Matinya Pemasaran Digital Properti? – Property and The City

Infrastruktur50 Dilihat

Saya ingin melihat sisi lain mengenai efektivitas bagaimana sebuah promosi properti sampai ke telinga konsumen. Mungkin ini akan berseberangan dengan pendapat sebagian besar dari ahli pemasar properti. Namun ada baiknya kita melihat proses pemasaran properti dari sudut pandang lain.

baca juga, Percepat Akses KPR Subsidi, Menteri PKP dan OJK Bahas Penyederhanaan SLIK

Saya mulai dengan bagaimana seseorang ingin membeli properti. Pertanyaannya adalah, apakah mereka langsung mencari sendiri rumah idamannya atau karena ada promosi yang sampai ke telinga mereka? Anggaplah ada promosi proyek perumahan yang sampai ke konsumen. Apakah mereka yakin akan membelinya? Pasti jawabannya belum tentu. Karena seorang konsumen end-user terkadang tidak peduli iklan yang berseliweran di media sosialnya bila mereka belum mau untuk membeli rumah saat itu. Karena membeli rumah bukan seperti membeli barang di e-commerce biasa. Mungkin saat itu tabungan atau gajinya belum mencukupi. Jika pun ada yang tertarik mereka hanya iseng bertanya-tanya dan mungkin tidak untuk membeli. Hal ini juga yang membuat banyak sekali leads ‘sampah’ yang terjadi saat ini hasil dari digital marketing.

Saat waktunya tepat mereka akan mencari sendiri proyekproyek sejenis di lokasi yang mereka inginkan. Jika perlu mereka akan keliling ke semua proyek pilihannya. Jika demikian apa gunanya digital marketing? Proses digital marketing dengan algoritma media sosial saat ini membuat semacam ‘reminder’ kepada mereka yang mencari proyek-proyek pilihannya dengan setiap kali muncul agar konsumen tidak melupakan proyek yang dicarinya. Artinya leads yang baik terjadi ketika konsumen yang sudah siap beli bertemu dengan proyek pilihannya. Sehingga kriteria yang diperlukan menjadi lebih banyak dengan mempertimbangkan lokasi konsumen yang lebih spesifik, daya beli konsumen, jangkauan konsumen ke proyek, dan lainnya. Gabungan dengan media promosi konvensional seperti billboard di sekitar proyek menjadi sangat efektif. Karena sebagian besar atau 75% lebih konsumen proyek umumnya berasal dari daerah dalam jangkauan sampai 3 km dari proyek.

READ  Golden Property Awards 2025

Nah, tentunya berbeda dengan proyek-proyek properti untuk segmen menengah-atas atau mewah yang mengutamakan prestise untuk membeli sebuah produk properti. Digital marketing akan memuat konten-konten yang dapat meningkatkan emosi konsumen investor untuk membelinya, tidak peduli mereka darimana. Selama produk itu bisa memikat investor, mereka akan membelinya.

Artikel ini Disadur Dari Berita : https://propertyandthecity.com/matinya-pemasaran-digital-properti/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *