
RM.id Rakyat Merdeka – Entah bagaimana bangunan negara Indonesia tanpa kehadiran Ir. Juanda. Akankah muncul istilah NKRI secara utuh tanpa Deklarasi Juanda? Kontribusi Juanda, salah satu kader Muhammadiyah, begitu nyata bagi bangsa dan negara. Tulisan ini menyajikan sekelumit historis kontribusi Muhammadiyah dan kadernya di Jawa Barat pada masa kolonial yang mewarnai perkembangan umat dan bangsa dalam ranah pendidikan serta kebangsaan di masa selanjutnya.
Bermula di Kota Yogyakarta, Muhammadiyah menyebarluaskan ajaran Islam yang transformatif untuk umatnya. Pendekatan historis merekamnya dalam Statuten Moehammadijah. Tujuan pendirian Muhammadiyah awal adalah menyebarkan pengajaran agama Kanjeng Nabi Muhammad di seluruh Residensi Yogyakarta. Izin resmi dari pemerintah Hindia Belanda baru keluar pada 14 Agustus 1914 melalui Surat Keputusan No. 813. Pemerintah Belanda memang sengaja membatasi ruang gerak Muhammadiyah supaya pengaruhnya tidak begitu besar, karena dikhawatirkan persyarikatan tersebut berkembang pesat dan keinginan rakyat untuk merdeka juga masif.
Tetap saja simpati dan dukungan terhadap Muhammadiyah yang digerakkan Kiai progresif Ahmad Dahlan menembus daerah lainnya di Pulau Jawa. Dalam hitungan tahun bermunculan simpatisan yang tumbuh dengan menggunakan nama lain. Di Karesidenan Priangan, Jawa Barat, pengajian Al-Hidayah yang sudah bercorak modern reformis sejak tahun 1910 diam-diam melabuhkan dukungannya. Komunitas pengajian Al-Hidayah di Pasar Baru, Garut ini sudah memiliki madrasah bernama Al-Hidayah. Sejak dibuka Maret 1919, madrasah ini sudah bercorak modern dan menjadi madrasah modern reformis pertama di Priangan (Jawa Barat).
Pantas jika kemudian spirit Muhammadiyah sudah diserap sejak tahun-tahun awal kelahirannya. Secara resmi tahun 1922–1923 menandai secara de facto dan de jure kelahiran Muhammadiyah Cabang Garut, cabang pertama di Jawa Barat atau cabang ke-9 di Pulau Jawa sejak 30 Maret 1922 (Solihin Salam, 1965:63). Dimotori Mas Djamhari, Cabang Muhammadiyah Garut bergerak melakukan pemberdayaan rakyat lewat jalur pendidikan.
Tahun 1923, Madrasah Al-Hidayah berubah menjadi Madrasah Muhammadiyah, amal usaha Muhammadiyah pertama di Jawa Barat. Kebutuhan rakyat akan pendidikan difasilitasi aktivis Muhammadiyah Garut yang bekerja sama dengan keluarga Bupati Garut mendirikan Sekolah HIS Budi Priyayi tahun 1922. Di masa kemerdekaan, sekolah ini diubah namanya menjadi SR/SDN Kota Kulon. Djamhari, aktor intelektual kelahiran Muhammadiyah yang juga bendahara Sarekat Islam (SI) lokal Garut, bekerja sama dengan kalangan SI mendirikan Sekolah HIS Broederschap (Persaudaraan) SI di atas tanah miliknya. Sekolah kader kebangsaan yang diresmikan Cokroaminoto dan dihadiri Abdul Muis serta Djamhari ini menampung 500-an murid dari berbagai daerah di tanah air.
Bersamaan itu di Batavia pun berdiri Cabang Muhammadiyah yang diinisiasi Kartosudharmo dkk. Amal usahanya bermula dari pendirian sekolah di Gang Ajudan Kepu, kawasan Senen, tahun 1920 (PWM DKIJ, Muhammadiyah Jakarta dari Tanah Betawi hingga Megapolitan, 2015:5). Situasi dakwah untuk memenuhi kebutuhan rakyat yang khawatir dengan misi zending di tengah bertumbuhnya sekolah yang dikelola pemerintah Belanda cukup strategis untuk memasuki paham tajdid (reformis modern) Islam di kalangan masyarakat Betawi. Muhammadiyah Cabang Batavia resmi berdiri 22 Juli 1922 (Solihin Salam, 1965:63).
Selain aspek pendidikan dan agama, kiprah Muhammadiyah Cabang Batavia tahun 1924 ditopang grup Muhammadiyah di kawasan Bendungan dalam jaringan bisnis (perdagangan) yang cukup efektif. Tahun 1926 Cabang Muhammadiyah Batavia bagian PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) berhasil mendirikan poliklinik di Pekojan (Tambora) (PWM DKIJ, Muhammadiyah Jakarta dari Tanah Betawi hingga Megapolitan, 2015:27).
Baca juga : Pramono Lepas Kontingen Popnas dan Peparpenas, Target Juara Umum
Pasca Kongres Muhammadiyah ke-19 di Bukittinggi (Sumatera Barat), Muhammadiyah Cabang Batavia mengadakan Konferensi Daerah (Konferda) Jawa Barat pada 20–23 Desember 1930 bersama Cabang Garut (Priangan). Konferda dihadiri cabang terdekat dari Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Sumatera Barat, grup Leuwiliang, Jasinga (Bogor), dan Bekasi. Dihadiri pula utusan dari Konsul Daerah Banyumas, Bukittinggi, Pekajangan (Pekalongan), dan Belitung. Turut hadir pula perkumpulan Pimpinan Paguyuban Pasundan, Pasundan Cabang Jakarta, Sarekat Sumatera, Sedio Harjo, Tirtayasa, JIB, Musyawaratul Ulama West Java, Persaudaraan Menteng, dan lainnya. Hadir pula perwakilan pemerintahan Wedana Betawi dan Dt. Tumenggung, Penasehat Inlandsche Zaken.
Pada acara tersebut terpilih Ketua Cabang Muhammadiyah Batavia, Kartosudharmo; Sekretaris S. Djajasukarta; Bendahara Mohamad Tohir; dan Komisaris Kepala, Sutalaksana.
Sebagai sambungan acara, pada 1 Januari 1931 diadakan Sidang Luar Biasa di gedung Sekolah HIS Muhammadiyah Jl. Kramat 97. Menghasilkan keputusan Komisaris Cabang Bagian A: bagian Tabligh Keagamaan, Pengajaran, Taman Pustaka, PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem), HW, dan Aisyiyah. Bagian B: bidang pengurusan grup (ranting) dan resort. Sedangkan bagian Pendidikan dengan ketuanya Sardjono langsung melengkapi kepengurusannya, termasuk di dalamnya ada nama Otto Iskandardinata dan Gazali Tusi dalam barisan guru-guru di HIS Muhammadiyah Kemayoran.
Pada September 1931 Muhammadiyah Cabang Batavia (Jakarta) bekerja sama dengan organisasi lainnya: JIB, PSII, Al-Irsyad, dan lainnya menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. di Gedung Permufakatan Indonesia (Kramat Raya), dengan Ketua Panitia Musa Al-Mahfudl (Wakil Ketua Muhammadiyah Cabang Jakarta). Acara yang diikuti puluhan ribu orang ini memadati jalan antara Masjid Kampung Besar, Senen hingga Salemba. Pengikut acara Maulid Nabi ini tidak tertampung di gedung hingga dibuat tenda tambahan. Acara menampilkan pembicara Kasman Singodimedjo, Cokroaminoto, dan Habib Al-Habsyi.
Muhammadiyah Cabang Batavia (Jakarta) tahun 1933 membuka Sekolah Menengah MULO, HIK, dan AMS dengan direkturnya Ir. Juanda (kelak menjadi Perdana Menteri), di antara gurunya Oemar Amir Husin, Mr. Tjokro Adisoemarto, Ir. Soetjipto, dan Ir. Ibrahim. Peranan Muhammadiyah Cabang Jakarta makin dinamis saat dipercaya Hoofdbestuur (PP) Muhammadiyah menjadi tuan rumah Kongres Tahunan Muhammadiyah ke-25 pada 21–26 Juli 1936. Acara diadakan di Gedung Permufakatan Indonesia, Gang Kenari, milik tokoh Mohamad Husni Thamrin, dan di Kantor Muhammadiyah Jalan Kramat Raya 97.
Perjuangan dan Pemberdayaan Lewat Media Cetak
Di Tanah Priangan, untuk lapangan dakwah agama dan kebangsaan, Muhammadiyah Cabang Garut yang dimotori Mas Djamhari berhasil menjadi tuan rumah Kongres Al-Islam ke-2 se-Hindia Belanda pada Mei 1924 yang diadakan Muhammadiyah dan Sarekat Islam (SI), di masa Ketua HB Muhammadiyah Kiai Haji Ibrahim dan SI (Cokroaminoto), di Gedung Bioskop Orion milik Mas Djamhari. Haji Agus Salim dalam kongres tersebut menyampaikan pidatonya tentang gerakan persatuan umat Islam (Pan-Islamism).
Muhammadiyah Cabang Garut di daerah Karesidenan Priangan terus bertumbuh kembang. Tahun 1926 meresmikan Masjid Isteri sebagai masjid isteri ke-2 setelah di Yogyakarta. Peresmian berlangsung pada rangkaian momen peringatan Isra Mikraj Nabi SAW.
Baca juga : Polisi Siaga di Monas dan DPR Kawal Aksi Massa, Hari Ini
Di masa Ketua Cabang Muhammadiyah Garut ke-2 dari kalangan muda, Wangsa Eri (periode 1927–1931), pergerakan Muhammadiyah di Priangan (Jawa Barat) makin berkembang. Selain grup-grup dan cabang baru di Kabupaten Garut, juga dibuka Muhammadiyah cabang lainnya di Singaparna, Tasikmalaya, Kuningan, dan Bandung. Pembinaan agama, pemberdayaan pendidikan rakyat, dan perhatian sosial kepada kalangan fakir miskin serta anak yatim menjadi konsentrasi Muhammadiyah.
November 1935 Muhammadiyah Cabang Garut dipercaya menjadi tuan rumah Konferensi Daerah Jawa Barat ke-2, diikuti utusan dari berbagai cabang, termasuk dari Jawa Tengah bagian barat dan Jakarta. Makin semarak, tahun 1937 Muhammadiyah Cabang Garut menjadi tuan rumah Jambore Hizbul Wathan (HW), kepanduan pembela Tanah Air se-Jawa Barat.
Pemberdayaan bidang pendidikan dan sosial dilakukan Cabang Muhammadiyah Garut. Bagian Sosial (PKO) membuka panti yatim, sedangkan bagian sekolah selain madrasah juga membuka Sekolah HIS “Institute Muhammadiyah” serta mengelola majalah Murid.
Dalam upaya pencerdasan masyarakat, Muhammadiyah Cabang Garut melalui penggeraknya, Mas Djamhari, membuka percetakan “Tjikoeraj Drukkerij”. Sejak tahun 1924 percetakan ini mencetak surat kabar perjuangan seperti Bandera Islam milik SI (yang dikelola bersama Cokroaminoto) dan Balatatara Islam. Memasuki tahun 1930-an, Tjikoeraj Drukkerij pun mencetak surat kabar terbitan Batavia (Jakarta), baik yang diterbitkan kalangan Muhammadiyah maupun lainnya. Tak ketinggalan mencetak kebutuhan media pembelajaran lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Muhammadiyah Cabang Jakarta pada tahun 1936 menerbitkan majalah bulanan Pancaran Amal dengan Pemimpin Redaksi Oemar Amir Husin, dibantu jajaran redaksi seperti Ir. Juanda dan Kartosudharmo, serta redaktur Situ Fatimah dan Noerdjannah. Tahun 1938 Muhammadiyah Cabang Jakarta menjadi tuan rumah penyelenggara Konferensi Daerah se-Jawa Barat yang diikuti Muhammadiyah Daerah Priangan (Cabang Garut) dan cabang lainnya.
Berikutnya, 23–25 Maret 1940, Muhammadiyah Garut menjadi tuan rumah Konferensi Nasional Muhammadiyah se-Hindia Timur, sejenis Tanwir. Acara sidang pimpinan berlangsung di rumah Haji Djamhari, sedangkan pemondokan peserta di rumah para pimpinan Muhammadiyah Garut.
Menjelang kedatangan Jepang, Muhammadiyah Jawa Barat menyelenggarakan Konferensi Daerah Muhammadiyah Jawa Barat di Bogor. Pada acara tersebut Mr. Kasman Singodimedjo, Ketua Muhammadiyah Cabang Jakarta, dalam pidatonya dianggap delik oleh pemerintah dan langsung ditahan. Setelah itu kegiatan Muhammadiyah diawasi pemerintah Belanda. Begitupun tokoh pejuang kemerdekaan, pendiri Muhammadiyah pertama di Jawa Barat, Haji Djamhari, beberapa bulan setelah pecah Perang Dunia II ditangkap pemerintah kolonial Belanda. Ia dituduh berkolaborasi dengan Jepang dan ditahan berbulan-bulan di penjara Garut bersama tokoh pejuang lainnya, meskipun tanpa bukti. Ia baru bebas setelah Belanda takluk kepada Jepang.
Baca juga : Setahun Kabinet Merah Putih, Pakar Apresiasi Peran Kemendagri di Daerah
Putra-putra didik Muhammadiyah saat kemerdekaan tampil mempertahankan negara, seperti Achmad Sadali, E.Z. Muttaqien, dan Ahmad Noe’man. Sadali dan E.Z. Muttaqien merupakan pemuda pejuang republik yang menyebarluaskan pamflet perjuangan di gerbong kereta dan sarana publik lainnya. Ahmad Noe’man dikenal sebagai anak muda yang berani menentang seikirei (menghormat tunduk) kepada Kaisar Jepang. Pasca kemerdekaan, Sadali dan Ahmad Noe’man dikenal sebagai tokoh-tokoh umat dan bangsa dalam pemberdayaan dakwah Islam dan pendidikan, sebagai penggerak Yayasan Salman ITB serta UNISBA dan RS Al-Islam. Begitupun E.Z. Muttaqien dikenal sebagai putra didik keluarga Muhammadiyah asal Singaparna, pemuka MUI, Rektor UNISBA, dan tokoh pengelolaan RS Al-Islam.
Di masa kemerdekaan RI, kader Muhammadiyah di pusat hingga lokal berjuang memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Kontribusi dan peran kader Muhammadiyah di Jawa Barat (termasuk Jakarta, karena masa kolonial masih bersatu) baik dalam bidang pendidikan maupun politik kebangsaan tak bisa diabaikan.
Menyambut Milad Muhammadiyah ke-113 November tahun ini (yang mengambil tempat di Kampus Universitas Muhammadiyah Bandung), semoga aktivis, pimpinan, dan publik tidak melupakan jasa generasi sebelumnya. Apa yang bertumbuh dan berkembang sekarang ini, baik dalam konteks kemuhammadiyahan, keumatan, maupun kebangsaan merupakan satu kesatuan estafet mata rantai perjuangan para pendahulu yang harus diteladani dan dilanjutkan, meskipun dengan model perjuangan yang berbeda sesuai situasi dan tantangan zamannya.
Sopaat Rahmat Selamet
Periset Sejarah Budaya Islam, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung & Founder Komunitas Napaktilas-Mu.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.






