-kearifan-lokal/