RM.id Rakyat Merdeka – Proses integrasi pusat penjual (seller center) antara Tokopedia dan TikTok Shop yang masih berlangsung hingga kini, ternyata masih banyak dikeluhkan oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Mereka mengaku menghadapi berbagai tantangan dalam beradaptasi dengan sistem baru tersebut.
Mulai dari perubahan antarmuka, perbedaan fitur promosi, hingga kendala teknis dalam proses migrasi menjadi hambatan yang banyak dikeluhkan, baik di media sosial maupun dalam forum komunitas penjual.
Melihat hal tersebut, Pengamat Digital dari Internet Development Institute (ID Institute) Sigit Widodo menyebut, tantangan semacam ini wajar terjadi dalam proses integrasi dua sistem digital berskala besar.
“Seller memang dituntut untuk beradaptasi, dan itu pasti butuh effort. Namun kalau sudah terlewati, manfaatnya akan jauh lebih besar,” kata Sigit dalam keterangan resmi, Kamis (5/6/2025).
Saat ini, penjual yang sebelumnya hanya aktif di salah satu platform kini harus menyesuaikan diri dengan mekanisme yang berbeda. Proses adaptasi ini dinilai tidak mudah, terutama bagi UMKM yang memiliki keterbatasan sumber daya.
Beberapa di antaranya mengaku perlu waktu dan pendampingan lebih untuk memahami sistem baru yang lebih kompleks.
Menurut Sigit, integrasi antara Tokopedia dan TikTok Shop justru akan menciptakan efisiensi dan kinerja operasional yang lebih optimal dalam jangka panjang.
“Sistem terpadu ini akan membantu seller mengelola bisnis secara lebih praktis, memperluas jangkauan pasar, dan mempercepat pertumbuhan usaha,” ucapnya.
Melalui integrasi ini, penjual dapat mengoperasikan toko mereka di dua platform berbeda hanya dengan satu dasbor terpadu.
Hal ini menghemat waktu administrasi dan memungkinkan pengusaha lebih fokus pada pengembangan produk serta strategi pemasaran.
Baca juga : Taufik Hidayat Dukung Jojo Dan Chico Berkarier Di Luar Pelatnas
Selain itu, sistem ini juga menyediakan fitur-fitur otomatisasi yang membantu memaksimalkan efektivitas kampanye promosi tanpa membebani biaya dan tenaga.
Meski prosesnya menantang, sejumlah penjual yang telah berhasil beradaptasi mulai merasakan dampak positif.
Sigit menambahkan, transformasi ini memang menuntut penyesuaian, namun pelaku usaha yang cepat merespons perubahan umumnya akan lebih siap menghadapi dinamika pasar dan menjaga keberlanjutan bisnis mereka dalam jangka panjang.
Salah satu brand di bawah Kalaborasi Group Kurma Alif misalnya, mencatatkan lonjakan transaksi hingga 10 kali lipat di Tokopedia selama periode Ramadan berkat pemanfaatan seller center terintegrasi.
Keberhasilan tersebut menjadi bukti bahwa integrasi digital bukan sekadar soal efisiensi, tetapi juga membuka peluang pasar yang jauh lebih luas.
Baca juga : Imigrasi Buka Layanan Konsultasi Visa Dan Izin Tinggal Ke Utusan Perwakilan Asing
“Inovasi teknologi dan kegigihan dalam beradaptasi, menjadi kunci utama bagi UMKM untuk tetap relevan dan berkembang di tengah tantangan ekonomi global,” katanya.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram “Rakyat Merdeka News Update”, caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.