RM.id Rakyat Merdeka – Pakar energi asal Bali, Prof. Ida Ayu Dwi Giriantari mengapresiasi pembangunan Terminal Khusus Liquid Natural Gas (Tersus LNG) di Bali.
Menurutnya, hal itu merupakan bagian penting dari strategi transisi energi nasional menuju target Net Zero Emission (NZE) 2045.
Guru Besar Universitas Udayana tersebut mengatakan, kehadiran LNG tidak hanya menyediakan energi bersih, tetapi juga memperkuat kemandirian energi dan stabilitas pasokan listrik di Pulau Dewata.b
“Ini bukan proyek sesaat, melainkan agenda strategis untuk ketahanan energi daerah. Dan ini sekaligus mendukung komitmen Indonesia menekan emisi,” kata Ida, Senin (29/9/2025).
Baca juga : Jasa Raharja Putera Bahas Peran Strategis Surety Bond Dalam Ekonomi Nasional
Dia mengungkapkan, pokasi Tersus LNG yang sebelumnya direncanakan 500 meter dari garis pantai kini telah dipindahkan sejauh 3,5 kilometer.
Penyesuaian itu sesuai rekomendasi pemerintah pusat agar lebih aman dan tidak mengganggu jalur pelayaran. Soal dinamika pro-kontra yang muncul,
Ida menilai, hal itu dipicu pemahaman masyarakat yang belum utuh. Publik kerap mengharapkan manfaat instan, sementara LNG membawa dampak jangka panjang.
“Dampaknya meliputi efisiensi biaya kesehatan, peningkatan kualitas lingkungan, hingga penguatan posisi Bali sebagai pusat pariwisata hijau. Titik baru ini sudah ideal, jauh dari permukiman, dan lebih sesuai standar keselamatan,” ujar Ida.
Baca juga : UAS: Kehadiran Polisi Jadi Penyejuk Dan Penetralisir Persepsi Negatif
Ida menegaskan, keberhasilan proyek LNG Bali akan menjadi tonggak transisi energi bersih nasional.
“Kalau Bali sukses, ia bisa jadi model untuk daerah lain, artinya kita lebih siap mencapai NZE 2045,” ucapnya.
Sementara Pemprov Bali menyatakan, Kementerian Lingkungan Hidup akan memberi persetujuan lingkungan terkait pembangunan terminal Liquefied Natural Gas (LNG).
Gubernur Bali Wayan Koster sudah berkomunikasi dengan Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq.
Baca juga : PGN Perkuat Infrastruktur Jargas Dorong Swasembada Dan Transisi Energi Bersih
Wayan Koster mengatakan bahwa Menteri LH akan memberikan perizinan lingkungan, termasuk Analisis Dampak Mengenai Lingkungan (Amdal) dari Kementerian Lingkungan Hidup pada akhir September 2025.
“Saya bertemu Menteri LH yakni persetujuan Amdal terminal LNG Sidakarya. Ditargetkan memang sudah berjalan pada akhir September 2025,” ujarnya.
Namun untuk melancarkan pembangunannya, pemerintah sepakat terminal yang tadinya hendak dibangun di pesisir pantai diubah menjadi berjarak 3,5 km. Yakni, dipindah berjarak dari pesisir Pantai Sidakarya. Tujuannya, untuk menjaga kelestarian ekosistem laut.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.