Kesetaraan Gender Di ESG Masih Lemah, Partisipasi Perempuan Di Energi Cuma 9%

Nasional66 Dilihat



RM.id  Rakyat Merdeka – Kesetaraan gender di dunia kerja masih jauh panggang dari api. Dalam tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan (ESG), partisipasi perempuan di sektor energi baru mentok di angka 9 persen.

Direktur Eksekutif Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE) Wita Krisanti menyebut, kesetaraan gender penting untuk memastikan keberlanjutan bisnis jangka panjang. Karena itu, perusahaan perlu melampaui formalitas laporan.

“Sekadar memenuhi kotak itu mudah. Yang sulit adalah memastikan implementasi nyata,” ujar Wita dalam acara Katadata Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) 2025 di Jakarta, dikutip Minggu (14/9/2025).

Baca juga : Soal Gaya Bicara, Menkeu Baru Dinasihati Ulama, Politisi, dan Ekonom

Menurutnya, laporan keberlanjutan yang memuat isu gender memang meningkat sepanjang 2024, tetapi banyak hanya simbolik. Implementasi yang konsisten dinilai menjadi pekerjaan rumah utama.

Sektor energi menjadi sorotan karena partisipasi perempuan masih rendah, hanya sembilan persen pada 2023. “Industri ini masih dipersepsikan milik laki-laki. Hambatan sosial membuat peran perempuan dipandang sekunder,” katanya.

Wita menjelaskan hambatan muncul dari norma yang menempatkan laki-laki sebagai pencari nafkah utama. Dampaknya terasa pada kebijakan pajak, asuransi, hingga stereotip gaya kepemimpinan. “Pemimpin laki-laki tegas dianggap kuat. Kalau perempuan tegas, dibilang galak,” jelasnya.

Baca juga : BPJS Ketenagakerjaan Mampang Gelar Sosialisasi Program Bagi UMKM

Meski tantangan besar, Wita melihat perubahan positif mulai terjadi. Beberapa perusahaan tambang sudah mempekerjakan pengemudi kendaraan berat perempuan. Hasilnya, biaya perawatan kendaraan turun karena perawatan lebih baik.

Selain itu, fasilitas penitipan anak atau daycare mulai tersedia di lokasi kerja. Ada juga perusahaan yang memberi perlindungan bagi karyawan korban kekerasan dalam rumah tangga. “Perusahaan punya tanggung jawab melindungi karyawannya,” ujarnya.

READ  Dukung UMKM Naik Kelas, Menteri Maman Alirkan KUR Ke Sektor Produksi

Namun, ia menilai pengukuran dan evaluasi masih lemah. Banyak inisiatif belum memiliki mekanisme monitoring yang jelas. Padahal, laporan kemajuan dapat membantu perusahaan memperbaiki kebijakan.

Baca juga : Audiensi Dengan Menteri HAM, BPW Indonesia Perkuat Sinergi

Wita menekankan bahwa kesetaraan gender adalah urusan semua pihak. “Kesadaran tidak boleh berhenti, ini komitmen jangka panjang,” katanya.

IBCWE percaya integrasi gender dalam ESG bukan untuk membenturkan laki-laki dan perempuan, tetapi memberi kesempatan setara agar potensi tenaga kerja optimal.

Katadata SAFE 2025 yang mengusung tema “Green for Resilience” menjadi ruang diskusi tentang krisis iklim, ketahanan ekonomi, dan keberlanjutan pembangunan nasional. Forum ini digelar Kamis (11/09/2025). Menghadirkan lokakarya, pameran, dan kolaborasi seni sebagai penggerak aksi nyata menuju ekonomi inklusif dan tangguh.


Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News


Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.





Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *