Kunci Desain Rumah Yang Adaptif dan Ramah Teknologi

Infrastruktur168 Dilihat

Perubahan gaya hidup masyarakat yang berlangsung cepat, terutama sejak pandemi, telah mengubah cara pandang terhadap rumah. Hunian kini tak lagi sekadar tempat berlindung, melainkan juga menjadi ruang kerja, pusat aktivitas keluarga, dan tempat mencari keseimbangan hidup.

Arsitek Otendo Suryawijaya, pendiri IMG Architects – PT Imajinasi Meta Grafika, saat diwawancarai Majalah Synergy Indonesia menegaskan, bahwa desain hunian tahun 2025 dan seterusnya harus merespons kebutuhan yang kompleks dan multidimensional.
“Kunci utama dalam merancang hunian masa kini adalah kombinasi antara fungsi, estetika, fleksibilitas ruang, keberlanjutan, dan pemanfaatan teknologi,” ujarnya.

Tendo menyoroti pentingnya fleksibilitas dan adaptabilitas ruang dalam hunian masa kini. Menurutnya, fenomena Work From Home (WFH) telah menggeser kebutuhan ruang dalam rumah. “Hunian sekarang harus menyediakan ruang kerja yang tenang dan ergonomis, bahkan ruangan multifungsi yang bisa digunakan untuk belajar, olahraga, atau rekreasi,” jelasnya.

Dengan konsep modular dan ruang fleksibel, penghuni bisa menyesuaikan tata letak ruang sesuai kebutuhan tanpa harus melakukan renovasi besar. Ini memberikan kenyamanan sekaligus efisiensi ruang yang maksimal.

Maka, aspek keberlanjutan menjadi hal esensial dalam desain rumah masa kini. Tendo menggarisbawahi pentingnya penggunaan material ramah lingkungan, pencahayaan dan ventilasi alami, serta sistem yang mendukung efisiensi energi seperti panel surya dan solar water heater.

“Bahkan pengelolaan air pun menjadi perhatian, misalnya dengan sistem pengolahan air hujan dan pemanfaatan grey water. Ini bukan sekadar tren, tapi kebutuhan mendesak,” tegasnya.

Penghijauan dan green design juga menjadi bagian dari strategi desain hunian yang mendukung kesehatan fisik dan mental penghuninya.

Teknologi sebagai Pendukung

Dalam pandangan Tendo, integrasi teknologi pintar (smart home) menjadi elemen wajib dalam hunian masa kini. Otomatisasi seperti sistem pencahayaan, kontrol suhu, hingga keamanan berbasis aplikasi atau suara memberikan efisiensi dan kenyamanan tinggi.

READ  Peningkatan NPL Bank dan Suku Bunga KPR di Indonesia

Namun, ia mengingatkan bahwa teknologi harus menyatu dengan desain, bukan menjadi elemen asing yang mengganggu estetika atau kenyamanan. “Smart home bukan berarti serba digital dan kaku. Harus tetap harmonis dengan desain interior dan kebutuhan emosional penghuni,” ujarnya.

Baca Juga, Tim Assessment GPA 2025 Berkunjung ke Britania Cilegon

Estetika yang Membangun Emosi

Desain rumah modern kadang diasosiasikan dengan kesan kaku atau terlalu teknis. Namun Tendo meyakinkan, rumah tetap bisa menyentuh sisi emosional asalkan pendekatannya tepat. “Rumah seharusnya mencerminkan kepribadian pemiliknya,” ujarnya.

Ia memberi contoh penggunaan material hangat seperti kayu dan batu alam yang menghadirkan suasana akrab, meskipun rumah tersebut bergaya minimalis atau industrial. Penempatan ruang juga harus memberikan pengalaman emosional, seperti kamar mandi dengan taman kering atau ruang keluarga yang terbuka ke taman. “Desain bukan hanya soal bentuk, tapi soal rasa. Jika tidak ada keterikatan emosional, rumah hanya akan terasa seperti kotak kosong,” ujarnya.

AI Belum Bisa Gantikan Sentuhan Arsitek

Meski Artificial Intelligence (AI) kini digunakan dalam proses desain, Tendo menilai peran AI masih terbatas sebagai alat bantu teknis. AI bisa digunakan untuk visualisasi atau eksplorasi referensi konsep, tetapi belum menyentuh ranah keputusan kreatif yang kompleks.

“Setiap proyek itu unik, dan setiap klien membawa konteks berbeda. AI belum bisa menjawab keunikan tersebut, apalagi aspek teknis kompleks seperti struktur, mekanikal, elektrikal, dan plumbing,” katanya.

Tendo juga menegaskan bahwa arsitek memiliki legalitas hukum yang tidak dimiliki AI. “Kalau ada kegagalan bangunan, siapa yang bertanggung jawab? AI tidak bisa tanda tangan legal drawing, tidak bisa memberikan jaminan struktural, dan tidak bisa masuk ke ranah perizinan,” ujarnya.

READ  Sinar Mas Land-Hongkong Land Luncurkan "Ruko Sultan" Rp80 Miliar di BSD City

Menjawab isu potensi AI menggeser peran arsitek, Tendo justru menilai hal itu sebagai tantangan profesional dan etis, bukan ancaman. “AI tidak menggantikan arsitek, tapi memperkuat daya kerja arsitek jika digunakan dengan tepat,” katanya.

Sebagai profesi multidisiplin, arsitek harus bisa mengintegrasikan aspek teknis, visual, fungsional, hukum, dan sosial dalam desainnya. “Desain bukan hanya estetika visual, tapi keputusan teknis yang kompleks dan menyangkut keselamatan,” tegasnya.

Artikel ini Disadur Dari Berita : https://propertyandthecity.com/kunci-desain-rumah-yang-adaptif-emosional-dan-ramah-teknologi/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *