Mempersiapkan Kiblat Baru Peradaban Dunia Islam (62), Belajar Dari Baitul Hikmah

Nasional4 Dilihat


Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA


Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA

Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka – Kejatuhan Bagdad yang menyebabkan hancurnya institusi kebanggaan dunia intelektual, Baitul Hikmah, ternyata membawa dampak yang sangat signifikan. Bukan hanya dalam bidang politik dan ekonomi, tetapi yang paling monumental dan masih terasa hingga saat ini adalah masalah integrasi keilmuan Islam serta sikap tidak percaya diri (underconfident) para ilmuwan dan ulama sesudahnya.

Pada masa kejayaan peradaban Islam (golden age of Islamic civilization), para ilmuwan berani dan amat tekun melakukan pengkajian serta pengajian secara mendalam terhadap ilmu-ilmu sumber, seperti Al-Qur’an, Hadis, dan sains. Akan tetapi, pascakehancuran Baitul Hikmah, hampir tidak terlihat aktivitas keilmuan yang serius dan telaten. Selain karena tidak adanya lagi sumber keuangan yang menopang kegiatan akademik, juga disebabkan semakin berkurangnya para ilmuwan sejati. Ada yang wafat, dan ada yang hijrah ke berbagai kota, sehingga tidak lagi tersentral sebagaimana halnya dahulu di Baitul Hikmah.

Baca juga : Belajar Dari Baitul Hikmah: Perpecahan Dalam Tubuh Dinasti Khan

Beberapa mendirikan pusat keilmuan (center) sendiri di beberapa kota, seperti di Mesir, Syiria, Spanyol, India (waktu itu Pakistan belum berdiri sebagai negara), dan wilayah Asia Selatan.

Suasana akademik pasca kehancuran Baitul Hikmah membuat para ilmuwan lebih banyak hanya menulis syarḥ dan taḥqīq terhadap kitab-kitab yang pernah ditulis oleh ulama-ulama alumni Baitul Hikmah. Pintu ijtihad dinyatakan sudah ditutup, meskipun belakangan dinyatakan dibuka kembali. Belum lagi, khurafat dan bid‘ah banyak menyelimuti dunia Islam saat itu. Tasawuf, sebagai salah satu disiplin ilmu, mulai dirasakan semakin kuat kehadirannya di tengah masyarakat. Mungkin ini menjadi salah satu bentuk pelarian (escape) dunia Islam yang saat itu mulai mengalami tekanan dan penjajahan dari dunia Barat.

READ  6 Tim Belum Kalah, PSIM Jadi Perhatian

Baca juga : Belajar dari Baitul Hikmah: Awal Kebangkitan Baru

Dari sudut pandang lain, umat Islam juga telah disuguhi perbedaan secara diametral antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama. Seorang ulama lebih banyak berkonsentrasi mengkaji ilmu-ilmu hukum syari’ah, sementara para saintis lebih banyak terfokus pada bidang-bidang keilmuan eksakta seperti teknik, kedokteran, pertanian, dan sains lainnya.
 Selanjutnya 


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *