Kitchen Set Bukan Lagi SoalFungsi, Tapi Cermin Gaya Hidup

Dapur bukan lagi ruang belakang yang tersembunyi dari mata. Di banyak rumah masa kini, dapur justru tampil di bagian depan, menjadi pusat aktivitas sekaligus penanda gaya hidup pemiliknya. “Kitchen set hari ini bukan hanya harus fungsional, tapi juga berkarakter. Perpaduan antara fungsi, estetika, kenyamanan, dan kemudahan perawatan adalah elemen utama dari dapur yang ideal,” ujar Irma Tan, Direktur PT Lingcon Multi Perkasa, yang menaungi brand interior Rigel dan Bisazza, dalam wawancara bersama tim Majalah Synergy Indonesia, Jakarta, (01/07/2025).

Baca juga, Pemerintah Gelar Karpet Merah untuk Rakyat, PPN-BPHTB Gratis Khusus MBR

Menurut Irma, kitchen set yang baik selalu dimulai dari pemahaman terhadap kebutuhan pengguna ruang. Fungsi utama dapur sebagai tempat memasak, mencuci, dan menyimpan bahan makanan harus terakomodasi dengan efisien. Namun demikian, aspek estetika seperti bentuk dapur (L-shape, U-shape, atau galley), pilihan warna, dan material juga tidak bisa diabaikan. “Top table dari marmer, backsplash mosaic, dan pencahayaan yang hangat bisa menciptakan dapur yang bukan hanya nyaman digunakan, tapi juga sedap dipandang,” tuturnya.

Desain dalam Ruang yang Terbatas

Maka salah satu tantangan terbesar dalam merancang dapur, terutama di kawasan urban, adalah soal keterbatasan ruang. Banyak rumah mungil di kota besar memiliki dapur dengan ukuran 2×3 meter, bahkan kurang. Di sinilah prinsip desain interior benarbenar diuji.

“Kami sering menyiasati hal ini dengan membuat kabinet sampai ke plafon, menggunakan rak multifungsi, dan memilih peralatan yang compact. Misalnya kulkas mini, kompor tanam, atau cooker hood ramping,” jelas Irma.

Layout juga sangat menentukan. Peletakan kompor, sink, dan kulkas mengikuti pedoman ergonomis agar alur kerja di dapur tetap lancar, tanpa membuat pengguna merasa sumpek atau terjebak di ruang sempit.

Berkarakter dan Ramah Lingkungan

Tren desain dapur tahun 2025 masih berkiblat padagaya minimalis, namun dengan pendekatan yang lebih ekspresif. Irma menyebutnya sebagai “minimalis yang berkarakter”. Karakter ini muncul dari eksplorasi warna, tekstur, dan material.

Warna-warna berani seperti emerald green, navy, terracotta, hingga burgundy kian sering dipadukan dengan nuansa netral seperti abu-abu pucat, beige, atau putih tulang. Sementara dari segi material, kombinasi top table batu alam dramatis, kabinet bawah ber-finishing veneer kayu, dan kabinet atas berlapis solid matte menjadi favorit baru.

“Yang menarik adalah, walaupun bentuk tetap simpel dan clean, kekayaan visual justru muncul dari keberanian memilih kombinasi warna dan bahan,” ujar Irma.

Kepedulian konsumen terhadap keberlanjutan juga mulai memengaruhi arah desain kitchen set. Irma menegaskan bahwa konsumen kini tidak hanya mencari tampilan dapur yang cantik, tetapi juga ingin tahu bagaimana bahan-bahan yang digunakan dapat berdampak buruk pada lingkungan atau tidak.

“Kami menggunakan material seperti kayu bersertifikat, bambu, dan cat ramah lingkungan berbasis air. Pemakaian lampu LED hemat energi juga menjadi standar,” katanya.

Sebab itu, storytelling tentang bahan dan proses produksi kini menjadi bagian dari strategi komunikasi Rigel dan Bisazza kepada klien.

Bagi Irma, transparansi dan storytelling adalah bagian dari pelayanan “dari hati”, bagian dari strategi komunikasi Rigel dan Bisazza kepada klien—salah satu prinsip kerja yang tertuang dalam misi perusahaan: Membangun kepercayaan jangka panjang melalui kualitas, nilai, dan relasi yang hangat dengan pelanggan serta mitra kerja.

“Konsumen sekarang cerdas. Mereka tidak hanya beli produk, tapi juga nilai dan filosofi di baliknya,” tambahnya.

Sebagai perusahaan yang mengusung visi “Unggul dalam bidang jasa konstruksi dengan pelayanan dari hati dan berkualitas dalam setiap detail”, PT Lingcon Multi Perkasa menempatkan dapur bukan semata ruang utilitas, melainkan pusat interaksi dan ekspresi.

“Kami ingin desain yang kami buat benar-benar hidup dan terasa dekat. Tidak sekadar cantik di foto, tapi juga menyenangkan digunakan setiap hari. Oleh karena itu, desainnya harus bisa menyesuaikan diri dengan cara hidup pemiliknya— nyaman, bermakna, dan bertahan lama,” pungkas Irma.